#34

95.7K 10.8K 2.3K
                                    

Balada penyiksaan terhadap ketiga abang Suri tak lantas berakhir sesaat setelah mereka tiba di rumah usai berbelanja di supermarket. Ketiganya dibikin tidak menganggur selama Ayah sibuk memasak bersama Tim Ajinomoto andalannya. Ayah selalu saja punya pekerjaan untuk dibebankan pada Chandra, Calvin dan Cetta, mulai dari sesepele mengupas bawang merah—yang membuat Calvin menelurkan ide jenius mengupas bawang pakai kacamata renang supaya matanya tidak perih—hingga menuangkan air langsung dari galon ke dalam sejumlah pitcher berukuran besar. Chandra hampir dibuat encok karenanya, sementara Khansa justru sibuk memotret Calvin yang menurutnya tampak konyol dengan kacamata renang.

"Gue tau gue ganteng, Khansa." Calvin bergumam sebal tanpa melepaskan pisau dan bawang dari tangannya, karena hanya Tuhan dan Ayah yang tau apa yang akan terjadi jika Calvin melakukan itu. "Tapi jangan foto gue dalam kondisi yang kayak begini juga, kali."

"Nggak apa-apa. Lo jadi mirip Obito Uchiha kalau lagi kayak gitu."

"Edeh, boro-boro. Obito Uchiha kebagusan kalau dimiripin sama dia." Rana yang sedang menumis sesuatu dalam wajan menyambar cepat. "Dia lebih mirip Sasuke Uchiha."

"Sasuke bukannya lebih ganteng daripada Obito ya?"

"Sasuke Uchiha yang terdampar di Afrika terus diseruduk babon."

Cetta kontan terkekeh. "Aku suka banget deh kalau kamu udah kayak gitu."

"Nggak usah sok manis. Mending kamu bantuin Suri keluarin dan lap-lap piring yang nanti mau kita pake."

"Idih, kok galak?"

"Karena hari ini aku emang lagi pengen galak sama kamu." Rana berdecak. "Buruan, Dimi. Kamu tuh anak ayah tapi kadar kegantengan dan kegercepannya kalah jauh sama Ayah."

Cetta cemberut, namun dia menurut.

Mereka menghabiskan hampir dua jam berikutnya untuk memasak sejumlah hidangan yang menurut Ayah selalu Bunda sajikan setiap kali anak-anaknya berulang tahun. Suri sempat dibuat terharu selama sejenak karena sejak Bunda meninggal, dia tidak pernah merayakan ulang tahunnya bersama banyak orang—ditambah lagi, kali ini dia punya seorang Sebastian di sisinya. Acara makan siang diisi oleh perdebatan, pertengkaran dan lontaran ejekan diantara ketiga kakak laki-laki Suri. Setelah semuanya selesai, Ayah menugaskan Tim Superindo untuk mencuci piring sementara ketiga tim yang tersisa bertugas membawa piring-piring kotor ke wastafel sekaligus membereskan hidangan yang masih tersisa.

"Ayah menugaskan Sebastian lagi yang jadi pemimpin."

"Nggak adil!" Chandra berlagak menggebrak meja, namun langsung mengaduh kesakitan sambil menatap miris pada telapak tangannya yang memerah.

Cetta berdecak. "Masa dia lagi yang jadi ketuanya?"

"Kepemimpinan Sebastian sudah terbukti dengan baik." Ayah menyahut penuh percaya diri. "Buktinya nggak ada satupun barang belanjaan dalam daftar yang lupa dibeli, semuanya lengkap dan plastik belanjaan nggak dipenuhi oleh komoditas nggak perlu macam bir atau soda."

"Tapi ada yoghurt!" Chandra menukas, masih tidak mampu menerima keputusan Ayah.

"Jangan bawa bayi-bayiku ke dalam konflik ini!" Calvin melotot pada Chandra. "Lagipula, yoghurt itu nggak dibeli pake uang Ayah atau uang lo berdua. Dan lagi, gue melewati perjuangan panjang yang jauh lebih keras daripada perjuangan samurai jaman Edo untuk membawa mereka ke rumah ini. Jadi tolong, jangan seret bayi-bayi manisku ke dalam konflik kekuasaan ini."

"Lebay lo, Kampret."

"Ngaca, Anjing."

Ayah melotot pada Calvin. "Calvin, language!"

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang