9.Lembar Kesembilan

2.5K 418 154
                                    

Ada yang ngasih saran dengan teganya untuk gw ngebrentiin cerita ini dan meminta gw buat bikin cerita baru, karna dia venal bgt.
Gw juga mau ngasih saran sama lo ya, mending gak usah dibaca kalau emang gak suka. Otak gw gak secerdas author lain btw, crita yang kemaren2 aja masih numpuk.


Jangan buat semangat gw jadi ilang trus buat yang nunggu jadi kehilangan cerita ini.


So guys have you said hamdalah today?



Haha happy reading! :')






------------------------------




Aku iri dengan Lidya dan ka Melody yang bisa terbuka dengan siapapun tentang hubungan mereka, walau mereka tidak secara terang-terangan mengatakan kalau mereka memiliki hubungan spesial, tapi mungkin semua orang bisa menilai dari bagaimana ka Melody memperhatikan Lidya tanpa malu didepan orang banyak. Andai Yona bisa secoming out ka Melody, aku juga akan menikmatinya sepertinya Lidya yang terlihat bahagia.

Cinta terkadang membingungkan, aku tau ini adalah hal yang memalukan, ucapan Yona ada benarnya, tidak semua orang bisa menerima cinta seperti ini begitu saja, Yona tidak mau terlalu mengambil resiko, dia terlalu takut.

Rasanya cinta sudah meresap merata di setiap pori pori terkecil sekalipun.
Entah apa yang sepantasnya ku atas namakan rasa ini.
Entah anugerah ataukah musibah kah di masa nanti.
Aku tak tau, aku pun tak menghiraukan.

Rasa yang membawa ku sejauh ini, mungkin nanti aku akan buta dengan segala isyarat manusia yang mencerca.
Tuli dengan semua omongan  sampah.
Aku hanya setia kepada rasa yang ku yakini didalam hati.

Aku terpaku menghitung waktu dengan Lidya yang terus saja bersikap manja dengan ka Melody, memang tidak tau tempat, mereka anggap apa aku disini? Sebuah kotak untuk menaruh putung rokok?.

Sekarang mataku melihat gadisku berjalan memasuki ruangan ini, rasanya baru saja ingin melengkungkan senyum termanisku untuknya, namun dengan wajah datarnya dia malah trus berjalan mengekor Shania tanpa melihatku, dan hal itu berhasil membuat Lidya tertawa, mengelus punggungku.

"Sabar ya"

Aku hanya melirik Lidya dengan malas, sombong sekali dia, dia terus saja tertawa.

Lidya memang ikut dengan ka Melody, meeting masih 15 menit lagi, jadi aku, Lidya dan Ka Melody masih diluar ruangan sedangkan Yona dan Shania sudah masuk.


Sekarang kita semua sudah masuk kedalam ruang meeting, aku duduk du sudut ruang dengan Ac yang cukup dingin, rasanya memang tubuhku butuh pendingin.
Kenapa otakku jadi terus berpikir tentang kebenaran rasa ini.
Tak ada yang mengusahakan, kenapa harus ada.

Rasa yang seharusnya tak pernah ada.
Karena keberadaanya jatuh di bumi yang salah.
Bersemi di musim yang tak semestinya.
Dan mekar mengembang terlambat tak selayaknya.

Aku sudah duduk di samping ka Melody, bukan hanya Yona dan Shania yang hadir, Sisil selaku kapten team J pun ada, tapi Ayana tidak hadir karna dia harus ada ujian yang tidak bisa dia tinggalkan di kampusnya.

Aku tidak terlalu mendengarkan apa yang ka Melody jelaskan, karna sebenarnya meeting ini terfokus untuk si kapten team sendiri, karna masih bersangkut paut dengan staff al hasil staff juga harus ikut hadir.

Yona hari ini terlihat lucu, dia mengenakan celana semi jeans dengan kaos berwarna hijau bertulisakan kanji jepang, rambutnya dia kuncir ponytail, kacamata khasnya ikut andil membuat dia terlihat semakin lucu.

Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now