24. With You

3.1K 269 22
                                    

"Na, makan dulu yuk." Gia, mama Rena membuka pintu kamar. Dilihat anak perempuannya tidur dengan posisi tengkurap. Samar-samar, Gia dapat mendengar isakan tangis Rena.

Gia segera melangkah mendekati ranjang Rena. Duduk di atas ranjang, lalu menghela napas panjang.

"Na, kamu kenapa?" Tanya Gia dengan lembut. Gia mencoba meraih bantal yang Rena peluk untuk meredam isak tangisnya. Ditariknya pelan bantal itu hingga terlepas dari pelukan Rena.

Wajah Rena berantakan. Rambutnya acak-acakan, kedua matanya sembab, hidungnya memerah. Rena menatap mamanya lesu, lalu segera memeluk pinggang mamanya dengan posisi kepala berada di atas paha Gia.

Gia mengelus lembut puncak kepala Rena. "Kenapa? Kok nangis?"

"Ma, apa Rena punya kembaran?"

Pertanyaan Rena sontak membuat Gia terkejut. Wanita yang masih cantik diusianya yang tidak muda tersebut, tersenyum tipis.

"Kok mikirnya begitu, Na?" tanya Gia dengan lembut.

Rena menyeka air mata dengan punggung tangan kirinya. "Ada perempuan yang mirip sama Rena, Ma."

"Darimana kamu bisa mikirnya begitu?"

Rena menghela napas. Bahunya terguncang pelan karena ia masih sesenggukan. "Ada perempuan di dalam fotonya Adnan. Rena tahu kalau itu bukan Rena. Tapi wajahnya mirip. Rena cuma takut, kalau Adnan menganggap Rena adalah perempuan itu. Kalau Rena adalah bayang-bayang perempuan itu, Ma."

Gia tersenyum, usapan di rambut Rena tidak berhenti. "Sayang, kamu nggak boleh mikir begitu. Mama nggak tahu bagaimana perempuan yang kamu bilang mirip kamu. Tapi, masalah kamu sebaiknya diselesaikan baik-baik dengan Adnan. Mama nggak mau ah, lihat kamu nangis-nangis kayak gini," ucap Gia lembut.

Rena diam.

"Yaudah, mama keluar dulu ya. Kalau kamu lapar, bisa ambil sendiri kan?" kata Gia dengan nada menggoda. Gia beranjak dari atas kasur Rena.

Rena cemberut. "Bisalah, Ma. Mama kira Rena anak kecil?"

Gia tersenyum. "Yaudah, hapus air mata kamu. Jangan nangis lagi. Mama keluar ya." Kemudian, Gia melangkah keluar dari kamar Rena.

Rena menghela napas panjang. Dipeluknya boneka teddy bear ukuran besar berwarna pink tua pemberian papanya.

Dalam diamnya, ia mencoba mengingat sesuatu.

♣️♣️♣️

Hari ini pulang cepat. Surga dunia bagi anak sekolah. Guru rapat. Harapannya sih, guru rapat saja setiap hari.

Rena bangkit, menyampirkan tasnya di bahu. Tubuhnya lemas karena terlalu banyak berpikir tadi malam. Sebelum kedua kakinya berayun untuk melangkah, lengannya lebih dulu ditahan.

Rena menghela napas panjang dan membuang wajah saat melihat siapa yang menahan lengannya.

"Na, kasih waktu buat aku ngejelasin semuanya." Adnan, suara cowok itu merendah. Kedua matanya menatap wajah Rena yang menyamping karena cewek itu membuang wajahnya.

Rena mengembuskan napas pelan-pelan. "Oke. Kapan?"

"Nggak sekarang, Na."

Shoplifting HeartWhere stories live. Discover now