I

1.9K 374 88
                                    

Andai wattpad menghasilkan kek youtube ya pasti kulebih semangat wlwkwwkkwkwkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Andai wattpad menghasilkan kek youtube ya pasti kulebih semangat
wlwkwwkkwkwkwk

______________________________






Aku jadi tak berani melihatnya yang sekarang duduk disampingku dengan senyum yang tak pernah hilang, aku mencoba terus fokus pada jalan, tapi saat tangannya menyentuh ujung rambutku yang hanya ku kuncir kuda, ada desiran hangat yang menjalar disetiap aliran darahku, aku jadi menoleh ke arahnya.

"Gak ada niatan potong rambut?" Katanya yang terus memainkan rambutku.

"Belum ada."

Wajahnya menampakan raut wajah kecewanya. "Kenapa?"

"Yona gak suka kalau rambutku pendek."

Aku menjawabnya jujur, Yona memang lebih suka saat melihatku berrambut panjang, kata Yona aku malah terlihat aneh jika berrambut pendek, wajahku yang bulat membuat aku akan terlihat lebih bulat dengan rambut pendek.

Sebenarnya sekarang rambutku tidak terlalu panjang juga, mungkin dimata Veranda ini memang terlalu panjang.

"Padahal aku lebih suka kalau rambut kamu pendek."

Aku hanya tersenyum begitu kaku menimpali ucapannya, ntah harus meresponnya seperti apa, sebenarnya aku tidak ingin membahas hal apapun mengenai rasa cintanya terhadapku,tapi tiap gerak geriknya sedari tadi membuat aku terkadang lupa dengan Yona.

Kini mobil yang ku kendarai sudah berhenti dirumah Lidya, Lidya tidak ada, dia sedang ada latihan di teater, awalnya aku ingin mengantarkan mobilnya ke teater tapi Lidya bilang dia akan menginap di kosaan ka Melody, jadi dia memintaku mengantarkan mobilnya kerumah saja.

Udara Jakarta yang panas membuat aku harus membuka kemejaku menyisakan kaos oblong berwarna abu-abu, saat tanganku ingin membukanya, tangan Veranda malah dengan sigap seakan membantuku membukakan nya, aku jadi diam, aku gugup, ac yang dihasilkan dari taksi online yang sedang kita naiki saja terasa panas saat dia menatapku dan tersenyum.

"Makasih, Ve."

Dia mengangguk, memangku kemejaku, dia jadi yang membawanya. Aku mengutuk jalanan Jakarta yang macet di saat aku ingin segera mengakhiri keadaan yang membuatku mati gaya. Mungkin karna terlalu lelah dia malah menjatuhkan kepalanya di bahuku, tangannya menelungsup masuk di jari-jariku, aku tak membalas genggamannya, aku diam, sungguh aku hanya diam.

"Nay"

"Ya?"

"Tadi pagi aku telpon kamu."

"Telpon?"

Aku langsung mengecek hapeku, karan seingatku dia hanya menelponku siang tadi dan tidak ada panggilan dengan namanya yang masuk di pagi hari.

"Gak ada nih" kataku menunjukan layar hapeku padanya.

Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now