19. The Reason

3.3K 318 33
                                    

Sorry for typo.
🌻🌻🌻

Longlast.
-A

Dahi Rena mengerut. Longlast? Maksudnya longlast untuk hubungannya dengan Adnan? Dari mana pengirim surat ini tahu kabar resminya hubungan Adnan dengan Rena? Rena rasa, ia tidak ada memberi tahu siapa-siapa. Hanya dia dan Adnan saja yang baru tahu kabar ini.

Lantas, siapa sebenarnya pengirim surat ini? Apa benar tebakannya bahwa pengirim surat ini Adnan? Dahi Rena bertambah mengerut disertai dengan gelengan kepala.

Rena menghela napas, lalu menyimpan kertas kecil itu ke dalam saku seragamnya.

Lalu, kakinya melangkah keluar kelas menuju kelas Mala yang terletak di sebelah kelasnya setelah meletakan tas di atas meja.

Mata Rena menangkap Mala yang duduk melamun di bangkunya. Cewek itu menghela napas dan melangkah masuk ke dalam kelas Mala.

Kelas mereka sudah berganti menjadi kelas 12. Namun, perpindahan kelas belum diatur. Jadi, teman kelas maupun urutan kelas belum berganti.

"La," tegur Rena, menarik kursi di samping Mala ke belakang, memberinya celah agar ia bisa duduk.

Mala menoleh, namun ekspresinya masih sama. Rena menyentuh pundah cewek itu dengan sedikit meremasnya.

"Lo lagi ada masalah? Cerita sama gue, La." Mala menggeleng pelan, kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Gue nggak papa, Na. Btw, lo udah jadian ya sama Adnan?" tanya Mala, kini ekspresinya berganti menjadi jahil.

Rena tersenyum kecil, mengangguk. "Lo tahu dari mana soal itu? Perasaan gue belum kasih tau lo," kata Rena sambil memperhatikan seisi kelas Mala yang sudah dipenuhi murid-murid lain.

"Snapgram Adnan kemarin. Gue nggak bodoh buat tahu tangan siapa yang dia genggam. Ditambah tanggal yang dia buat, udah ngejelasin. Longlast, Na. Gue harap Adnan serius sama lo," ujar Mala sambil tersenyum.

Rena mengangguk. "Iya, La. Gue juga berharap gitu. Kantin yuk? Keburu bel bunyi, gue pengen beli air putih." Rena bangkit, disusul Mala.

Lalu mereka berjalan beriringan menuju kantin.

♣️♣️♣️

"Agatha, bukannya saya sudah memberi kamu amanah untuk memberi pelajaran ke Alvero? Tapi mengapa nilainya masih saja ada yang di bawah KKM? Yang tuntas hanya pelajaran Bahasa Inggris, Jerman, Penjas, dan tiga pelajaran lainnya. Harusnya, dia sudah dapat memperbaiki nilainya." Bu Silvia menghela napas, keningnya mengerut lelah.

Rena menunduk, merasa bersalah karena tidak menepati janji dan menjalankan amanah yang sudah ia dapat.

"Maaf, Bu. Ini salah saya, saya janji Bu, setelah ini saya benar-benar membantu Raga untuk memperbaiki nilainya."

"Ya sudah. Kamu tahu sendirikan ini sudah kelas tiga, bukan waktunya untuk main-main. Ibu percayakan sama kamu, Agataha. Tolong, ya." Senyum Bu Silvia yang penuh harap tidak bisa membuat Rena mengelak.

Dengan senyum tipis dan anggukan kecil, Rena mengakhiri pembicaraan dengan kepala sekolah sebelum keluar dari ruangan kepala sekolah.

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang