#03

184K 16.3K 2.5K
                                    

Jika dipikir-pikir, acara date malam ini adalah salah satu acara date paling singkat yang pernah Sebastian lakukan sepanjang hidupnya selama dua puluh empat tahun terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika dipikir-pikir, acara date malam ini adalah salah satu acara date paling singkat yang pernah Sebastian lakukan sepanjang hidupnya selama dua puluh empat tahun terakhir. Dulu, setiap kali pergi berkencan dengan Kat, mereka kerap menghabiskan waktu sampai tengah malam dan Sebastian tidak pernah benar-benar merasa cukup. Berbeda dengan sekarang dimana dada Sebastian langsung teraliri oleh hangat hanya dengan memikirkan senyum Suri ketika dia mengambil alih keranjang dari tangan gadis itu di minimarket tadi.

Gadis itu serupa embus udara yang benar-benar segar untuknya. Baru, namun tak asing. Tidak familiar, tetapi terasa menyenangkan.

Damn, Sebastian berpikir. Dia bahkan tidak pernah menduga jika membayangkan senyum seseorang saja mampu membuatnya jadi harus turut menahan senyum jika tidak ingin disangka kurang waras karena tersenyum sendiri. Angannya berada di tempat lain, tersesat diantara harum aroma stroberi dari hairmask yang katanya Suri pakai sepanjang sore untuk Sebastian, membuat perjalanan pulang dari rumah Suri tidak terasa.

Sergio sedang duduk sendirian di ruang tengah ketika Sebastian sampai. Suasana rumah hening. Mami sudah ada di kamarnya, paling sedang sibuk menonton siaran ulang berita dengan sepiring buah potong di pangkuan. Sebastian tidak khawatir karena Papi ada di rumah. Papi tidak banyak bicara, tetapi Sebastian tahu kehadirannya selalu mampu membuat Mami lebih bersemangat daripada biasanya.

"Lo lagi ngapain?"

Sergio mengangkat wajah dari bukunya, balik menatap pada Sebastian seolah-olah kakaknya itu baru saja bertanya kenapa ikan bisa berenang. "Belajar. Menurut lo?"

"Buset deh, Gio. Ini malam minggu, loh."

"Terus?"

"Main, kek. Jalan kemana, kek. Gue paham lo nggak punya pacar. Tapi bukan berarti lo nggak punya teman, kan?"

Sergio mendengus. "Alah. Lo baru keluar malam minggu juga beberapa bulan terakhir ini. Sebelum-sebelumnya, lo sibuk bersemedi di kolong ranjang kamar lo itu. Mentang-mentang udah nggak jones lagi jadi songong, ya."

Sebastian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Nggak begitu juga maksud gue."

"Gue lagi malas main ke luar."

"Lo juga bilang begitu minggu kemarin. Minggu kemarinnya lagi. Dan minggu kemarinnya lagi."

"Lantas?"

Pandangan mata Sebastian melunak. Kini sorotnya jadi terkesan lebih hati-hati. Sadar akan perubahan pada cara kakaknya menatap, Sergio memilih menutup bindernya yang terbuka dan meletakkan pulpen di tangannya ke atas meja.

"Dia nggak akan suka melihat lo hidup seperti ini."

"Dia siapa?" Sergio bertanya, kentara sekali dia berpura-pura tidak mengerti.

"Jangan jadi kura-kura dalam perahu. Lo jelas tau siapa dia yang gue maksud."

"Kak Bas,"

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang