J chapter 10 - cendol? Eh chanyeol?

4.9K 269 5
                                    

Manda dan gisca sudah duduk di kantin kampus untuk menunggu waktu kuliah berikutnya. Sejak sampai di kantin, manda sangat fokus dengan handphonenya. Gisca yang sejak tadi merasa diabaikan akhirnya melirik handphone manda. Rupanya manda sedang menonton sekelompok pria bermata sipit, berkulit putih sedang menari dan bernyanyi bersama-sama.

"Oh lagi nonton song jong ki" gisca menceploskan kalimatnya pada manda. Manda langsung menghentikan aktifitasnya dan menengok dengan mata yang melebar.

"Ya ampun gisca, song jong ki itu aktor, bukan boyband" manda kembali melakukan aktifitasnya yang sedang menonton video clip boyband asal korea selatan favoritnya.

"Masa sih aktor? Namanya kan ada song song nya. Dia itu penyanyi tau" gisca ngotot dengan pendapatnya.

"Emang udah dari sananya nama dia ada songnya, bukan berarti arti nama dia itu nyanyi dan dia itu penyanyi" manda masih sabar menanggapi ke sok tauan gisca.

"Oooh gitu. Itu super junior ya? Bener kan gue sekarang?" Gisca pantang menyerah, ia masih berusaha agar satu saja pernyataan yang keluar dari mulutnya adalah benar.

"Bukan-" manda menoleh kembali ke arah gisca dengan muka datar "-gue lagi nonton BTS, bukan suju"

"BTS? Ada juga ya boyband korea selatan yang judulnya BTS? Oke BTS" Gisca mencoba mengingat kata-kata BTS di otaknya. Menurut gisca ini suatu pengetahuan yang baru untuknya. Akhirnya ia mengetahui bahwa boyband di korea selatan bukan hanya super junior saja.

"BTS itu yang salah satu nama anggotanya cendol cendol itu bukan?" Manda kembali menghentikan aktifitasnya, kini alisnya mengkerut heran mendengar pernyataan yang lebih mengarah kepada pertanyaan yang baru gisca lontarkan.

"Cendol? Cendol apa? Lo haus?"

"Itu loh cendol. Ada nama orang korea yang mirip-mirip cendol. Cenyol, cenol, centong? Cen cen-" mendengar gisca meracau lagi, manda langsung tersadar siapa yang dimaksud dengan cendol oleh gisca.

"Chanyeol?! Maksud lo chanyeol??"

"Nah itu, kalo ga salah itu chanyeol!" Gisca bersemangat, akhirnya ada juga kalimat yang ia lontarkan dari mulutnya mendekati suatu kebenaran.

"Astaga" manda menghela nafasnya seolah sangat pasrah tidak tahan lagi berbicara dengan makhluk berjenis kelamin sama dihadapannya "nama orang bagus-bagus kok disamain sama cendol"

"Emang mirip cendol kan? Lagipula lebih mudah sebut nama dia cendol, daripada cenloy"

"Chanyeol. Bukan cenloy. Heh, lo salah lagi, dia bukan member BTS, chanyeol itu member EXO"

"EXO apaan lagi sih, ribet-ribet amat namanya"

"Makanya jangan sok tau" manda sengaja memanyunkan bibirnya ke arah gisca saat mengatakan kata tau yang diakiri oleh hiruf u "udah ah, jangan ganggu. Gue mau nonton lagi"

Manda kembali melanjutkan aktifitasnya berkonsentrasi pada handphonenya. Sedangkan gisca kembali melamun, ia lebih baik melamunkan apa yang sedang dilakukan oleh je daripada ia harus menebak-nebak pria-pria sipit yang hobi bergoyang pinggul.

Tak lama kemudian, datanglah gio menyapa mereka berdua. Gio langsung duduk disebelah gisca.

"Woy!"

"Hmm" jawab gisca dan manda kompak.

"Lagi ngapain?" Tanya gio basa-basi pada kedua wanita cantik dihadapannya.

"Lagi pidato" manda menjawab asal pertanyaan gio, sudah jelas manda sedang menonton video di handphonenya.

"Yee canda mulu"

"Lagian lo masih aja basa-basi busuk. Udah kelihatan jelas gue lagi ngapain" manda menjawab dengan pandangan tertunduk karena ia sedang melihat layar ponselnya.

"Sewot amat, ditinggal axel jadi sensian, iiih takuut" gio kembali menggoda manda.

