II

2.5K 425 202
                                    

Cie yang seneng karna berhasil nebak, Ve ternyata cinta sama Kinal cie , sini peluk dulu 🙈


____________________________




Kilat cahaya langit Jakarta yang sejak pagi memang mendung, bergemuruh mengeluarkan suara yang menggetarkan siapapun yang berada dibumi.
Tubuhnya kaku, desiran darahnya mengalir mendidih disekujur tubuhnya, dia tetap diam sama sekali tak bisa berbicara.

"Tinggalin Yona, aku mohon."

Kinal hanya diam, bahkan saat Veranda menghambur memeluknya pun dia diam, dia masih mencerna perkataan Veranda tadi, kata-kata itu kata yang selalu di tunggu Kinal sejak lama, tapi kenapa mendengar ucapan yang seharusnya membuat dia bahagia, kini malah terasa menyakitkan.

Kenapa harus sekarang? Saat dia sudah benar-benar lupa akan cintanya pada Veranda kini seakan angin segar datang membuat dia ingin sekali masuk untuk menikmatinya, Veranda terus memeluknya menengelamkan kepalanya pada tubuh Kinal.

Kinal tak membalas pelukan itu, ini masih tidak bisa dia terima, ini masih terlalu membingungkan, hembusan nafas yang begitu gusar keluar dari bibir tebal Kinal, dia memejamkan matanya, merasakan tubuhnyan yang di rengkuh Veranda. Saat tangannya hendak membalas pelukan Veranda, suara pintu Rooftop  terdengar terbuka. Suara itu membuat Kinal menarik tubuhnya pada Veranda.

"Nal."

Disana terlihat Yona berdiri diambang pintu, dia tersenyum menatap Kinal yang sekarang sudah terlepas dari pelukaan Veranda.

Kinal menatap Veranda, dia sedikit tersenyum menatapnya. "Aku duluan, Ve"

Saat Kinal melangkahkan kakinya untuk menghampiri Yona, langkahnya tertahan, Veranda menggengam tangan Kinal.

"Sory" Kata Kinal melepaskan secara perlahan genggaman tangan Ve, samar, senyum Yona mengembang di ujung sana, ada sedikit perasaan lega dalam dadanya.

Veranda mematung, menatap punggung Kinal yang menjauh, angin membawa tubuhnya melayang, tamparan keras yang sekarang sedang dia saksikan tak membuat hatinya gentar akan hal yang seharusnya sudah dia mengerti, Kinal menghampiri Yona kemudian menggandeng tangan Yona, mereka berdua hilang dibalik pintu.

Matanya memancarkan kemarahan yang mendalam, rasanya tumpukan rasa tidak suka terhadap Yona semakin menebal di dingding hatinya.

Kini dia sudah menjatuhkan tubuhnya pada kursi penumpang di sampingnya Malvin hanya menghembuskan nafasnya.

"Gimana? Gak bisa kan?"

Veranda hanya mengangguk lemah, dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya itu membuat Malvin mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambut Veranda.

"Cinta itu gak bisa di paksaiin sayang, coba sedikit ngertiin Kinal, apa kamu tega ngebiariin dia sakit hati hanya karna ke egoisan kamu?"

Veranda membuka kedua tangannya menoleh pada Malvin dengan tatapan tak trima. "Aku gak mungkin diem aja liat dia jadi kaya gini, Malvin!"

Lagi-lagi Malvin menghembuskan nafasnya. "Apa dengan cara kamu bilang cinta ke Kinal, dia akan gitu aja ninggalin Yona dan akan kembali ke hal yang benar? gimana kalau dia jadi cinta sama kamu juga? Apa kamu gak mikir sampe sana?"

Veranda diam, namun dengan mata nya yang menatap tajam ke arah depan, dia berbicara dengan santainya. "Ya..aku tinggal bilang kalau aku gak cinta sama dia."

Malvin lebih memilih melajukan mobilnya, Veranda jika semakin dibantah akan semakin menjadi.





.
..
.


Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now