16. Different Way

3.7K 378 70
                                    

Cinta tak harus memiliki dan cinta bukanlah menguasai. Biarlah ku mencintai dengan caraku sendiri.

  🔥🔥🔥

Pelajaran olahraga telah dimulai sejak lima belas menit lalu. Materi penjaskes pada kesempatan kali ini adalah materi mengenai atletik. Pak Bintang telah bersiap di depan para murid yang berbaris untuk melakukan pemanasan.

"Leonard, kamu pimpin pemanasan!" Guru muda itu meniup peluit besinya, menunjuk Leon sebagai pemimpin pemanasan. Sambil berdecak malas, Leon maju ke depan barisan diiringi tawa Raga.

"Mampus lu, Yon! Goyang pinggulnya banyakin, Oy!" Raga terkekeh kecil, setelah menyerukan suaranya yang bervolume keras. Pak Bintang melotot, Raga hanya menyengir.

Lalu Leon memulai pemanasan yang berawal dari bagian kepala, tangan, badan, hingga sampai ke kaki. Setelah melakukan pemanasan, Pak Bintang kembali pada posisi di depan barisan menghadap murid. Leon sudah diisyaratkan untuk kembali ke barisan.

"Seperti yang kalian ketahui, materi kita kali ini adalah atletik. Atletik pasti sudah pernah dong kalian pelajari di SMP? Bahkan saat SMA kelas satu atau semester satu kemarin pernah belajar kan? Walau sedikit-sedikit. Nah, di sini, saya akan melanjutkan serta menuntaskan materi atletik kita."

"Atletik berciri khas yaitu harus berlari. Kemudian melompat, seperti melompat jauh, tinggi, galah, jangkit, melompat memiliki awalan lari dan tumpuannya hanya menggunakan satu kaki. Kemudian, kalian harus menghindari memperpanjang atau memperpendek jarak lari. Lalu, bertolak dari tumit dengan kecepatan yang tidak ditentukan."

Pak Bintang terus menjelaskan materi. Diselingi dengan contoh-contoh melakukan apa yang ia jelaskan. Beberapa murid paham, beberapa murid mengangguk saja, dan sisanya bodo amat.

   ♣️♣️♣️

"Lo kan punya asma La, mending lo gak usah deh ikutan. Entar gue bilangin tuh sama guru baru," kata Rena memberi nasihat pada Mala yang tetap ingin ngotot mengikuti pembelajaran olahraga.

Pak Bintang menyuruh untuk segera mempraktekkan apa yang telah ia jelaskan. Mala yang memang memiliki riwayat penyakit asma, jelas-jelas ditolak mentah-mentah oleh Rena untuk mengikuti pembelejaran lebih lanjut.

"Na, gue mau ikutan! Gue bawa kok obatnya, lo tenang aja deh." Mala tersenyum menenangkan.

Rena mengembuskan napas pelan, lalu mengangguk. "Oke. Tapi kalau lo capek, langsung bilang ke gue ya?"

Mala mengangguk semangat. Lalu berbaris di depan Rena sambil menunggu giliran untuk mencoba materi atletik kali ini, lompat jauh. Sebelumnya, murid harus berlari lebih dahulu lalu melompat sejauh yang ia bisa.

Mala merenggangkan kedua tangannya, lalu saat mendengar suara tiupan peluit, menandai bahwa dirinya yang berlari, Mala langsung berlari mendekati daerah lompatan.

Rena menatap punggung Mala dengan khawatir. Benar saja, hanya tinggal sedikit lagi, Mala tumbang di tengah-tengah pelariannya menuju daerah lompatan. Beberapa murid langsung mengerumuni Mala yang telah pingsan, tidak terkecuali Rena yang berdecak kesal. Mala, sudah diingatkan, masih saja membantah.

Rena mengedarkan pandangannya. Ia menemukan Leon yang sedang asik tertawa dengan cewek yang sudah sering Rena lihat jalan berdua bersama Leon tanpa Mala tahu. Rena menghampiri Leon dan cewek itu.

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang