5. Ulah Raga

4.9K 610 146
                                    

Rena terus saja mencak-mencak di sepanjang koridor menuju kelas. Wajahnya merah padam mengingat kejadian beberapa menit lalu. Apalagi yang melihatnya orang seperti Raga, usilnya minta ampun.

Dari radius yang tidak terlalu jauh, Adnan memperhatikan punggung Rena. Ia berlari kecil sambil tersenyum ramah. Saat sudah hampir sampai di samping Rena, Adnan mengangkat lengannya berniat merangkul gadisi itu.

Dengan cepat Rena menoleh dan mendapati Adnan yang tersenyum manis. "Pagi, Carry," sapa Adnan dengan pelan.

Seharusnya Rena segera menjauh dan berteriak, namun jika itu orangnya Adnan, ya Rena memilih untuk tetap. Kapan lagi doi begini? batinnya.

"Eh, iya, pagi juga, Nan," balasnya dengan gugup. Adnan tertawa kecil lalu menggiring Rena menuju kelas sambil merangkul bahu kecil gadis itu.

"Tumben datang pagi. Ada apa?" tanya Adnan.

Rena tersenyum malu. Bagaimana mungkin Adnan tidak tahu penyebab Rena datang pagi, bukannya cowok itu yang memberinya sedikit 'perhatian' pagi ini? Ah, Rena berpikir, biasanya orang-orang yang suka bersembunyi itu, pasti jika ditanya perihal topik utama, akan selalu menghindar. Seperti Adnan contohnya.

Rena berpura-pura tidak membahas masalah siapa secret admirer-nya. Biarlah nanti akan mengaku sendiri. "Kan aku kebagian piket hari ini, Nan. Daripada pulang piketnya, mending pagi-pagi aja."

Adnan mengangguk. Lalu keduanya memasuki kelas yang sudah diisi beberapa murid lainnya. Melihat pemandangan Adnan merangkul Rena, bukanlah hal yang 'tidak biasa'. Mereka semua menganggap itu hal wajar, karena sifat dan sikap Adnan yang kelewat ramah. Tapi, selama setahun ini, Adnan tidak pernah terlihat dekat dengan cewek, kecuali Rena.

Rena duduk di kursinya. Disusul dengan Adnan yang memang duduk di serong kiri belakangnya. Rena duduk menyamping memandang Adnan.

"Udah siapin contekan belum untuk ulangan kimia?" tanya Adnan tersenyum menggoda.

Rena menendang pelan meja cowok itu yang terjaungkau oleh kakinya. "Ish! Sejak kapan aku nyontek? Yang ada kamu tuh yang harusnya siapin contekan, itu kan udah kebiasaan kamu," Rena menopang dagunya di atas meja sambil terus memandang wajah manis nan tampan Adnan.

Adnan tertawa kecil. Menambah kesan manis di wajah arabnya. Rena sempat mesem-mesem memandang wajah sang pujaan. "Yaampun Na, jangan terlalu jujur gitu kamunya," ucap Adnan dengan geli.

"Oh iya, sabtu kamu ada acara nggak?" lanjut Adnan bertanya.

Rena menopang dagu seraya menggeleng. "Nggak, kenapa, Nan?"

Adnan mengangkat kedua sudut bibirnya membuat sebuah lengkungan senyuman manis. "Malmingan, yuk!"

"Eh?" Rena mengerjapkan kedua kelopak matanya. Mencerna apa yang baru saja Adnan katakan. Malmingan katanya?

"Kenapa? Nggak mau, ya?" tanya Adnan memastikan.

Rena menggeleng dengan cepat. "Ah, nggak, bukan gitu. Mau kok," jawabnya dengan gugup.

Seulas senyum lebar terukir di bibir Adnan. "Oke. Entar aku line kamu, ya," ucap Adnan.

Rena mengangguk dan tersenyum.

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang