II

2.7K 405 93
                                    

Dia seakan terjebak pada dunianya terpenjara pada asmaranya yang terikat dan kini bayangan Veranda membuat dia sulit mencari kedamaian nya.
Ya!
Di relung hatinya, masih ada rasa sakit pada Ve yang telah tertabur,
berbiak dan kian saja menyubur.
Namun tetap saja dia tak bisa membuat cinta nya terkubur.

Setelah berperang dengan hatinya sendiri, dia berbalik membalas pelukan Veranda.

"Jangan takut, ada aku."

Seakan mengerti kedilemaan hati Kinal, lampu menyala saat Kinal sedang berusaha menenangkan Veranda. Dia jadi melepaskan pelukaan nya, ada perasaan lega dalam dadanya.

"Nyala." Kata Kinal tersenyum pada Veranda.

Veranda malah memeluk Kinal lagi. "Makasih ya."

"Iya, sekarang kamu cepet masuk, udah malem tidur."

Sentuhan pada kepala Veranda, Kinal berikan setelah dia melepaskan pelukan Veranda.

"Kamu tidur dikamarku?"

"Hm aku tidur dikamarku aja ya? Gapapa kan?"

"Kenapa?" Kata Ve, raut wajah kecewanya sangat jelas terlihat.

"Mau langsung tidur, kalau tidur di tempat kamu, nanti aku malah curhat." Ucap Kinal sedikit bergurau.

Veranda jadi tertawa. "Yaudah, kalau gitu aku masuk ya."

"Heem."

Saat Veranda benar-benar hilang di balik pintunya, Kinal langsung menghela nafas begitu lega, menyandarkan tubuhnya. Ada perasaan bersalah yang menyelimuti dadanya, dia menghela nafasnya lagi, bukannya masuk kedalam kamarnya dia malah membuka pintu kamar Yona.

Dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak jika ada hati yang menunggunya, ada seseorang yang menunggu dalam kegelisahanya.

"Yon."

Yona langsung menoleh dan tersenyum.

"Gimana ka Ve? Udah gak takut?"

Kinal duduk di tepi kasur, sedangkan Yona duduk di kursi meja belajarnya.

"Udah nyala."

Pikir Kinal, Yona akan diam atau marah mengumpatnya, tapi dia salah, Yona malah tersenyum menanyakan keadaan Veranda, tapi sikap Yona yang seperti itu semakin membuat Kinal tak enak hati.

Yona mengangguk mengerti.
"Bagus deh." Dia kembali memfokuskan diri pada lembar kerja tugas kuliahnya.

"Gak tidur?"

"Masih ada tugas yang harus dikumpulin besok."

"Gw temenin ya."

Yona menoleh lagi pada Kinal. "Gak usah, lo tidur aja."

Hening beberap saat, Kinal terus menatap Yona yang tengah serius menggerakan jari jemarinya pada keyboard laptop.

Kinal mendekat, merengkuh kepala Yona dari belakang, ntah kenapa rasa bersalah itu kian menebal di dingding hati Kinal, dia menaruh kepalanya pada leher Yona,  Yona yang terlihat baik-baik saja malah membuatnya khawatir.

Mata Yona terpejam saat Kinal memeluknya dia benar-benar menahan semua rasa sakit yang dia rasa.

"Pokoknya, Aku temenin." Kata Kinal lagi keukeuh.

Yona benar-benar wanita yang padai berakting, terlihat biasa saja padahal dalam hatinya dia mati-matian menahan gejolak cemburu yang timbul kedasar hatinya.

Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now