II

2.2K 473 307
                                    

Edit. Komenin ceritanya aja jan pada komenin sakitnya :(

Terimakasih buat kalian semua yang masih setia baca, vote dan komen. cerita ini sekarang ada di rank #89 kategori FanFiction.

Jadi ini spesial double update ya, mohon maap nih kondisiku sedang sedikit tidak fit, mungkin besok gak bisa update smpe waktu yang tak ditentukan ya.

Doain ya biar kembali sehat, kalian juga jaga kesehatan.

Love and happy reading!💙



______________________________


Waktu yang sudah cukup larut malam, membuat keadaan setiap kamar kos terlihat sepi, tapi mereka malah seakan menegangkan urat nadinya, saling tak setuju akan hal yang sedang mereka bahas.

"Gak bisa gitu Ve!"
Jeje memutar badannya tak trima akan semua hal yang Veranda ceritakan.

Veranda jadi berdiri menghampiri Jeje. "Trus aku harus gimana? Kalian mikir gak sih, Kinal itu sahabat kita!"
Kata Ve dengan mata yang melihat Jeje dan Shania secara bergantian.

"Gw tau, tapi gak gini caranya, kalau lo cuman mau nyakitiin Kinal mending biar Kinal gw yang urus. Gw bisa cariin dia laki-laki!"

"Emang kamu pikir dengan cara itu bisa buat Kinal ngikutin apa mau kamu? belum tentu Je! Kalian tau kan Kinal gak pernah bisa nolak apa mauku? Mungkin dengan cara ini Kinal bisa kembali ke jalan yang benar."

"Benar? Benar untuk diri lo sendiri!"

Veranda menhempaskan nafasnya yang kasar.

"Gw rasa yang gak waras itu lo bukan Kinal! Kita bisa kenalin Kinal sama laki-laki, gw pnya banyak temen cowok, itu lebih baik dibanding lo harus pura-pura cinta sama dia, lo gak tau kan gimana kalau Kinal jadi cinta sama lo?!"

Veranda tak terlalu mengindahkan ucapan Jeje dia tetap keukeuh akan hal yang menurutnya benar. "Loh? Bagus kan? Itu mempermudah aku buat ngendaliin dia."

Shania yang sedari tadi hanya jadi pendengar akhirnya muak juga, dia berteriak, beranjak dari dimana dia duduk.

"Cukup!!! Plis kalian itu mau nyelesaiin masalah atau menambah masalah?!" Shania kini berdiri diantara Jeje dan Veranda.

"Kenapa diem?!"

Veranda dan Jeje memang diam, mereka berdua saling menatap dengan tatapan emosi hal itu membuat Shania menghembuskan nafasnya lagi.

"Asal kalian tau, peran sahabat memang harus mengingatkan sahabatnya, tapi enggak dengan cara egois! Ka Kinal juga punya hak untuk memilih! Tau apa kalian tentang hal yang benar dan salah untuk hidup ka Kinal?!"

"Jelas dia salah, Tuhan juga gak akan membenarkan ini Nju" kata Jeje dengan suara pelan.

"Gw tau ci, tapi apa kalian ada saat ka Kinal melawan hal yang kalian anggap salah?! Apa kalian ada? Ha? Kalian gak tau gimana ka Kinal nahan sakit sendiri untuk berusaha jadi Normal kaya kalian!"

Lagi-lagi Jeje dan Veranda hanya diam.

"Oke! Gw gak akan ikut campur tentang ini, terserah kalian mau gimana, asal kalian tau, jauh sebelum ka Kinal yang seperti ini, gw sudah lebih dulu salah!"


..
.
.







Senyumnya bagai bualan dalam hati yang pedih. Rasanya ingin bilang, tapi hatinya terlalu kelu, rasa sedih marah semua terbias menjadi satu, dia seakan terbakar, memandang air seperti magma, dia tak ingin diam, tapi dia hanya bisa diam.
Ingin berkata, tapi bagaimana?
Dia sekarang di sini hanya menatap kosong lukisannya yang hampir selesai. Dia sedang cemburu.
 
        

Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now