II

2.5K 434 176
                                    

Rasa yang hanya timbulkan resah.
Cinta yang buatnya menepis kenyataan yang ada.
Mengapa harus dengannya? Mengapa harus mencintai orang yang selalu mempermainkan cintanya?

Saat dia mendekat, bayangnya seolah menjauh.
Tempatnya berpijak seakan tak dapat dia capai.
Cintanya terlalu sulit untuk dia mengerti. Dia selalu mencoba bersabar, dia terlalu lama menunggu,namun yang di cintai tak pernah mengerti itu.
Tak menghargai perasaannya sama sekali.

Shania datang.
Beby pergi.
Shania kembali.
Beby seakan jenuh, begitu terus sampai mereka tak mengerti apa yang sedang mereka jalani.
Lelah sudah jelas dirasakan Shania jika seperti ini.
Ini bukan permainan!
Sikap Beby terus seperti itu
Mungkin ini saatnya dia pergi.

"Gak usah pegang-pegang!"

Saat Beby menjauhinya disana ada seseorang yang terus berusaha mendekati Shania, ini seperti sebuah kata terbalik yang di rasakan Shania, jika dengan Beby dia yang selalu berharap, tapi saat bersama Saktia dia selalu merasa menjadi orang yang sangat dibutuhkan, Saktia memang dengan terang-terangan mengakui kalau dia mencintai Shania, walau dia tau Shania tak akan pernah mencintainya.

Cinta searah yang dia rasakan dia nikmati dengan rasa sakitnya juga.

"Gw gak ada urusan sama lo!" Beby tidak kalah ngotot dengan Saktia, pertemuan mereka sebenarnya tidak sengaja, Shania dengan Saktia memang sedang ditempat ini, sebuah toko buku, Saktia hanya menemani Shania mencari buku untuk tugas kulihanya.

"Kalau lo gak bisa bahagian Shania gak usah banyak tingkah!" Tangan Saktia yang sedari tadi memang menggandeng tangan Shania seketika terlepas, dia memajukan badannya menatap Beby begitu tajam,

Dari poster tubuh saja Beby jelas jauh dari Saktia. Biarpun Beby terlihat lebih manly tapi itu tidak membuat Saktia jadi takut akan melawannya

"Sak" kata Shania menyentuh tangan Saktia, Shania hanya menatap semua orang yang sudah menatapnya kini, dia sedikit menarik tangan Saktia agar menjauh dari Beby.

"Manusia satu ini tuh harus dikasih pelajaran Nju, biar ngerti rasanya tuh gimana!"

Beby terus saja diam, dia hanya bisa meredam semuanya, saat Saktia menatap Shania begitu dalam, saat Saktia dengan mudahnya menyentuh pipi Shania didepannya. Dia selalu berfikir Shania hanyalah miliknya tapi dia sama sekali tidak ingin terikat.

Egois!



Shania benar-benar membawa Saktia keluar dari toko buku itu rasanya dia sudah tidak punya wajah kalau harus berlama-lama didalam dengan tatapan orang-orang yang menatap mereka aneh. Kini mereka duduk disebuah taman yang tak jauh dari tempat tadi, Saktia terus saja meluapkan rasa kekesalannya terhadap Beby, siapa yang tidak akan emosi jika seseorang yang dicintainya hanya dibuat sakit hati.

"Makasih ya Sak."

Saktia menoleh, dia masih mengatur nafasnya yang memburu. "Apa?"

Shania malah tersenyum menggeleng. "Lain kali gak usah gitu ya, malu diliatin orang."

"Iya maap ya, aku cuman emosi."

Shania memberikan air mineral dingin, menempelkan nya di wajah Saktia.

"Buat aku?"

"Heem, tadi udah teriak-teriak kan buat aku."

Saktia menggeleng, menerima air pemberian Shania.

Cinta tidak perlu mengharapkan hal yang berlebihan, bagi Saktia, begini saja sudah cukup.




.
.
..



Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now