Chapter 26

3.7K 439 25
                                    

POV Raisya : Harapan Yang Sirna


Suasana begitu ramai sekarang. Dikanan kiriku semua siswa menikmati semangkok bakso cabang restoran milik Bang Afnan. Tapi aku tidak bisa menepis jika saat ini aku dan Raihan menjadi buah bibir di sekolah karena kesalahanpahaman bodoh itu. Aku berusaha mengabaikannya. Aku menatap salah satu siswa yang menatapku aneh. Lalu dia salah tingkah dan berpura-pura menatap kelain.

Ck. Sebenarnya itu menggangguku. Tapi aku masih bertahan untuk mengabaikannya.

Lalu aku beralih menatap Lili yang tetap tenang menyuapkan sesendok bakso kedalam mulutnya. Aku juga menatap Lala yang sibuk memainkan ponselnya sambil makan. Di kedua tanganku ada sendok dan garpu. Siap menyuapkan mie dan bakso kedalam mulutku. Sebenarnya aku lapar. Tapi akibat hatiku sedang tidak enak, makan semangkok bakso ini terlihat hambar. Padalah Lili sedang mentraktir hari ini.

Tiba-tiba aku memikirkan Raihan. Tiba-tiba hatiku sesak. Bukan karena sakit sesak napas. Tapi.. aku sendiri bingung. Akhir-akhir ini aku di bayangin rasa bersalah sama Raihan.

Aku sudah mencoba meminta maaf padanya. Tapi dia menolakku. Dia mengabaikan ku. Dia dingin kepadaku. Aku harus apa?  Imbasnya adalah Mama dan Papa juga mendiamkanku. Mereka berbicara seperlunya. Tapi sebagai anak. Tentu saja aku sedih.

"Kenapa sya?"

Aku menoleh kearah Lala. "Tidak apa-apa."

"Kok gak dimakan? Biasa juga habis 2 mangkok." kekeh Lala kearahku.

"Aku senang tidak mood."

"Karena Raihan cuek sama kamu?"

"Atau tiba-tiba kamu merasa tidak enak hati? Wah-wah sejak kapan nih mulai memikirkan rasa bersalah? Aku terdiam. Benarkah karena itu semua? Biasanya aku tidak peduli. Tapi kenapa tiba-tiba peduli akan hal itu? Aku menghela napas. Lalu meletakan sendok dan garpu di mangkok bakso. Aku berdiri dengan lunglai.

Lili melihat kearahku. "Mau kemana?"

"Aku mau pergi-"

"Hai gadis-gadis!" Tiba-tiba Malik datang. Ah maksudku Nua. Nua Nama panggilan akrab sahabat Raihan dalam geng Tiga Perjaka Sejati katanya. Malik langsung mengambil tempatku setelah aku beridiri. Dia bertopang dagu sambil menatap Lala.

"Hai cantik. Masya Allah. Nikmat Tuhan yang patut di syukuri. Melihat kaum hawa sepertimu yang cantik."

Lala menatap tajam ke arah Malik "Ngapain kesini? Sana-sana! Ganggu orang makan aja."

"Aku gak ganggu cantik. Aku cuma lihat kamu makan."

"Iya tetap aja! Sana-sana Hush!"

Malik tertawa. Lalu menatap Lala dengan tatapan raut wajah smirknya. "Jangan ngusir. Ada cowok seganteng aku kok di usir sih?"

"Malik! Kamu itu ya-"

"Aku suka sama kamu." Aku tertegun. Lala yang tadinya sibuk makan tiba-tiba berhenti dengan kunyahan bakso didalam mulutnya. Apalagi Lili saat ini.

"Dasar gila! Aneh. Menyebalkan!" Dan Lala pergi. Lili hanya melongo. Lalu mengambil alih bakso milik Lala dan memakannya. Lili memang gitu, suka mengambil alih sisa makanan Lala ataupun diriku. Katanya mubazir. Hanya kami. Tidak sisa makanan orang lain.

"Eh! Eh! Sayang, jangan pergi. Aduhai kaum hawa yang manis!"

"Bodo!" Aku menghela napas. Dasar mereka. Aneh. Aku mengabaikan hal itu. Lalu melihat Kak Bejo dari kejauhan dan beralih menatap Lili.

"Li. Aku duluan ya."

"Iya."

"Tidak apa-apa kan aku tinggal."

Raihan & RaisyaWhere stories live. Discover now