34. The Truth

2.5K 199 6
                                    

"Tumben ngumpul?" Sindirian Rassya begitu kentara di telinga dua orang cowok yang sedang bermain ps tapi tidak sama sekali mengeluarkan suara seperti biasanya.

Rassya masih tidak mengalihkan matanya dari komik yang ia baca. Sampai beberapa menit kemudian, karena tidak mendengar sahutan dari keduanya, Rassya mendongak sembari berdecak kesal.

"Tuli?" Rassya berucap datar, kesal, penuh penekanan.

Masih tidak ada jawaban dari keduanya, Rassya melempar komik yang ia baca tadi ke atas meja kayu yang ada di depan sofa.

Kedua manusia yang disindir tadi menoleh ke arah Rassya dengan memasang wajah datar. Namun, masih tidak mengeluarkan suara apapun.

Rassya menghela napas kasar. Merasa percuma, Rassya bangkit dan berjalan keluar dari base camp.

Hening. Suasana seperti itu semenjak Rassya keluar meninggalkan mereka berdua. Hanya suara dari televisi yang terdengar mengisi keheningan tersebut.

"Jauhi Rena."

Adnan memandang Raga dengan tatapan datar, mengintimidasi. Raga yang mendengar ucapan Adnan mengangkat sebelah alisnya.

Namun tidak lama, Raga mengerti. Sambil terkekeh pelan, terkesan hambar, Raga berkata. "Tanpa lo minta, gue bakal lakuin."

Adnan mengedikkan bahu, memilih untuk memandang televisi. "Bagus."

"Sampah. Kalau tujuan lo nyuruh gue datang ke sini cuma bilang itu." Raga mendesis, ia meletakkan stik ps di lantai begitu saja.

"Lebih sampah lagi teman makan teman," balas Adnan tidak kalah sengit.

Tatapan keduanya beradu sengit. Raga dengan ketidakpeduliannya, Adnan dengan kemarahan tertahannya.

"WHAT'S WRONG, BRO?!" Seruan itu menggema di dalam base camp. Leon yang tidak tahu situasi seenaknya duduk di tengah-tengah keduanya yang saat ini menatapnya dengan malas. Disusul dengan Rassya yang duduk di sebelah Leon.

"Eh Ga, tadi Rena nyariin lo, gue jawab nggak tahu, eh taunya lo di sini." Leon meraih snack yang ada di sana. Berkata seperti itu, ia dengan santai melahap snack tersebut tanpa tahu situasi.

Menyadari situasi yang salah, Leon malah tertawa tanpa dosa. "Ups! Salah ngomong nih gue!"

"Ingat kata-kata gue, Ga." Adnan memandang Raga diam, datar, terkesan mengintimidasi.

Raga mengangguk acuh.

Leon tengah berpikir sesuatu, tak lama ia tersenyum lebar. "Gue tahu lo berdua suka cewek yang sama. Gimana kalau, lo berdua balapan, yang menang dapat tuh cewek!" Dia tiba-tiba berkata seperti itu dengan santainya.

Ketiga cowok yang mendengarkan penuturan Leon tersebut, mengajukan kepalan tangan ke arah Leon.

"Lo kira Rena apaan, Anjing?" Raga terlebih dahulu bersuara. Ia merasa marah pada Leon. Seenaknya cowok itu menjadikan Rena bahan taruhan.

Rassya hanya menggeplak kepala Leon yang sepertinya sudah kehilangan kewarasan.

Adnan menarik kerah baju Leon, yang dibalas Leon dengan tarikan sebelah alisnya. "Lo ngomong pikir dong! Lo kira cewek gue apa?" Adnan mendesis marah.

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang