9.Lembar Kesembilan

Mulai dari awal
                                    

Mataku jadi tidak bisa kalau tak harus menatapnya.

Mungkin dia sadar sedang di perhatikan, dia jadi menegakan kepalanya beralih menatapku juga, dan dia tersenyum sebelum dia mengalihkan lagi pandanganya ke ka Melody.

Waktu terus berjalan, 1 jam berlalu dan sekarang ka Melody sudah menutup meeting ini, baru saja aku ingin bangkit dari duduk ku tangan Ka Melody menahannya, disebrang sana Yona menungguku, mungkin dia mengerti dia langsung keluar dulu saat aku menatapnya.

"Kenapa ka?"

Kini diruangan ini hanya tersisa aku dan ka Melody.

"Besok temenin Veranda syuting ke Bali, siapin baju buat 3 hari kedepan."

Aku jelas kaget dengan hal itu, "Hah? Bali?"

"Iya, semua tiket udah diurus sama ka Balenk, besok berangkat pagi ya langsung ke bandara aja."

Aku masih menelaah ucapan ka Melody, tapi dia sudah beranjak pergi.

"Ka, tunggu dulu." Kataku mengejarnya, menyamai langkahku dengan nya.

"Kalau mau protes sama Veranda aja, dia yang minta." Ucapnya dengan tangan yang memencet tombol lift.

"Ka Mel!"

Ka Melody sudah tak mendengar ucapanku dia hilang di balik pintu lift.

Kenapa harus mendadak seperti ini? Kemana ka Nikita? Kenapa harus aku?

Astaga Veranda.

3 hari lagi hari ulang tahun Yona.

Bagaimana bisa aku meninggalkannya.

Aku benci keadaan ini,
Karna keadaan ini membuat aku jadi serba salah, aku menyandarkan tubuhku pada tembok lift, otakku berputar berfikir bagaimana dengan hatiku nanti dan bagaimana dengan Yona.

Rasa memang ada batas waktunya .
Tak mungkin ku tetap diam bersama rasa yang sudah membuat hatiku hancur berantakan.

Menghilangkan sebuah rasa, memang tak semudah seperti ku mengatakannya untuk melupakan Veranda.

Menghapus rasa tak seperti menghapus tinta .
Butuh perjuangan dan waktu .

Aku sekarang melihat Yona yang baru saja keluar dari toilet. Dia semakin mendekat.

"Yang."

Aku langsung memeluknya.

"Kenapa?"

Aku diam tak menjawab, rasanya aku semakin bersalah jika masih memendam rasa pada Veranda, bagaimana bisa aku terus saja berharap pada dia yang menyakiti, padahal dia yang sedang ku peluk dengan sabar memberikan cinta tulusnya untukku, Yona malah menarik pelukanku, dia menatap mataku.

"Ka Melody ngomong apa?"

"Aku harus ke Bali besok, sampe 3 hari kedepan."

Senyumnya langsung dia tampilkan, dia selalu saja bisa terlihat biasa saja walau aku tidak pernah tau apa yang ada dihatinya.
"Wah enak dong liburan, nanti bawaiin aku oleh-oleh ya, sayang aku besok ada event gak bisa ikut deh, tapi gapapa deh yang penting oleh-oleh ya Nal? yaudah sekarang kita pulang, aku siapin keperluan buat kamu." Dia menarik tanganku untuk segera memasuki Lift.

"Sama Veranda."

Saat aku mengucapkan kata itu, Yona langsung diam, genggaman tangannya seketika terlepas.

Dia berbalik dan kini dia yang memelukku.

Aku langsung membalasnya.

Dia semakin memelukku, aku tau ada ketakutan dalam dirinya saat dia tau aku harus pergi dengan Veranda, sama, aku juga takut. Takut akan tingkah bodohku yang menaruh harapanku padanya.

Aku bimbang padahal kemaren aku seakan yakin kalau Yona sudah memenuhi semua isi hatiku, tingkah Veranda yang seakan tidak menyukai kedekatanku dengan Yona, malah membuat aku jadi menaruh harapan padanya. Apa dia cemburu?

Aku terdiam memikirkan semua ini, wangi tubuh Yona membuat aku semakin bingung dengan semua hal yang sedang aku rasa.

Dan mungkin kalau aku tetap diam, Yona akan menjauh dan lenyap dari hidupku.
Takkan ada lagi wanita sederhana yang memberiku cinta setiap harinya,
Takkan ada lagi wanita sederhana yang senantiasa selalu mengerti keadaanku.

Aku takut kalau Yona yang akan pergi meninggalkanku karna aku yang tak bisa memilihnya.

Manik matanya terlihat sayu dia seakan memohon dalam tatapannya.

"Apa aku boleh egois atas diri kamu? Kalau boleh, apa bisa kamu gak pergi?"

Rasanya hatiku seperti di hantam balok yang sangat besar mendengar ucapanya yang tak yakin untuk meminta, terbuat dari apa hatimu Yona? Jelas kamu bisa egois atas aku,

Kamu kekasihku, harusnya kamu bisa lebih brani, agar aku juga selalu sadar kalau aku milikmu.


..
.
.



Diperbatasan rasaku .
Aku membiasakan diriku tanpa memikirkan Veranda.
Membiasakan diriku tanpa mengilusikan dia di hatiku.
Aku sadar, itu takkan menggugah hatinya.

Aku ingin bahagia dengan apa yang sekarang membuatku bahagia.

Aku mencintai Yona, dan aku bahagia. Aku mohon menjauhlah dan biarkan aku bahagia Veranda.

Kamu bahagia dengan Malvin dan aku dengan Yona, adil bukan? Sudahi saja semua tingkahmu yang seakan tak rela jika aku dengan Yona.

Besok pagi sekali aku harus meninggalkan dia yang malam ini terlihat manja, sejak siang tadi saat aku mengatakan kalau akan pergi dengan Veranda, dia enggan terlepas dariku barang sedetik pun.

Katanya untuk malam ini jangan jauh-jauh karna besok kamu yang menjauh.

Aku menatapnya yang kini berada dihadapanku, dia terlihat serius mengerjakan semua tugas kuliahnya.

Benar apa katanya, aku juga tidak ingin jauh-jauh, rasanya aku ingin malam ini berlangsung lama, memandanginya seperti ini saja membuat aku merasa bahagia.

Truslah bersikap seperti ini Yona, selalu membuatku nyaman akan hatiku yang aku titipkan padamu.

"Yon"

Aku melipat kedua tanganku yang ku taruh di atas meja kecil yang menjadi tempat Yona mengerjakan tugas, untuk menjadi bantalan kepalaku, aku terus menatapnya.

"Hm?" Dia tak menoleh kearahku dia masih saja menggoreskan pensilnya pada kertas putih yang sekarang sudah penuh dengan sketsa-sketsa sebuah bangunan.

"Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Gak mau apa-apa gak jadi, aku mau kamu cepet pulang aja, utuh gak pake jadi setengah-setengah."

"Serius nih?"

Kali ini dia menaruh pensil gambarnya, dia menatapku.

"Heem, jadi manager yang baik jangan malah nyari kesempatan karna jauh dari aku."

Aku jadi bangkit menegakan kepalaku. "Cie mulai posesif nih"

"Aku pacar kamu wajar posesif, masa aku kalah posesif sama sahabat kamu?"

Aku sedikit tertawa. Kini wajahnya benar-benar aku tatap lekat.

"Iya, Pacarku"


Dia malah tersenyum kemudian menoyor kepalaku dengan pensil gambarnya.

















Bersambung

#TeamVeNalID

Dibalik Layar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang