12.Lembar Keduabelas

2.4K 409 88
                                    

Jogja bukan sekedar kota, disetiap sudutnya menyimpan beribu kenangan tentang nya, Jogja itu kota yang sangat sederhana, sesederhana saat berjalan berdua dengan nya diMalioboro pada malam itu. Di Jogja, dimana aku merasa lebih dekat dengan Yona.

Ia memang hanya sebuah kota. Tapi asal kamu tahu, Jogja adalah sebuah kehidupan penuh drama, romantika dan cinta. Dia tak bisa kamu sebutkan sebagai kata benda semata. Ia adalah subyek sekaligus obyek. Ia adalah pencipta dan juga pemungut kenangan yang tersisa. Jogja memang bukan kota ramai seperti Jakarta tapi Jogja juga masih terlihat riuh walau tak sepadat Jakarta.

Aku baru saja menginjak kan kaki di Bandara Adi Sutjipto, Yona sedari tadi terus menggandengku, padahal aku agak segan digandeng olehnya didepan keluarganya, ntah kenapa aku merasa Yona selalu terlihat manis walau dia selalu mengatakan kalau hubungan kita ini diam-diam, sikapnya seakan mengatakan kalau aku dan dia benar-benar dekat.

Waktu yang sudah menunjukan pukul sebelas malam membuat Jogja terasa dingin, kita semua memutuskan untuk makan di angkringan pinggir jalan. Jogja memang tak bisa lepas dari kata angkringan.

"Kamu mau ini?"

Saat Yona menawarkan makanan kepadaku, tawa dari Lutfi terdengar, dia menertawakan hasil bidikannya di lensa kamera yang sejak tadi menggantung di lehernya. Yona jadi mendelik menatap adiknya yang menurutku adik Yona ini cukup ganteng.

"Serius deh kalian berdua lucu." Kata Lutfi terus tertawa.

Aku dan Yona memang duduk didepan Lutfi, sedangkan Lutfi duduk bersebelahan dengan kedua orang tuanya.

"Naon si?" Kata Yona dengan nada malas, dia memang terlampau judes walau dengan adiknya sendiri.

"Nih liat." Lutfi menyodorkan kameranya pada Yona. Aku juga jadi bisa melihat foto apa yang membuat dia tertawa, ternyata disana hanya ada potret Yona yang menatpku penuh perhatian dengan tangan yang hendak membuka nasi yang dibungkus daun pisang.

"Kaya orang pacaran."

Yona mendengus mendengar celetukan Lutfi masih dengan tawanya, dia menyerahkan lagi kameranya pada Lutfi, pipinya memerah aku juga jadi salah tingkah, bepura-pura tak ikut campur dengan urusan mereka.

"Mah, Pah liat deh." Bukan nya takut akan tatapan Yona, Lutfi malah seakan sedang mempermainkan emosi kaka nya yang garangnya ngalahiin ka Ros, dia memperlihatkan foto tadi pada kedua orang tuanya.

Yona langsung melempar tisu yang sudah dia remas tepat terkena kepala Lutfi yang tertutup topi. "Ih, Lutfi!"

Aku hanya tertawa melihat itu, seketika aku rindu keluargaku di Bandung.
Mungkin ide yang cukup bagus kalau suatu saat nanti Yona yang ku bawa ke Bandung untuk bertemu dengan keluargaku.

Dengan menggunakan bahasa sunda, kedua orang tua Yona dan Lutfi terus tertawa, mereka malah mengiyakan ucapan Lutfi yang mengatakan kalau aku dan Yona terlihat seperti sepasang kekasih.

"Bcanda ya Neng Kinal, tapi beneran sih ini kalian keliatan gimana gitu." Kata Ayah Yona menatapku.

"Papah mah."

Aku hanya tersenyum begitu kaku, Yona terlihat lucu, menekuk wajahnya bentuk protes akan keluarganya yang terus meledeknya.





..
.
.



Setelah datang ke acara resepsi pernikahan saudara Yona, kini waktu sudah cukup sore, aku dan Yona tidak ikut kembali ke hotel, kita ingin benar-benar bernostalgia dengan kota ini dulu.

Sekarang kita disini di Taman Sari.

Taman Sari itu tempat Sultan terdahulu menghabiskan waktu bersama para putri, dan aku juga ingin menghabiskan waktu ku bersama Yona disini sebelum malam nanti kita akan benar-benar pulang ke Jakarta lagi.

"Yon?"

"Hm?"

"Pernah denger mitos tentang Taman sari gak?"

"Apa? Tentang raja yang ngintipin putri mandi? Itu cuman mitos, mana mungkin sultan berprilaku seperti itu."

Aku hanya mengangguk. "Kalau mitos tentang pasangan yang ciuman di tempat ini maka hubungannya akan langgeng, kamu percaya gak?"

Yona yang sedari tadi sibuk dengan kameranya seketika langsung menoleh, mengangkat sebelah alisnya. "Trus? Kamu mau kita ciuman disini gitu?"

Aku tertawa. "Aku gak ngomong gitu ya, tapi kalau kamu mau aku sih ayo aja."

"Sinting!"

Aku semakin tertawa, dia malah menjauh, terus mengarahkan lensanya.

"Padahal aku cuman tanya loh, kamunya aja yang terlalu berharap."

Yona hanya mendelik malas, biar tidak jauh-jauh aku jadi menggenggam tangannya, dia malah melepaskan nya memintaku untuk berdiri di dekat Kolam yamg berada disini untuk dia foto.

Dulu, mungkin 2 tahun lalu aku juga sempat datang ke Taman Sari bersama Yona juga, tapi tidak berdua, walaupun datang secara ramai-ramai, tapi Yona tak pernah jauh dariku. Taman sari salah satu tempat yang benar-benar membuat aku bernostalgia masa dimana hanya sekedar teman dengan Yona, mungkin aku baru menyadarinya sekarang kalau dulu Yona sudah menyimpan rasa kepadaku, aku masih mengingatnya, bagaimana dulu dia menggenggam tanganku, menariknya dengan lembut.

Setelah puas berkeliling Taman Sari sekarang dia mengeluh lapar, kita jadi mencari tempat makan terdekat, aku sengaja tadi menyewa motor untuk berkeliling Jogja, sebenarnya biar tak terkena macet tapi kalau di rasa menaiki Motor berdua dengan Yona terasa lebih romantis dibanding harus naik mobil.

Mungkin memang sudah takdir kita seperti ini, merasakan bahagia dalam bentuk yang berbeda, aku tak meminta mereka yang mengagap kita berbeda untuk mengerti, aku hanya ingin diberi kebebasan untuk bahagia, dan aku bahagia dengan ini.


"Berangkat bang." Dia menepuk punggungku dengan tawa yang keluar dari bibirnya.

"Hih lo pikir gw tukang ojeg."

"Haha iyayaudah, berangkat sayang." Katanya lagi kali ini melingkar kan tangannya diperutku.

"Nah gitu dong kan enak gw."

Yona hanya menyandarkan kepalanya pada punggungku, dan aku melajukan motorku menembus jalanan Jogja.

Biarkan semua berjalan dengan semestinya, aku akan mengikuti kemana cinta akan membawaku, letupan di dada ini semoga terus ada sampai dia sendiri yang menghentikannya.

























Bersambung

#TeamVeNalID

Taman Sari, Jogja.

Taman Sari, Jogja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now