"Terserah lo mau ngatain gue sensian kek, apa kek. Yang jelas opa-opa ini milik gue" manda dengan bangga memperlihatkan apa yang sedari tadi menyita perhatiannya pada gio dan gisca yang duduk disebrangnya"

"Masih nontonin lee min ho rupanya ckck" gio terkekeh.

"What?! Lee min ho??" Setelah ke sok tauan gisca, apakah kini manda harus menghadapi ke sok tauan gio yang bisa dipastikan lebih menyebalkan dari gisca.

Manda menarik nafas perlahan mencoba menjaga jantungnya agar tidak tersulut emosi "Bukan lee min ho gioooo" manda mencubit lengan gio pelan tapi berhasil membuat gio meringis.

"Udah ah, bisa darah tinggi gue ngadepin racauan lo berdua. Gue duluan" manda pergi meninggalkan gio dengan gisca. Gio dan gisca saling bertatapan melemparkan tatapan bingung sembari mengangkat bahu.

"Lo lagi ngapain?" Ia melontarkan pertanyaan yang sama seperti pertama kali ia mendaratkan pantatnya di bangku kantin.

"Lagi nunggu kelas" gisca yang melihat gio dihadapannya jadi teringat beberapa hari yang lalu saat ia berciuman dengan gio.

"Gio" gisca memanggil gio dan menghadapakan badannya miring ke arah gio yang berada disampingnya.

"Ya?"

"Kenapa-" seketika, gisca ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa apa?"

Gisca yang awalnya ragu langsung menceploskan kalimat berikutnya "Kenapa kemarin lo cium gue?"

Gio menatap gisca lama. Ya. Kenapa ia harus mecium gisca. Apakah dia sebernafsu itu sampai harus mencium temannya sendiri, ataukah ada perasaan lain.

"Karena gue mau" sebenarnya gio sendiri tidak tau pasti dorongan kuat apa yang berhasil menghasutnya hingga ia langsung mencium gisca.

"Kenapa mau?"

Gio terdiam. Dalam diamnya ia sendiri berpikir, apa dasar dari ciumannya pada gisca. Apakah karena ia sudah benar-benar jatuh cinta pada gisca. Gio mendeklarasikan dalam hatinya, bahwa ia sudah jatuh cinta pada gisca.

'Gue ga boleh bilang sekarang kalau gue suka sama dia. Bisa-bisa dia kabur. Lagian, waktu untuk deketin gisca masih banyak'

"Apa perlu gue jawab pertanyaan itu?"

"Perlulah"

"Kenapa? Lo pengen gue cium lagi?"

Gisca menggeleng. Ia mengakui dalam dirinya bahwa bibir gio sempat membuatnya terbuai 'He is a profesional kisser' tapi sayangnya, gisca tidak ingin mengulang kejadian tersebut karena setelah ciuman itu, sama sekali tidak ada getaran dihatinya.

Gio dan gisca sama-sama membisu. Setelah beberapa menit suasana hening, gio angkat bicara.

"Sorry"

Gisca langsung menengok ke arah sumber suara. Gisca menatap gio dengan tatapan menunggu kalimat berikutnya.

"Sorry. Maaf karena gue cium lo tanpa izin"

Gisca heran melihat gio. Iya pun bingung bagaimana harus merespon gio karena yang gisca inginkan bukanlah kata maaf. Gisca ingin tau apa yang gio rasakan setelah ciuman itu. Apakah sama seperti dirinya tidak ada getaran sama sekali, atau ada hal lain.

"Lo terima maaf gue kan?" Gio membuka suara lagi.

"Sejujurnya, lo ga perlu minta maaf. Tapi karena lo terlanjur minta maaf, gue maafin"

"Thanks" ucap gio ramah.

Sebenarnya gisca masih ingin bertanya pada gio, apa yang gio rasakan. Apakah itu merupakan hal yang biasa untuk gio mengingat gio bisa dibilang playboy dan lihai menggoda wanita, atau ada perlakuan khusus untuk gisca. Niat gisca bertanya diurungkan. 'Mungkin, memang sifat gio seperti itu' gisca tidak mau pusing dan langsung mengambil kesimpulan sendiri.

*******

Yang gue tulis tentang artis korea itu bener ga sih? Soalnya gue ga ngerti korea-korean dan ngandelin google hahaha

29 NOV 2017

JOMBLO!Where stories live. Discover now