10. Penolakan dan Kecewa

4.2K 516 179
                                    

Nggak semua yang dianggap baik di depan, di belakang juga baik. Terkadang, baik di depan, taunya nusuk di belakang.
🔥🔥🔥

Raga beranjak, melangkah menuju meja Rena. Cowok itu mengetuk kepala Rena dengan pena berwarna pink milik Rena yang terletak di atas meja. Beberapa murid lain tampak melirik Raga untuk mencari tahu apa yang akan cowok bandel itu lakukan nantinya. Termasuk Adnan. Cowok itu memutuskan untuk memerhatikan aksi Raga pada Rena dan memutuskan menghentikan pembicaraannya dengan Alicia.

Merasa ada yang mengganggu ketenangannya, Rena mendongak, wajahnya berubah kesal saat melihat Raga tersenyum, yang menurut Rena sangat menyebalkan.

"Ikut gue bentar." Tanpa menunggu jawaban, Raga segera menarik Rena keluar kelas meninggalkan beberapa teman sekelas lainnya yang menatap kepergian mereka dengan bingung. Adnan ingin mengikuti, namun lengannya ditahan oleh Alicia.

"Nan, nanti jadi kan?"

Adnan kembali duduk. Lalu cowok itu mengangguk dan tersenyum tipis.

Di koridor IPA, Raga masih menarik pergelangan Rena untuk mengikuti langkah panjang cowok itu. Rena berusaha meronta, namun lagi-lagi Raga dapat menahannya.

"Ga! Apaan sih!" Rena membentak. Ia sedikit meringis merasakan pergelangan tangannya yang sedikit sakit.

Ketika sampai di taman belakang sekolah, tempat di mana biasanya Raga mengistirahatkan tubuh, juga tempat di mana Raga memergoki Rena memanjat, dan tempat di mana panggilan menyebalkan dari Raga untuk Rena berasal.

Rena langsung menghempaskan kuat tangan Raga hingga pegangan itu terlepas. Pandangan Rena berubah tajam dan penuh amarah.

"Apasih maksud lo? Ganggu orang tau, nggak?!" Rena melotot kesal.

Raga berjalan menuju kursi panjang yang tersedia di taman bagian belakang sekolah tersebut. Ia duduk dengan satu kaki yang diangkat ke atas satu kaki lainnya. Cowok itu menyekap kedua tangan di depan dada dan menatap Rena tanpa ekspresi.

Mendengus, Rena kemudian melangkah mendekati Raga dan duduk di sebelah cowok itu. Agak sedikit jauh dari Raga, walaupun masih satu bangku.

"Lo suka Adnan?" tanya Raga seketika.

Rena membuang wajah sambil mendengus. "Bukan urusan lo!"

Raga tersenyum manis. Agak sinis. Ia melirik Rena dari ekor matanya. "Serius lo suka sama Adnan? Asal lo tau Na, Adnan itu cu--"

"--apaan sih lo?! Tau apa lo soal perasaan gue?! Tau apa lo soal Adnan?!" sela Rena dengan marah.

Raga terkekeh kecil. "Semua orang juga tau kalau lo suka dia. Adnan itu teman gue dari SD. Gue tau dia, jauh sebelum lo kenal sama Adnan. Gue kasih tau aja sama lo, sebaiknya lo jangan terlalu berharap sama Adnan, kalau ujung-ujungnya lo nggak mau sakit hati."

Rena melongos, cemberut.

"Udah, ah! Gue laper, mau ikut kantin nggak?" Raga beranjak, menunggu reaksi Rena.

Dengan malas, meski memang mau, karena perutnya lapar, Rena mengangguk mengikuti Raga yang sudah berjalan.

  ♣️♣️♣️

"Tumben lo akrab sama si Trouble," celetuk Mala.

Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit lalu. Banyak murid berlalu lalang melangkah di koridor menuju parkiran atau peprus dan lapangan. Ada yang memilih pulang, meminjam buku atau bahkan menghabiskan waktu berjam-jam di perpus sekolah, ataupun menjalani eskul yang diadakan hari senin ini.

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang