14.Lembar Keempatbelas

2.1K 421 124
                                    

Air yang berada didaerah pegunungan memang lebih segar dibanding air yang berada dikota besar seperti Jakarta. Aku jadi rindu Bandung, suasana di Bogor tak jauh berbeda dengan Bandung, di Bogor walaupun panas namun anginnya tetap terasa menyejukan, ya, sama dengan di Bandung.

Bandung memang tak sesejuk dulu, bahkan sekarang jalanan di Bandung saja sudah terbilang padat, ya mau bagaimana lagi, Bandung adalah kota provinsi Jawa Barat, ya mau tidak mau menjadi kota sibuk seperti Jakarta.


Aku baru saja selesai mandi, Yona sudah tidak ada dikamarnya, piring bekas makanku juga tidak ada, aku tau Yona memang selalu memperhatikanku, sekecil apapun tentangku semuanya dia tau, jadi sebenarnya percuma saja aku menutupi suatu hal kepadanya karna pada akhirnya dia akan tau.
Aku jadi tersenyum, dia memang marah tapi semua keperluanku tak dia lewatkan sama sekali, pakain yang akan aku kenakan pagi ini masih dia siapkan, beda ya pagi ini dia tak akan mengancingkan kemejaku.

Bogor yang cerah dengan air yang menetes di daun-daun hijau yang baru saja Yona sirami terlihat segar aku tidak tau kalau Yona ternyata juga suka merawat bunga. Bukan bunga mawar atau anggrek tapi bunga dahlia.

Bunga dahlia bunga yang sangat umum di tanam oleh ibu-ibu rumah tangga, bunga dahlia bukan bunga yang sulit untuk ditanam, bunga itu akan cepat menyesuaikan dimana dia ditanam, tumbuhnya bunga dahlia tergantung bagaiman dari pengairaiaan dan asupan sinar mataharinya. Yona memang sangat keibuan bahkan untuk urusan bunga, sekarang aku bisa melihat bunga dahlia yang indah dengn warna merah yang bercampur ungu.


Bunga dahlia itu memang indah tapi yang menanam jauh lebih indah.


Baru saja ingin keluar dari kamar, aku jadi berbalik lagi masuk kedalam kamar mengambil handphoneku,memasukannya kedalam kantong kemeja, aku sudah rapih sesuai apa yang selalu Yona katakan, sekarang aku sudah siap untuk pergi menuruti perintah ibu mertuaku.

Saat kakiku sudah sampai dilantai dasar, aku melihat Yona yang sekarang sedang makan sambil menikmati acara kartun pagi ini. Dia sama sekali tak melihatku mungkin lebih tepatnya berpura-pura tak melihatku, aku hanya bisa pasrah langsung melanjutkan langkahku keluar rumah, karna Ibunya sudah menungguku diluar.

Saat tanganku hampir sampai membuka gagang pintu, aku jadi menoleh ke arahnya saat dia berbicara tanpa melihatku.

"Hati-hati, gak usah ngebut, mamah gak suka kalau ngebut."

Aku jadi mengurai senyumku, gemas sekali, saat rasa benci dan khwatir menjadi satu mungkin akan terasa seperti itu, mungkin itu sekarang yang ada didalam perasaan Yona.

"Iya sayang." Kataku dan benar-benar menutup pintu rumahnya meninggalkan dia yang hanya ditemani kucing peliharaanya.





..
.
.



Jika dilakukan secara suka rela hal apapun akan terasa menyenangkan, tidak ada hal yang aku lakukan terpaksa untuk membuat orang senang, jika dengan berfoto denganku membuat mereka bahagia akan aku lakukan, karna itu juga membuatku bahagia. Aku bersyukur ada orang yang mengenaliku walau mereka lebih mengenaliku sebagai co-host dibanding ex member jeketi.

Aku jadi tersenyum saat melihat Ibu Yona terus saja bercerita tentangku kepada teman-temannya, katanya aku itu anak temannya yang begitu dekat dengan anaknya, aku teman yang baik untuk Yona dan Yona bahagia memiliki teman sepertiku.

Ibunya Yona sangat bersahabat, sifatnya yang humble membuat aku mudah akrab dengannya. Pada awalnya aku pikir akan terasa kikuk atau nervous tapi tidak, dia bahkan memperlakukanku layaknya anak sendiri.

Dan sekarang aku sudah pulang, membuka pintu kamar Yona, dia sedang tiduran di atas kasur dengan kucing peliharaanya yang berada diatas tubuhnya. Sungguh untuk sekarang aku membenci kucingnya.

Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now