#04

170K 16.1K 2.1K
                                    

"Udah minta jemput ke Ayah?" Pertanyaan Sebastian membuat Suri berhenti mengunyah suapan terakhir makanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah minta jemput ke Ayah?" Pertanyaan Sebastian membuat Suri berhenti mengunyah suapan terakhir makanannya. Gadis itu mengernyit, balik menatap Sebastian dengan pandangan seakan-akan cowok itu baru saja bicara dalam bahasa alien.

"Kenapa harus minta jemput?"

"Karena lo harus pulang. Dan gue yakin entah Ayah, entah gue, entah ketiga sukro lo yang super nggak jelas itu nggak bakal ngebiarin lo pulang naik angkutan umum. Lo nggak ada kelas apa-apa lagi hari ini, kan?"

"Em-hm." Suri mengangguk sambil melanjutkan mengunyah.

"Atau mau nunguin Siena?"

"Tunggu bentar," Suri mengangkat tangan kirinya, dilanjut meraih gelas susu dinginnya dengan tangan kanan. Sebastian diam, membiarkan gadis itu menenggak beberapa teguk minumannya melalui sedotan. "Aku heran deh, Tian."

"Heran apanya?"

"Kenapa semenjak kita pacaran, kamu jadi cerewet banget?"

Sebastian melengos. "Jadi lo mau gue diem aja?"

"Nggak gitu juga. Tapi lucu. Orang yang biasa ngomelin aku jadi bertambah satu. Abang-abang. Ayah. Terus kamu."

"Hm." Sebastian hanya bergumam tidak jelas. "Jadi gimana? Lo mau nungguin Siena pulang?"

"Kelas terakhir Siena dimulai jam empat sore nanti. Aku sih malas membusuk di kampus. Apalagi anak-anaknya pada nggak asyik."

"Tunggu. Jangan bilang kalau lo nggak punya teman selain Siena di kampus."

"Emang nggak."

"Udah kerjaannya jadi kupu-kupu, pake nggak punya teman pula. Mau jadi apa lo di masa depan?"

Kupu-kupu itu adalah singkatan dari istilah kuliah-pulang-kuliah-pulang yang kerap disematkan pada kelompok mahasiswa yang tidak aktif dalam kegiatan kampus apapun. Makanya, setiap selesai kelas, tujuan akhir mereka adalah rumah masing-masing. Penyebabnya bervariasi, entah apatis, sudah terlalu nyaman dengan dunia sendiri atau punya kegiatan sampingan yang lebih menarik dibanding berkutat dalam serangkaian kegiatan kepanitiaan.

"Jadi istri kamu."

Sebastian nyaris dibuat tidak bisa berkata-kata. "Lo mikir kejauhan." Katanya seraya mencondongkan tubuh, memberikan satu sentilan pelan di dahi Suri.

"Ih, sakit tau!"

"Bohong." Sebastian berdecak, tapi diam-diam tangannya menekan lembut pada bekas sentilan tersebut. Ada rona merah samar yang perlahan memudar disana. Wajar, karena Sebastian tidak menyentilnya dengan keras. "Terus gimana? Lo nggak mau minta dijemput Ayah dan nggak mau nungguin Siena sampai selesai kelas. Maunya apa?"

"Pulang sama kamu."

"Gue masih harus balik ke kantor setelah ini."

"Nggak apa-apa. Sekali-sekali, aku juga kepingin main ke kantor kamu."

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang