J chapter 19 - pacaran

4.2K 233 21
                                    

Pagi hari Je sudah sampai di depan kosan Alena dengan vespanya. Mengantar dan menjemput Alena sudah menjadi aktifitas rutinnya dua minggu belakangan ini. Bukan hanya antar jemput, Je dan Alena juga semakin akrab karena mereka sering menghabiskan waktu berdua bersama di luar kampus. Pesan demi pesan pun saling mereka kirimkan untuk tahu bagaimana kabar dari masing-masing bila mereka sedang tidak bersama.

Alena keluar dari kosannya dengan rambutnya yang terurai "Udah yakin ga ada yang ketinggalan?" Tanya Je.

Alena mengangguk "Yakin 1000%. Handphone, dompet, tugas semuanya ga ada yang ketinggalan lagi"

"Tapi kalau pun ada yang ketinggalan aku rela kok, anterin kamu lagi kayak kemarin" Goda Je pada Alena. Je sudah mengganti panggilan pada Alena yang semula lo gue menjadi aku kamu.

"Aku yang ga ada waktu buat bulak-balik, Kak. Ayo berangkat"

"Iya iya pake helmnya dulu"

Je dan Alena pergi ke kampus bersama. Minggu lalu saat Je mengantar Alena untuk pergi ke kampus bersama, Alena baru tersadar di tempat parkir kampus bahwa flashdisknya tertinggal di kosan padahal hari itu ia ada presentasi dan semua data presentasinya berada di flashdisk itu. Langsunglah Je dan Alena dengan cepat kembali ke kosan untuk mengambil flashdisk itu.

Sesampainya di kampus Alena langsung pamit pada Je dan berpisah di koridor kampus menuju kelasnya karena kelasnya beberapa menit kemudian akan dimulai. Ketika Je sedang berjalan sendirian Je bertemu dengan Gisca.

Gisca menyapa Je tapi Je hanya diam mematung. Ada perasaan bersalah dihatinya tatkala ia menyadari bahwa dua minggu ini ia jarang bertemu dengan Gisca. Terakhir mereka bercengkrama dengan akrab saat di Taman Safari. Je cepat-cepat mengusir pikiran aneh itu dari benaknya, dirinya dan Gisca tidak ada hubungan apa-apa. Tidak perlu dipikirkan terlalu serius.

"Mau kemana? Ada kelas?" Tanya Gisca.

"Masih setengah jam lagi. Lo sendiri mau kemana?" Jawab Je.

"Entah. Tadi dosennya ga masuk jadi kelas bubar. Kesana aja, yuk" Gisca menunjuk kursi panjang dipojok koridor. Tak lama kemudian Gio dan Axel lewat dan menghampiri mereka.

"Hei, Je. Kemana aja lo, rasanya akhir-akhir ini gue jarang ketemu lo" Gio menyapa Je. Gio memposisikan duduk disebelah kanan Gisca dan Axel disebelah kiri Je.

Je mengerutkan keningnya, ia tidak menyadari akhir-akhir ini bukan hanya Gisca yang jarang ia temui, tetapi Gio juga. 

"Masa, sih jarang ketemu. Lo kangen banget sama gue? Kalau kangen bilang aja ga usah pakai alasan jarang ketemu"

"Najis kangen sama lo"

"Tapi serius Je, akhir-akhir ini lo jarang kumpul sama kita, lo lagi sibuk apa?" Demi rasa penasarannya Gisca memutuskan untuk bertanya langsung pada sumbernya.

Pertanyaan Gisca membuat Je berpikir keras. Akhir-akhir ini jika ia di kampus ia selalu menghabiskan waktunya dengan Alena. Jika kuliah sudah selesai ia mengantar Alena pulang, kadang mampir ke beberapa tempat. Jika libur ia juga bersama Alena. Entah mengapa kebersamaannya bersama Alena terasa sangat menyenangkan, tapi ada rasa bingung dihatinya jika ia melihat Gisca. Seolah-olah hal ini harus disembunyikan dari Gisca. Ia pun beranggapan tidak perlu mengenalkan Alena pada Gio dan Axel karena apabila ia memberitahu Gio dan Axel sama saja dengan ia memberitahu Gisca.

"Gue ga kemana-mana"

Gisca menatap Je dengan serius. Dua bola mata Gisca tidak bisa lepas dari kedua mata Je. Merasa lemah dengan tatapan Gisca, Je mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tapi Gisca masih menatapnya tajam.

"Serius?"

"Iya. Serius" Je masih belum menatap Gisca.

"Aneh. Gue rasa ada yang aneh sama lo. Ada yang beda. Tapi apa, ya" Gisca sudah tidak memandangi Je lagi. Ia memilih menatap lurus ke depan menghadap manusia yang berlalu-lalang.

JOMBLO!Where stories live. Discover now