"Iya. Ayah lagi ganti baju. Soalnya kalian tadi nakal, jadi baju Ayah basah."

"Abang enggak nakal!" Chandra membantah.

"Abang juga!"

"Culi juga!"

Bunda tertawa, bertepatan dengan Ayah yang masuk. Keduanya bertukar tempat. Kini Ayah yang duduk diantara dua ranjang tempat keempat anaknya berbaring.

"Ayah, cerita ya."

"Cerita apa?"

"Apa aja."

"Si Kancil?"

"Enggak mau! Abang Apin enggak suka mencuri kayak Si Kancil!" Calvin menyela.

"Timun Mas?"

"Abang Apin enggak suka timun!"

"Sama. Abang Gede juga enggak suka timun!"

"Abang Kecil juga!" Cetta tidak mau kalah.

"Culi enggak suka timun, tapi Culi suka semangka." Suri menimpali.

"Mmm... kalau gitu, Putri Tidur?"

"Enggak mau!"

"Terus apa dong? Katanya tadi apa aja?"

"Ceritanya yang beda, jangan yang suka Bunda ceritain." Calvin menyahut, yang ditanggapi oleh ketiga saudaranya dengan anggukan serentak.

"Terus apa?"

"Eh, Ayah, sebelum itu Abang mau nanya. Boleh enggak?"

"Nanya apa?"

"Cinta pertama itu apa?"

Pertanyaan Chandra membuat Ayah terdiam sejenak. Begitu pun dengan Calvin, Cetta dan Suri. Berbeda dengan Ayah yang tidak mengira jika anak tertuanya sudah mampu menanyakan sesuatu semacam itu, mereka tidak mengatakan apa-apa karena tidak mengerti apa artinya cinta pertama.

"Emang kenapa?"

"Enggak apa-apa. Ayah tau kan teman sekelas Abang yang suka main piano itu. Namanya Safira."

"Iya, kenapa sama Safira?"

"Safira bilang Safira suka Abang." Chandra tersenyum malu-malu. "Kata Safri, Abang cinta pertamanya Safira. Safira bilangnya malu gitu, terus Safira lari. Dia enggak mau ketemu Abang lagi. Abang bingung, cinta pertama itu... emangnya apa, Ayah? Safira enggak bilang Abang nakal, kan?"

Ayah tersenyum penuh pengertian, kemudian tangannya membelai pelan rambut Chandra. "Cinta pertama itu... orang yang kamu sayang pertama kali. Benar-benar pertama kali."

"Berarti cinta pertama Abang itu Culi dong?"

"Culi?" Suri bergumam sambil mengerjapkan matanya dengan wajah polos, membuatnya jadi terlihat seperti boneka yang amat innocent.

"Kalau gitu, cinta pertama Abang Apin juga Culi!"

"Cinta peltama Abang Kecil juga Culi!"

"Bukan gitu, Sayang." Ayah menukas geli. "Cinta pertama yang Ayah maksud itu bukan kayak rasa sayang abang-abang buat Culi atau rasa sayang abang-abang buat Bunda. Cinta pertama itu... rasa sayang yang abang-abang rasain untuk perempuan di luar keluarga kita."

"Oma?"

"Di luar Oma. Misalnya, rasa sayang untuk teman sekelas."

"Mmm... gitu."

"Abang sayang sama Safira?"

"Safira baik. Safira suka bagi cokelatnya ke Abang. Safira suka pinjemin Abang komik-komik horornya Tatang Suhenra." Chandra menyahut. "Tapi Abang lebih sayang Culi daripada Safira."

NOIRWhere stories live. Discover now