Hatinya masih saja keukeuh memilih Beby yang sebenarnya sudah enggan dengannya, padahal jika harus melepaskan Saktia pun dia terasa berat, walau hatinya belum mengingkan Saktia, tapi hadirnya Saktia selalu bisa menjadi obat sakit hatinya karna Beby.

Cinta dan persahabatan memang selalu membingungkan.





.
..
.





Pernikahan itu suatu kontrak yang diberkati oleh Tuhan, suatu acara yang diidamkan semua manusia, siapa yang tidak ingin menikah? Pasti semua orang akan hidup berpasangan, tak mungkin dia terus hidup sendiri, karna tuhan menciptakan Adam beserta Hawa untuk menemaninya.

Pertemuan tak sengaja Malvin dan Veranda ditempat yang sangat baik membuahkan hasil baik juga. Siapa sangka setelah berteman tiga tahun lamanya dan menjadikan status hanya sebatas teman ibadah, kini mereka bisa bersatu dalam ikatan pernikahan.

Lagi-lagi Cinta dan Persahabatan selalu hadir beriringan, cinta bisa timbul karna persahabatan, atau persahabatan bisa hadir karna cinta.

Alunana musik klasik yang mendayuh membawa kesan romantis sangat terasa di acara pernikahan Veranda dan Malvin, dengan nuansa serba putih mereka terlihat begitu bahagia berdiri diatas altar, tersenyum menyambut mereka yang memberikan ucapan selamat.

Acara sudah berlangsung satu jam yang lalu dan Kinal dengan langkah gontainya malah baru saja memasuki tempat acara, Shania dan Feni memang berangkat terlebih dulu, mereka terlalu jengah karna Kinal yang enggan bersiap pergi.

"Nahini nih pacar nya dateng." Lidya langsung bersuara melirik Yona, saat Kinal berdiri di mana, Lidya, Melody, Shania, Saktia, Feni dan juga Yona sudah duduk, sedang menikmati makanan yang tersedia.

"Mantan kali." Kata Shania, dan itu berhasil membuat Kinal berdecak,

"Eh iya ding haha mantan."

Suara tertawa Lidya membuat semua yang ada disitu juga jadi tertawa, terkecuali Yona, yang terus diam menguyah kueh nya.

Kinal jadi melajukan langkahnya tak mengindahkan suara mereka semua yang meledeknya. Yona yang cuek terlihat biasa saja mendengar sindiran-sindiran teman-temannya karna pada kenyataanya memang begitu, Kinal memang lah mantan pacarnya.

"Gw gak yakin kalau lo udah gak cinta sama Kinal." Lidya berbisik tepat ditelinga Yona.

"Gw gak butuh lo yakin juga."

Lidya tertawa, Yona jadi menatap Kinal yang menjauh, Kinal terlihat menghampiri Veranda dan Malvin, memberikan pelukaan yang begitu erat pada Veranda.

Hatinya tidak bisa bohong. Ntah kenapa rasanya Veranda masih saja membuatnya cemburu.

Dia masih saja tidak suka saat Kinal dan Veranda terlihat begitu dekat, padahal apa salahnya? Mereka memang bersahabat dekat jauh sebelum dia hadir di hidup Kinal, Kinal yang sempat memiliki rasa cinta untuk Veranda selalu saja membuat dia khwatir, membuat dia takut untuk memulainya kembali, walau dalam hatinya juga masih meningingkan Kinal.

Dia kini malah berjalan menyusul Kinal, cinta memang akan terasa buta saat merasa cemburu, cinta akan lebih berani saat rasa kehilangan seakan menghantui, dia langsung melingkar kan tanganya pada Kinal, membuat Kinal jadi melepaskan pelukaanya pada Veranda, Kinal sedikit terkejut karna Yona lah yang berada disampingnya.

"Ka Ve selamat ya." Kata Yona tanpa memikirkan Kinal yang menatapnya bingung, dia lansung memeluk Veranda namun tangannya enggan terlepas dari Kinal.

"Makasih ya Yon." Veranda sedikit melirik tangan Yona yang terlihat posesif, Veranda jadi berfikir, bukannya mereka sudah berpisah? Kenapa Yona terlihat begitu intim dengan leluasa melingkarkan tangannya pada Kinal.

Yona tersenyum, setelah memberikan selamat pada Veranda dan juga Malvin, Yona sedikit menarik tangan Kinal untuk menjauh dari kerumunan.

"Mau kemana si Yon?"

Yona tidak menjawab dia terus saja menarik tangan Kinal dan berjalan, Kinal jadi diam saja mengikuti kemana pun Yona membawanya.

Genggaman tanganya dia lepaskan dengan kasar, acara resepsi Veranda yang bertempat di suatu taman yang dipenuhi bunga terasa begitu asri, angin berhembus membelai wajah keduanya.

"Kenapa?"

Yona diam, dia sedang meneliti setiap inci wajah mantan kekasihnya itu. Dia tak sadar apa yang sedang dia lakukan, terlihat memalukan, setelah seminggu yang lalu menolaknya kini terkesan dia lah yang malah ingin kembali. Sebenarnya seminggu yang lalu dia hanya sedangkan meyakinkan hatinya pada Kinal, dia hanya tidak ingin terjebak oleh cinta yang tak pernah dia mengerti.

"Cemburu ya?"
Lagi Kinal bertanya dengan senyum yang berhasil membuat Yona mengalihkan pandangannya.

Senyum Kinal selalu manis, Yona mengakui itu.

"Kamu masih cinta sama ka Ve?"

Kinal langsung menggeleng. "Enggak. Aku cintanya sama kamu.Udah berapa kali aku bilang, Veranda hanya sahabatku, Yona."

Yona melangkah mendekat, menatap Kinal dengan tajam, dia seakan sedang mencari keseriusan dari apa yang Kinal katakan.

"Boong, gw tampar lagi ya."

Kinal tertawa, malah memberikan pipinya, memajukan wajahnya tepat didepan wajah Yona.

"Tampar aja, rela, kalau itu buat kamu percaya."

Hati Yona langsung bergejolak saat Kinal mengatakan itu, tanganya jadi terulur menyentuh wajah Kinal yang sudah lama tak dia rasakan. Dia bukannya memberikan tamparan pada pipi Kinal melainkan sentuhan yang begitu lembut.

Kinal mengambil tangan dan Yona menggenggamnya. "Kasih aku kesempatan sekali lagi Yon, gw mohon."

Mata mereka saling menatap, dengan Kinal yang selalu berharap kalau Yona akan kembali padanya.

"Yon."

Yona menarik nafasnya dalam melepaskannya lirih seiriama dengan angin yang terus saja membawa rambut nya yang terurai berterbangan.

"Mau jadi pacar gw lagi?"

Yona menggeleng. Wajah Kinal langsung tertekuk, Kinal seakan sedang dipermainkan oleh Yona, setelah membuatnya berharap kini dia malah menghancurkan harapannya lagi.

"Umur gw udah gak cocok kalau harus pacaran dan main-main itu cuman buang-buang waktu."
Kata Yona.

Kinal jadi mengangguk, dia mengerti,gelengan Yona bukan ucapan penolakaan tapi memintanya untuk lebih serius dari sekedar berpacaran.

"Aku lupa kalau kamu udah tua."

Yona jadi melepaskan tangan Kinal dan hendak langsung meninggalkannya, tapi tangan Kinal berhasil menarik nya membawa mereka jadi semakin dekat.

"Buru-buru banget, kamu udah gak tahan apa gimana?" Kata Kinal menatap wajah Yona yang begitu dekat dengannya, Yona terus saja memasang wajah tak pedulinya.

"Gw ulang, lo mau nikah sama gw  gak?"

Pertanyaan Kinal yang terdengar begitu menggelitik membuat Yona jadi langsung memeluk Kinal, menganggukan kepalanya sebagai jawaban iya, membuat Kinal semakin memeluknya sebelum itu dia memukul bahu Kinal pelan, dia tidak bisa menutupi rasa bahagianya, wajahnya sudah bersemu merah menahan debaran yang semakin bergejolak didalam hati, ajakan menikah Kinal memang terdengar begitu tidak serius, seperti dia sedang menawarkan tumpangan pada seseorang yang sedang lelah menunggu taksi, tapi dari tatapan matanya, Yona tau kalau Kinal mengatakanya dengan serius.

Mungkin Yona memang sudah lelah dengan hidup, dan kini Kinal mengajaknya untuk berdiri dibalik layar kehidupan yang akan mereka lewati berdua.



Kinal memang hanya seseorang yang berada di balik layar, yang selalu ingin membuat siapapun bahagia karnanya.


















Selesai.

#TeamVeNalID

Dibalik Layar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang