I

2.3K 431 80
                                    

Malam sudah datang sekarang waktu sudah menunjukan pukul tujuh, dan aku berjalan keluar dari ruanganku, sudah tidak ada siapa-siapa disini, aku hanya tersenyum saat seorang security menyapaku.

Tubuhku benar-benar terasa lelah, event sounsekyo begitu menyita waktuku, ku pikir dulu saat masih menjadi member hanya member lah yang berusaha keras atas event ini, tapi peran staff juga sangat penting, apalagi euforia untuk idol group sendiri di indonesia sudah benar-benar mengendur itu yang menjadi kerja kerasku dengan ka Melody, membuat mereka harus kembali menggilai JKT48.

Deretan lukisan-lukisan dengan dominan berwarna hitam dan putih seakan menggambarkan hati sang pelukis, apakah Yona membuat nya saat hatinya terluka? Lihat saja kini seorang gadis yang duduk sendiri dibangku taman yang kosong, dia terlihat kesepian, hanya seekor burung dara yang menemaninya disana.

Aku selalu menyukai detail lukisan yang Yona buat, dia selalu membuatnya benar-benar nyata, lukisan itu seakan hidup, menggambarkan semua perasaanya.

Kakiku melangkah lagi, memasuki deretan lukisan yang sedikit berwarna, aku tidak terlalu mengerti dengan lukisan ini, hanya ruangan kosong yang berwarna merah, ada retakan disudut dingdingnya seakan terlepas dari tembok lainnya.

Apakah ini gambaran ruang dalam hatinya? Jika memang iya, dia sangat terlihat mendramatisir, melukis hal apapun yang dia rasakan.

Kini tubuhku berhenti tepat didepan lukisan yang aku ingat, dia membuatnya dulu saat aku membohongi perihal Veranda yang mencintaiku, kini aku baru mengerti kenapa gadis itu membawa payung walau keadaan langit hanya gelap, tak hujan.

Itu mengartikan, Yona selalu mengantisipasi akan hal apapun yang bisa kapan saja menyakiti hatinya.

"Berapa harga untuk lukisan ini?"
Kataku bersuara, kalian tau, sejak tadi aku berdiri didepan punggung Yona yang memang sedang menatap lukisan ini.

"Maaf, Saya tidak menjualnya untuk yang ini."
Kata Yona yang tak membalikan badannya.

"Kenapa? Padahal saya sangat tertarik."

Dia berbalik, dan aku tersenyum menyapanya, dia menampakan mimik wajah kagetnya walau masih terlihat tenang.

"Apa kabar?" Kataku dengan suara yang begitu gugup, semua orang disini seakan berhenti bergerak hanya tatapanku dan Yona lah yang bergerak seirama dengan detak jantungku.

"Kinal? hai." Ucapnya tak kalah canggung denganku, dia mengangkat tanganya dengan ragu.

"Gw baik, gimana sama lo sendiri?" Lanjutnya menjawab pertanyaanku yang awal.

"Seperti apa yang lo liat."

Dia hanya tersenyum begitu tipis, tanganya menyelipkan helaian rambut pada daun telinganya aku tau sekrang dia sedang gugup, aku bisa melihat gerak geriknya yang seakan tak nyaman ingin segera pergi dariku.

"Ini serius gak dijual?"

"Kenapa memang?" Katanya malah balik bertanya.

"Ya, gw mau beli."

"Kalau lo mau, ambil aja."

"Harganya?"

"Gratis, anggap aja giveaway."

Aku tersenyum, aku jadi mengingat saat dulu aku memberikan chese cake padanya, dan meminta pelayan cafe mengatakan kalau kueh dan coklatnya adalah give away.

"Serius?"

Dia mengambil lukisan yang sejak tadi terpajang, dan memberikannya kepadaku, aku menerimanya, sentuhan tangannya yang menyentuh tanganku secara tidak langsung, membuat darahku mendesir, rasanya masih sama, sama seperti dulu saat aku mulai mencintainya.

Dibalik Layar [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن