13. Lembar Ketigabelas

Mulai dari awal
                                    

"Udah makan aja, masih enak kok." Kataku.

"Hmm.. telor dadar tiramisuku, selamat makan."

Feni seakan pasrah memasukan nasi beserta telor dadar yang sudah dia potong, aku sedikit tertawa melihatnya.

Pagi ini Yona hanya sarapan  nasi saja ntah rasanya apa, ku rasa lebih baik dengan telor dadar ini lumayan sedikit mempunyai rasa gurih dan pait.

"Gw duluan ya." Kataku beranjak menaruh piring, mengambil tasku yang berada di kasur.

"Loh? Umi emang mau kemana?"

"Mau kerjalah, alat lukis Yona mahal."

Yona mendengus protes.

Feni sedikit menekuk wajahnya, dia menatap Yona yang masih duduk disebelahnya. "Mamski juga mau latihan ya? Trus aku sama siapa disini?"

Yona hanya menggidikan bahunya tak peduli, dia juga berjalan menaruh piringnya.

"Bukannya lo ada teater?" Kataku yang masih memasukan segala keperluanku kedalam tas.

"Itukan nanti malem."

"Yaudah nikmati aja kegabutan lo, yaudah ya gw duluan." Baru saja hendak menarik gagang pintu, suara Yona membuat aku menoleh lagi, dia mendekat ke arahku.

"Pulang jam berapa?"

"Sore paling, kenapa?"

"Aku jemput boleh?"

Aku tersenyum menyentuh rambutnya yang terlihat lepek karna paginya yang sudah sibuk. "Kalau gak buat kamu capek ya gapapa."

Dia mengembangkan senyumnya menandakan kalau dia sama sekali tak merasa lelah kalau hanya untuk menjemputku.

"Yaudah aku duluan ya, jangan lupa makan lagi."

Aku menyentuh pipinya, baru saja ingin mendaratkan ciuman dibibirnya tapi suara Feni membuat aku mengurungkan niatku.

Feni memang ganggu.

"Ada gw kali disini."

Aku jadi mencium keningnya, menyentuh pipinya lagi, sebelum aku menarik gagang pintu dan keluar dari kosaan.




..
.
.




Rasanya mudah sekali ya, memotivasi seseorang untuk semangat padahal jika memberi semangat untuk diri sendiri terasa begitu berat, aku merasa diriku seperti seorang motivator yang tiap harinya hanya memberi sebuah ucapan-ucapan motivasi, aku jadi semangat juga melihat mereka yang terlihat antusias untuk membesarkan nama jeketi.

Sekali lagi aku bangga menjadi bagian dari jeketi walau hanya dibalik layar.

Sekarang aku sedang duduk meluruskan kakiku dengan ka Melody yang berada disampingku melakukan hal yang sama, karna tadi kita memang sempat melatih mereka beberpa dance juga.

"Thank you loh Nal, kebantu banget nih ada lo, padahal gw bingung gitu buat ngebangkitiin semangat mereka, memang jiwa idol lo gak pernah berkurang sedikitpun, mereka banyak loh yang ngoshiin lo." Kata ka Melody yang meminum air mineral milikku seenaknya.

"Sama-sama ka, gw juga seneng bisa bantu, jadi flashback masa dimana gw juga dulu gini."

Ka Melody menaruh botol air mineral nya tatapannya jadi seakan menerawang masa dimana kita pertama kalinya masuk jeketi. "Gak berasa ya Nal udah 9 tahun dan kita masih belum bisa lepas dari sini."

Aku tersenyum mengangguk mengiyakan. "Lama juga ya ka, saat yang lain udah punya anak kita masih disini."

Ka Melody mendengus mendengar perkataanku.

"Gimana hubungan lo sama Yona?"

"Baik kok."

"Hm.. Semalem Lidya cerita ke gw kalau Yona kebanyakan ngelamun akhir-akhir ini, Lidya pikir ada masalah sama lo, karna di K3 gak ada hal yang jadi masalah."

Aku jadi menoleh menatap wajah ka Melody yang memberikan wajah seriusnya.

"Semalem juga gw liat dia nangis, pas gw tanya kenapa dia gak mau jawab."

Dia menganggukan kepalanya. "Lo sama Ve gimana?"

"Gak gimana-gimana."

"Dia tau kalau lo pacaran sama Yona?"

Aku mengangguk.

"Trus?"

Ntah kata trus dari ka Melody ini berharap akan jawaban apa dariku, aku sendiri bingung akan menejelaskan seperti apa.
"Gak tau deh gw."

"Lo gak mikir gitu nangis nya Yona ada hubungannya sama Ve?"

"Itu yang lagi gw pikirin."

Ka Melody kini menekuk kakinya bersilah, menghadapkan dirinya kearahku. "Sory nih ya, Lidya kan emang jiwanya ibu-ibu banget, gw denger dari dia lagi kalau beberapa waktu lalu Yona disamperin Ve."

"Iya gw tau."

"Trus?"

"Ve minta Yona mutusin gw."

Ka Melody langsung berteriak dan sumpah demi apapun aku kaget.
"Heee serius maneh?"

Aku menghembuskan nafasku.

"Kunaon ih? Cemburu gitu?"

Aku mengangkat kedua bahuku. "Dan kemaren dia malah bilang cinta sama gw."

Ka Melody semakin membelalakan matanya tak percaya.

"Wey!"

"Astagfirulllah, ngangetin ih!" Ka Melody langsung memukul bahu Lidya yang ntah dari mana dia tiba-tiba hadir bak tuyul yang keluar dari botol.

Aku jadi tertawa melihat ekpresi terkejutnya ka Melody.

Dengan beraninya Lidya malah cekikikan langsung duduk diantara aku dan ka Melody. "Ngomongin apaan sih serius banget."

"Kamu kalau dateng tuh assalamualikum kek malah ngangetin orang, untung aku gak latahan kaya kamu."

"Hih..Lagian kalian serius banget kaya lagi diskusi parlemen, beda aja bu jiem sama kepsek mah."

Serius aku jadi menggeser badanku bahkan aku jadi duduk dihadapan mereka berdua, Lidya sungguh tidak tau diri dipikir badanya sekecil Yona yang bisa nyelip-nyelip begini.

"Kepsek?"

"Iya itu si kunyuk kan sekarang kerjaanya obral-obral motivasi doang kek kepala sekolah."

"Setan." Kataku menimpali ucapan Lidya.

Lagi-lagi Lidya hanya tertawa."Bahas apaan si? Gw mencium aroma-aroma kegalauan." Katanya meliriku.

"Kinal masa ditembak sama Ve tau Lids"

Aku yang sedari tadi menaruh kepalaku di lutut, seketika langsung ku tegakan saat suara yang sangat ku hafal masuk membuat tubuhku langsung menegang.

"Nal."


"Yona..Gw bisa jelasin, Yon."



































Bersambung

#TeamVeNalID


Have a nice day💙

Dibalik Layar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang