Tetap saja dia tidak bisa memahami perasaan yang bergerak dengan tenang, berjalan secara misterius, Yona memang tidak pernah tau apa yang sekarang sedang Kinal fikirkan, tentang pertemuanya tadi dengan Veranda pasti bukan hanya pertemuam biasa, mata tajamnya masih sempat melihat dengan jelas saat Veranda memeluk Kinal menangis ntah menangisi apa, walau Kinal tak membalas pelukaan itu tetap saja ada rasa cemburu yang kini berjalan masuk kehatinya.

Yona terus menggandeng tangan Kinal berkeliling mencari peralatan gambar, tanpa menolak Kinal terus mengikuti kemana Yona berjalan.

"Udah dapet semua nih." Kata Yona mengangkat keranjang belanjanya yang sudah penuh dengan berbagai cat lukis dan pensil warna. Hobi menggambar memang tak bisa dia hindari, sejak kecil dia memang sangat suka menggambar, hasil gambarnya pun tidak bisa dianggap biasa saja.

"Sini aku yang bayar." Kinal mengambil keranjang itu, dan Yona hanya mengerutkan dahinya tak yakin.

"Aku serius sayang, kamu tunggu diluar aja, aku kekasir dulu."

Yona tersenyum dan mengangguk tapi saat hendak melangkah suara Kinal membuatnya menoleh lagi.

"Eh Yon, tapi makan kamu yang bayar ya."

Yona memutar bola matanya malas, dia sudah menduganya.

Mana mungkin Kinal mau rugi.

Langit yang sedari tadi gelap kini sudah menurunkan hujannya, Yona dan Kinal sudah duduk saling berhadapan menunggu makan siang mereka yang sudah terlampau lewat, waktu sudah menunjukan pukul empat sore.

"Aku selesai ngurusin anak gen 6 jam tujuh, nanti aku ke fx pulangnya." Kata Kinal dengan tangan yang menyendokan nasi kemulutnya.

"Kenapa gak langsung ke kosaan aja?"

Yona sore ini hanya memilih menu makanan ringan padahal Kinal sudah bilang kalau dia harus makan nasi tapi Yona keukeuh tidak mau, sedangkan dihadapan Kinal tersedia berbagai makanan berat.

Kinal tak akan menyianyiakan makanan yang di bayar oleh Yona.

"Gak, aku mau pulang bareng kamu."

"Emang gapapa kamu nunggu nantinya?"

"Ya gapapa, nunggu cuman beberapa jam doang, dari pada kamu pulang sendiri."

"Yaudah, kalau gitu mobil aku, kamu bawa aja."

"Gak usah ah, Aku naik taksi online aja gapapa."

"Yaudah gak usah pulang sama aku."

"Iya iya nyonya, aku bawa mobilnya."

Yona jadi tersenyum, menepuk-nepuk pipi Kinal yang penuh dengan makanan.

Sebenarnya rasa cemburu masih terus memeluk hatinya, tapi dia selalu ingin terlihat biasa saja didepan Kinal, dia tidak mau kecurigaanya hanya membuat hubungan mereka jadi tak manis. Dia melambaikan tangan nya pada Kinal, dia masih berdiri sampai mobil yang Kinal kendarai tak terlihat lagi.

Dia berjalan dengan beribu tanya dalam pikirannya.

"Weyy..." Lidya menghentikan langkah Yona, dia menghalangi arah jalan Yona yang hendak menuju stasion nya. Mata Lidya terus melihat kebelakang seakan mencari sosok yang tidak ada, Yona hanya menatapnya jengah.

"Kok tumben peliharaan lo gak ada?"
Tanya Lidya, dan Yona hanya mendengus, peliharaan yang dimaksud Lidya siapa lagi kalau bukan Kinal, akhir-akhir ini Kinal memang selalu mengikuti kemana Yona pergi, bukan karna posesif memang jadwal kerjanya lebih banyak mendampingi team K3.

"Sialan." Yona langsung bergerak ingin melangkah melanjutkan jalan nya. Lagi-lagi Lidya menahannya.

"Eh tunggu dulu, buru-buru amat."

Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now