#07

149K 14.4K 6K
                                    

Hari ini matahari bersinar terang meskipun langit agak mendung dan dihiasi gumpalan awan kelabu di beberapa sudut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini matahari bersinar terang meskipun langit agak mendung dan dihiasi gumpalan awan kelabu di beberapa sudut. Udara tidak terasa dingin, namun juga tak menyiksa karena sengatan panas matahari yang berlebihan. Tipikal hari yang menyenangkan untuk beraktivitas di luar rumah. Taman kota dipenuhi oleh banyak orang. Kebanyakan adalah balita yang datang bersama orang tuanya, atau orang-orang lanjut usia yang lebih banyak duduk sambil menghirup udara segar. Mereka semua tampak tersenyum, seperti merasa bersyukur karena diberi kesempatan menikmati hari yang menyenangkan sekali lagi.

Well, kecuali seorang gadis yang duduk sendirian di atas bangku kayu yang berada di bawah pohon rindang. Gadis itu tidak tampak senang. Wajahnya justru murung, seperti sudah terselubungi oleh mendung kelabu. Ada buku sket besar di pangkuannya, juga sebatang pensil di tangan kanannya. Namun matanya tidak terfokus pada sketsa hitam-putih berantakan yang lebih mirip goresan cakar ayam, melainkan pada awang-awang. Seolah benaknya lama menyimpan tanya dan jawabnya hanya bisa dia temukan diantara embus udara.

Entah untuk yang keberapa kalinya dalam lima belas menit terakhir, Khansa lagi-lagi menghela napas dalam sebelum tertunduk dan memandang pada hasil karya tangannya. Calvin selalu bilang, mencoret-coret sesuatu mungkin bisa membuatnya merasa lega setiap kali gejolak perasaan dalam dadanya membadai hingga terasa tak tertahankan. Awalnya memang begitu. Khansa merasa emosinya terlampiaskan. Tapi ketika melihat pada goresan-goresan acak granit abu-abu pensil di atas kertas putih, Khansa justru baru menyadari sesuatu; betapa dia tidak punya keahlian lain selain kemampuan mengitari seisi kolam renang dalam waktu yang singkat.

Tapi tentu saja, itu sudah masa lalu sekarang. Sulit baginya kembali ke dunia itu lagi setelah keputusan yang dia ambil. Namun jika dipikir lagi, Khansa tidak sepenuhnya menghancurkan hidupnya. Faktanya, apa yang dia pilih justru membawa lebih banyak kejutan. Mulai dari pertemanan tak terduga dengan Suri, perkenalannya dengan Ayah yang penuh kasih hingga eksistensi Calvin. Khana tidak pernah menyesali apa yang sudah dia pilih, tapi alangkah semua akan lebih baik jika Papa juga mau memaafkannya.

Khansa berdecak sebelum meletakkan pensil di atas buku sket untuk mengeluarkan ponsel. Sempat ragu, awalnya Khansa berniat menelepon orang tuanya. Namun gentar terlanjur merajai. Gadis itu menghapus awal serangkaian nomor yang sudah dia ketik di speed dial, beralih menelepon Calvin. Nada sambung terdengar. Sekali. Dua kali. Lima kali. Tidak ada juga jawaban. Lalu panggilan itu pun berganti status menjadi panggilan tak terjawab.

Mungkin dia sibuk, Khansa berpikir sambil kembali memasukkan ponsel ke dalam saku pakaiannya. Bingung harus melakukan apa, lagi-lagi Khansa menatap pada langit. Mendung mengumpul, berarak cepat dan kian membanyak. Cahaya matahari mulai meredup. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Sebagian orang mulai beranjak pergi meninggalkan taman kota, membuat jumlah pengunjung susut hingga hampir setengahnya. Udara yang terasa basah mulai berembus, tapi entah kenapa Khansa tidak punya niat untuk bangkit dari bangku. Gadis itu justru merasa senang dengan suasana khas menjelang turunnya hujan yang kini menjemput. Rasanya dia seperti mulai dibiarkan sendirian. Dan dia menyukainya.

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang