J chapter 24 - demi gisca

4.5K 283 8
                                    

Je terbangun dari tidurnya. Pantas saja lehernya terasa pegal, rupanya ia tertidur dengan kepala menelungkup sambil terduduk. Ketika Je ingin mengangkat kepalanya penuh ia tersadar ada tangan Gisca dibalik lehernya. Je menaruh tangan Gisca disisi badannya di atas tempat tidur kemudian ia merenggangkan tangannya ke kiri ke kanan.

Je mendekati bagian kepala Gisca, diusapnya dengan lembut kepala Gisca dengan tangannya. Ia merasakan tubuh Gisca masih hangat. Usapan yang semula di kening perlahan turun ke pipi dan sampailah di bibir. Ia jadi teringat dengan tanpa berpikir panjang waktu itu ia langsung mencium bibir Gisca. Je merasa seperti pria tidak bertanggung jawab asal mencium bibir anak orang padahal tidak punya status.

Mengingat tentang status membuatnya Je tiba-tiba mengingat Alena. Ia mengecek handphonenya tetapi ternyata keadaannya mati. Je membiarkan handphonenya yang mati itu dan fokus memperhatikan Gisca yang sedang tertidur. Ia tidak berpikir tentang Alena yang siapa tahu mencarinya.

Pandangan Je beralih menuju satu-satunya sofa diruangan itu. Ada Gio disana yang sedang tertidur. Sepertinya Je tertidur sangat nyenyak sehingga ia tidak menyadari bahwa Gio sudah kembali. Je merasa perutnya lapar ia memilih keluar dengan perlahan agar tidak membangunkan Gio dan Gisca.

Setelah mencari makan dan makan di tempat, Je kembali ke kamar rawat Gisca sambil membawa makanan untuk Gio. Je menepuk kaki Gio bermaksud membangunkan Gio karena ia ingin duduk di sofa. Gio terbangun dan mengucek matanya.

"Udah makan?" Tanya Je pada Gio sambil menyodorkan nasi goreng yang ia beli.

Gio mengangguk menjawab bahwa ia sudah makan. Tapi ia tetap mengambil bungkusan itu dan dimakannya.

"Ck, diembat juga" Sahut Je sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gio.

"Lo ga balik dulu?" Sekarang gantian Gio yang bertanya.

"Ga jadi. Udah jam 11 juga. Kalau gue balik ke rumah malah males balik kesini lagi"

"Kan ada gue yang jaga Gisca"

Je menengok ke arah Gio "Gue juga mau ikut jaga Gisca"

"Lo ga percaya gue bisa jaga Gisca? Lagian Gisca lagi tidur juga, dia cukup ditungguin aja"

"Entahlah, intinya gue ga bisa ninggalin dia" Mendengar jawaban Je membuat Gio merasa jengah. Pasalnya pernyataan Je membuatnya merasa bahwa Je memiliki perasaan lebih dari sekedar teman. Tapi Je sudah mempunyai Alena. Jadi sebenarnya apa mau Je? Apalagi Gio sudah melihat Gisca menangisi Je.

"Kenapa?"

"Kenapa? Hm" Je berpikir sejenak "Gue merasa akhir-akhir ini Gisca menjauhi gue yang gue ga tahu alasannya. Dan sekarang gue punya kesempatan untuk ada disampingnya. Gue ga mau jauh dari Gisca lagi"

"Ga mau jauh dari Gisca lagi? Ga mau jauh sebagai apa?" Gio memancing Je.

"Sebagai.....teman atau sahabat"

"Yakin hanya maksimal sebatas sahabat? Lo bilang kayak gini karena lo punya Alena. Seandainya ga ada Alena, apa lo tetap menganggap Gisca sebagai sahabat?" Sejujurnya Gio mulai emosi.

Je langsung menatap Gio tajam "Gisca tetap sahabat gue sama statusnya kayak lo"

"Oh ya? Gue pegang omongan lo" Untuk saat ini Gio berusaha mempercayai Je bahwa Je hanya menganggap Gisca sebagai sahabat.

Pagi harinya tiba. Gio membangunkan Je yang tertidur disebelahnya.

"Lo ga ada kelas?" Tanya Gio.

"Ga ada" Je kembali memejamkan matanya karena ia masih mengantuk.

"Gue ada kelas pagi. Ga apa-apa gue tinggal dulu?"

JOMBLO!Where stories live. Discover now