sebelas

184K 22K 1.3K
                                    

Sebastian sedang duduk meringkuk di atas sofa ruang tengah sembari menyelimuti dirinya sendiri dengan sehelai selimut tartan ketika Suri dan Calvin sampai disana. Sontak, dahi Calvin langsung dibuat berlipat melihatnya. Dia tidak menyangka, cowok tinggi dengan wajah sedingin Sebastian bisa terlihat begitu terguncang serupa Bokir yang habis dijahili oleh hantu Suzanna. Melihat reaksi yang tampak di wajah Calvin, untuk kesekian kalinya Sergio kembali menggaruk pelipisnya yang tidak gatal diiringi sebuah ringisan.

"Kakak lo kenapa?" Calvin bertanya, seperti Suri melambaikan tangannya di depan wajah Sebastian yang kini menatap pada tembok kuning gading rumahnya dengan pandangan kosong.

"Sawan."

"Buset, kayak balita baru ketemu setan aja."

"Kenyataannya emang dia digangguin semalaman sama..." Sergio melirik sekilas pada Sebastian yang masih membisu macam arca batu, kemudian merendahkan suaranya hingga hampir terdengar seperti bisikan. "...hantu rumah ini."

"Gue belum pernah lihat orang yang sampai sekaget ini gara-gara digangguin hantu," Suri masih melambaikan tangannya di depan wajah Sebastian, "padahal hantunya juga belum selevel Valak yang di film The Conjuring."

Mendadak, Sebastian menolehkan kepalanya pada Suri. Matanya memicing, lalu ujarnya dengan tajam. "Ini semua gara-gara lo!"

"Hah?" Suri hampir tersentak mundur. "maksud kamu apa?"

"Lo udah bikin hantu di rumah gue marah!"

"Loh, aku kan nggak ngapa-ngapain." Suri cemberut, tapi lantas wajahnya berubah penasaran. "Emang kamu setakut itu sama hantu, ya?"

Harga diri Sebastian serasa tertohok. Sebastian tidak bisa menerimanya. Apalagi jika yang melakukannya adalah gadis berusia delapan belas tahun yang belum lagi lulus SMA.

"Gue nggak takut hantu!"

"Terus kenapa kamu kayak gini?" Suri mengernyit pada selimut yang membalut tubuh Sebastian sampai kepala.

"Karena gue kedinginan."

"Tapi di luar cuacanya panas."

"Suka-suka gue, dong! Badan-badan gue. Selimut-selimut gue!" Sebastian beranjak dari sofa, melemparkan selimutnya ke sembarang arah dan berkacak pinggang di depan Suri. Sejenak, gadis itu seperti lupa bagaimana caranya berbicara.

Dia sudah pernah melihat Sebastian dalam balutan pakaian tidur, namun Sebastian versi hari ini jauh lebih seksi daripada Sebastian versi kemarin. Hari ini, Sebastian mengenakan celana panjang berwarna gelap dan kaus polos warna cokelat pudar yang banyak memiliki bekas luntur warna pakaian lain disana-sini. Kombinasi dari kantung mata, wajah pucat dan rambutnya yang berantakan membuatnya jadi terlihat seperti pangeran vampir dari kisah fantasi yang tayang di televisi.

"Kenapa lo malah diam?!"

"Heh, lo kira lo siapa bisa bentak-bentak adik gue?!" Calvin menyela cepat, membuat Sebastian memutar bola mata sambil berdecak. "Ngomongnya yang halus, dong. Lo nggak tau kan gimana adik gue bela-belain datang kesini cuma buat ngurusin masalah nggak penting di rumah lo."

"Nggak penting kata lo?!" suara Sebastian meninggi. "Wah, lo nggak tahu aja gimana gangguan sepanjang malam yang terjadi hampir merusak kemaslahatan umat!"

"Umat yang mana?" Calvin mencibir. "Badan lo boleh aja gede, tapi lo takut sama hantu. Cih."

Sebastian melotot. "Gue sudah bilang kalau gue nggak takut hantu!!"

"Oh ya?"

"Stop!" Suri memotong sebelum perdebatan antara kakaknya dan calon cinta sehidup-sematinya berkembang menjadi perseteruan yang lebih serius. Hubungan diantara kakak-kakaknya dan keluarga Dawala, terutama Sebastian harus tetap baik. Dengan demikian, tidak akan sulit buat Suri nantinya menapaki jalan menuju jenjang berikutnya. "kenapa sih cowok tuh hobi banget berantem? Capek, deh!"

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang