23. Terbuka Satu Rahasia

3.1K 270 39
                                    

"Kamu bilang kamu punya urusan, Na? Kok kamu minta ke sini?" Adnan membelokkan stir menuju salah satu tempat makan. Cowok itu sedikit menoleh ke arah Rena yang duduk di sampingnya. Hari ini Adnan membawa mobilnya, alasannnya karena motor kesayangannya sedang di service.

Rena menyandarkan punggungnya di kursi samping kemudi, lalu menoleh menatap Adnan. "Iya. Ini urusanku. Bikin pacar aku nggak galau-galau lagi."

"Galau?" Adnan mengulang ucapan Rena.

Rena mengangguk. "Iya. Galau karena pacarnya sibuk sama orang lain." Rena berucap setengah meledek.

Adnan yang merasa dirinya disindir, tertawa geli. Cowok itu mengusap rambut Rena sebentar, lalu kembali memegang kemudi.

Lima menit berikutnya, mobil tersebut sudah terparkir di salah satu tempat makan. Adnan dan Rena segera keluar dari mobil dan berjalan bergandengan masuk ke dalam tempat makan tersebut.

♣️♣️♣️

Lagi-lagi Raga mengembuskan napasnya dengan kasar. Cowok itu sedikit meremas rambutnya, lalu mengendurkan kembali remasan tersebut.

Ia memejamkan matanya.

"Ga, dia beda sama Claretta. Harusnya lo nggak sepemikiran sama Adnan. Lo berdua justru bakal nyakitin cewek itu kalau dia sampai tahu."

Dia beda. Tidak sama. Tapi kenapa mereka punya wajah yang serupa? Raga membuka matanya. Kedua iris matanya menajam. Pikirannya campur aduk.

"Sebaiknya lo buang-buang deh Ga pemikiran lo itu. Sekali lagi gue tekanin, mereka nggak sama. Claretta ya Claretta. Rena ya Rena. Ingat Ga, Claretta udah nggak ada."

Raga kembali meremas rambutnya kasar. Kata-kata yang terlontar dari mulut Rassya menyentak kuat ulu hatinya. Apa yang Rassya katakan semuanya benar. Namun, dengan hanya menatap wajah cewek itu semenit saja, Raga pasti lupa bahwa cewek itu bukanlah apa yang ada di pikiran dan hatinya.

Raga mengambil ponselnya yang tidak jauh dari tempat ia membaringkan badan. Lalu jarinya menekan icon photos pada layar ponsel. Cowok itu membuka salah satu koleksi simpanan fotonya.

Lalu menekan salah satu foto yang menampilkan wajah seorang cewek yang tengah tersenyum ke arah kamera. Cewek itu tersenyum, dengan selang-selang yang menempel di hidungnya. Raga tahu itu, itu alat bantu pernapasan. Wajah pucat dengan pipi tirus, kepala bagian atasnya ditutupi kain berwarna coklat tua. Kain itu, untuk menutup kepalanya yang tidak meninggalkan rambut sama sekali.

Mata Raga terasa memanas. Diusapnya layar ponselnya dengan pelan. Cowok itu berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Dadanya terasa berhimpit. Menimbulkan rasa sesak yang luar biasa.

"Ca, gue kangen sama lo."

♣️♣️♣️

Rena menyedot es teh manisnya melalui sedotan yang tersedia. Matanya menatap sekeliling di mana tempat saat ia duduk ini. Suasana tempat ini ramai, dengan nuansa tradisional. Kebanyakan peralatan di tempat ini terbuat dari bambu. Seperti tiang-tiang pondasi, meja, kursi, dan peralatan lainnya.

Saat ini Rena duduk di meja nomor empat dari pojok sebelah kiri. Ia menunggu Adnan yang belum kembali dari toilet.

Kedua mata Rena beralih menatap benda persegi panjang milik Adnan yang sepertinya cowok itu lupa membawanya. Dengan iseng, Rena mengambil ponsel Adnan yang tidak memakai case.

Rena tahu password ponsel Adnan, sama seperti password ponselnya. Tanggal jadian mereka. Agak chessy, sih.

Jarinya menekan sebuah aplikasi. Tujuannya hanya melihat-lihat saja. Memang melanggar privasi sih, tapi sesekali nggak masalah dong ya, pikir Rena.

Nampak tidak bermasalah pada setiap aplikasi yang ada di ponsel Adnan, jari Rena beralih menekan icon photos. Matanya menemukan sebuah folder dengan emot love berwarna merah.

Langsung saja Rena membukanya. Rena merasakan pipinya memerah saat tahu banyak foto dirinya di folder tersebut. Tidak sengaja jari telunjuknya menekan salah satu foto. Sebuah foto dua remaja dengan seragam SMP.

Alis Rena berkerut dengan jelas. Gue kan nggak satu SMP sama Adnan, tapi, kok?

Rena yakin dengan sangat, dia tidak satu SMP dengan Adnan. Ia saja baru bertemu Adnan sejak pertama kali masuk SMA.

Lantas siapa gadis yang dirangkul Adnan di dalam foto tersebut.

"Na," Adnan melirik layar ponselnya. Matanya membelalak, Adnan langsung menarik ponselnya dari genggaman Rena. Membuat Rena yang masih bergelut dengan pikirannya, langsung tersadar.

Rena menggigit bibir bagian dalamnya. Menatap agak takut ke Adnan. Takut Adnan marah karena telah melanggar privasi cowok itu.

"Mau pulang sekarang?" Adnan bertanya dengan senyuman di wajahnya. Cowok itu pandai sekali merubah raut wajah. Meski kini jantungnya berdebar keras.

Rena menghela napas lega. Cewek itu tersenyum dan mengangguk. "Iya, yuk. Udah mau maghrib juga."

Adnan bangkit, disusul dengan Rena. Setelah membayar pesanan, keduanya langsung melangkah keluar dan masuk ke dalam mobil.

♣️♣️♣️

"Sayang, kok diem?" Suara Adnan kembali membuyarkan lamunan Rena. Rena menggeleng sembari tersenyum tipis. Kini, keduanya telah tiba di depan pagar rumah Rena.

Adnan menyipitkan matanya. Jelas ada yang menganggu pikiran Rena saat ini. Apa karena foto tadi? Adnan terus saja merapalkan kata tidak dalam hatinya.

"Jujur, Na. Kamu kenapa? Nggak biasanya diem gini. Apa ada yang mau kamu tanyain sama aku?" Adnan sudah siap dengan segala konsekuensinya.

Dengan ragu, Rena mengangguk. Adnan memejamkan matanya, menghela napas panjang, dan mengangguk mempersilahkan Rena menanyakan apa saja yang ingin cewek itu tanyakan.

"Nan, seingat aku, kita nggak satu SMP. Sebelumnya aku minta maaf karena udah buka privasi kamu. Nan, cewek yang ada di foto itu, siapa? Kenapa dia mirip sama aku?" Kedua tangan Rena mengepal. Matanya masih setia menatap Adnan.

Setelah mengembuskan napasnya dengan pelan-pelan, Adnan tersenyum. "Akan ada saatnya kamu tahu, Na. Maaf." Tidak sekarang, Adnan tidak siap untuk kehilangan yang kedua kalinya. Egois memang, tapi Adnan benar-benar tidak siap.

Rena tersenyum getir. Ia melepaskan sealt-bet nya, lalu membuka pintu mobil. Tanpa sepatah kata pun, Rena meninggalkan Adnan yang kini hanya bisa menatap nanar punggungnya.

"Maaf, Na. Aku nggak siap kehilangan buat yang kedua kalinya. Kali ini, aku mau egois."

♣️♣️♣️

Nunggu, nggak? hehehe.

Vomments ya! See you in next part!❤️

Oh iya, mampir juga ya ke ceritaku judulnya Nathania, short story pertamaku! Semoga pada suka ya❤️

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang