EXTRA - PINDAHAN

102K 7.1K 1.6K
                                    

Akhir pekan ini, Suri punya kegiatan lain yang membuatnya tak bisa memeluk guling di bawah hamparan selimut hingga matahari meninggi. Sejak jalanan ibukota belum ramai oleh hiruk-pikuk aktivitas harian penghuninya, gadis itu sudah pergi ke rumah Sebastian—diantar oleh Calvin yang terkantuk-kantuk sambil mengemudi setengah hati. Ketiga kakak Suri memang sudah memperlakukan Sebastian sesuai versi terbaru dari surat pernyataan kontrak yang mereka buat bersama Suri dulu, namun itu tidak berarti ketiganya langsung bersikap menyenangkan. Chandra masih hobi mencerca Sebastian dengan memberinya julukan aneh, tidak jauh berbeda dengan Cetta yang tetap mencari-cari kekurangan Sebastian di berbagai kesempatan hingga Calvin yang benar-benar strict dengan jam malam Suri—yang sekarang berada di angka sepuluh malam.

Hari ini Sebastian pindah rumah. Bukan, dia bukannya meninggalkan Jakarta dan mengharuskan Suri jadi pejuang long distance relationship. Sebastian merasa dia sudah bisa mandiri, jadi dia memutuskan meninggalkan rumah dan tinggal sendirian di sebuah unit gedung apartemen yang berada tidak jauh dari kantornya. Suri sih senang-senang saja, karena itu artinya mereka jadi punya tempat kencan baru selain mal, pelataran Indomaret dan rumah Suri atau Sebastian, namun tidak dengan ketiga abang Suri. Cowok-cowok itu langsung menduga Sebastian sengaja memilih tinggal sendiri sebagai siasat untuk memulai babak baru dalam hubungannya dengan Suri. Mereka mendukung teori tersebut dengan berbagai cocoklogi mulai dari penelitian ala-ala hingga mitos tidak penting yang bahkan tidak Suri ketahui benar-benar ada atau tidak.

Saking semangatnya, Ayah bahkan hampir tersedak makanannya semalam—mereka memang sengaja bicara waktu mereka berlima duduk bersama mengitari meja makan.

"Aku nggak ngerti maksud abang apa. Bukannya wajar kalau Tian mau tinggal sendiri? Dia udah gede, abang. Udah mandiri."

"Abang juga udah gede dan abang seumuran dia, tapi abang masih tinggal di rumah ini."

Cetta menatap Chandra dengan senyum mengejek, lalu cowok itu melempar kacang polong di piringnya pada Chandra. "Halah, kalau itu sih emang lo-nya aja yang hobi numpang."

"Astaga, apa salah Bara, sih?" Chandra mulai bertingkah dramatis. "Dulu, waktu Ayah belum pulang, siapa coba yang nyapu, ngepel dan cuci piring sampai semua bagian rumah ini berkilat macam rumah dalam iklan penis?!"

Suri terbatuk. "Abang tadi bilang apa?!"

"Penis. Itu loh, merek pembersih buat keramik yang bisa bikin semuanya cling-cling menyilaukan ngalah-ngalahin kinclongnya kepala Deddy Corbuzier dalam hitungan detik!"

Calvin ternganga, tapi sesaat kemudian cowok itu memahami apa yang Chandra masuk. "Tolol, itu mah Vanish, bukan penis!"

"Bacanya apa coba?!"

"Apa pun, pokoknya bukan dengan cara baca lo barusan!" Calvin meraih gelas air minumnya, meneguknya dengan cepat. "Lagian Vanish itu buat baju, Mojrot! Bukan buat piring sama lantai."

"Oh ya? Berarti waktu itu gue salah pake."

"Hah? Maksudnya?"

"Gue pernah ngepel dan cuci piring pake penis."

"Ini kenapa kita jadi membahas dunia perpenisan sih?"

"Suri, jangan ikut-ikut pake cara baca dia! Kita ini saudara yang beradab. Cukup dia aja yang kelakuannya macam lelaki hidung loreng ibukota!" Calvin menukas jengkel. "Tapi pendapat abang soal Sebastian itu nggak berubah. Ini pasti ada apa-apanya dia mau pindah rumah padahal orang tuanya tinggal satu kota sama dia. Pake minta dibantuin pula sama kamu. Emangnya adik abang pegawai Go-Box apa?!"

"Maksudnya gimana?"

Chandra berdeham. "Gini loh, Suri, kamu tau kucing, kan?"

"Abang, aku nggak sebego itu."

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang