J chapter 6 - my one one two

6.2K 346 7
                                    

Je bertemu gisca di koridor kampus sore hari, ternyata disana juga ada gio.

"Lo berdua mau langsung balik?" Tanya gio pada keduanya. Sebelum je dan gisca menjawab hp gisca berdering, ternyata telpon dari ibunya.

"Hallo"

"...."

"Baru selesai kuliah, kenapa mah?"

"...."

"Sekarang?? Di ICU?!!"

"...."

"Oke gisca kesana sekarang"

"Kenapa?" Je mengambil kesimpulan terjadi sesuatu yang buruk pada gisca. Selain karena mendengar percakapan gisca di telp, nada bicara gisca seperti khawatir dan terkejut.

"Jantung. Bokap gue masuk ICU" jawab gisca yang wajahnya memucat.

"Ayo kesana sekarang" je langsung menarik tangan gisca dan gio "lo juga ikut" je menyuruh gio untuk ikut juga. Mereka bertiga menuju rumah sakit.

Je, gisca, dan gio sudah tiba di rumah sakit dan mereka langsung menuju ruang ICU. Karena menurut telpon mamah gisca, papahnya sedang diberi perawatan di ruang ICU.

Di depan ruang ICU sudah menunggu wanita paruh baya yang cantik dan tenang sedang duduk di kursi yang disediakan untuk keluarga penunggu pasien. Gisca langsung berlari ke arah wanita tersebut. Ya, wanita itu adalah mamah gisca. Ia langsung memeluk gisca yang berhamburan air mata.

Melihat gisca menangis tersedu-sedu, je jadi ingat kejadian diperjalanan tadi saat je membonceng gisca di motor.

**Flashback On**

"Je, gue takut" rengek gisca pada je ditengah hiruk-pikuk kemacetan ibu kota.

"Tenangin diri lo ca, bentar lagi kita sampe" je mencoba menenangkan gisca, je juga melihat raut muka khawatir gisca dari spion motor.

"Gue boleh peluk lo ya?" Tanpa mendengar jawaban je gisca langsung melingkarkan kedua tangannya dipinggang je. Tubuh gisca otomatis berdempetan dengan tubuh je. Je yang merasa ada sesuatu mengganjal di punggungnya yang rasanya seperti bapau membuatnya jadi gelisah.

"Eh..eh...cas...ca!" saat je mau memperingatkan gisca untuk jangan dekat-dekat, je mendengar gisca terisak.

"Hiks...hiks..."

"Ca...tenang ya" tangis gisca malah semakin kencang.

"Yaudah kalo lo mau nangis tumpahin aja biar depan bokap lo, lo ga nangis lagi. Biar bokap lo seneng"

Gisca mengangguk. Sedikit demi sedikit isakannya semakin pelan. Tapi pelukannya tidak ia lepaskan, untungnya je masih bisa berkonsentrasi dengan kemudi dan menjaga keseimbangannya.

'Fokus je! Fokus!' Je tengah menyemangati dirinya.

Je tidak menyadari ditengah kerja keras je yang berusaha untuk fokus, gio menatap pemandangan duo sejoli itu dengan tatapan tidak suka. Seolah-olah ada api panas dalam diri gio yang ingin memisahkan kedua orang itu.

Motor gio mendekati motor gisca dan mengklaksonnya, sontak je menatap ke arah klakson dan ternyata gio bermaksud mendahuluinya. Je tidak ambil pusing, karena saling mendahului di jalan raya adalah hal yang lumrah.

**Flashback Off**

'Ternyata gisca bisa nangis dan ketakutan juga' pikir je dalam benaknya gisca adalah anak yang cuek.

"Cup cup anak mamah" kata mamah menenangkan gisca.

"Papah kenapa?" Gisca menatap mamahnya dengan berlinang air mata.

"Biasa, jantungnya kambuh lagi. Tadi ngeluh dadanya sakit terus langsung mamah bawa kesini. Dokter bilang harus masuk ICU" mamahnya tersenyum melihat gisca yang kembali nangis sesenggukan "Ko nangis lagi? Kan udah sering"

"Iiih mamah ngomongnya" gisca merengek pada mamahnya yang mengatakan 'sudah sering' seolah-olah hal seperti ini bukan lagi hal yang harus ditangisi karena papah gisca memang sudah kesekian kalinya masuk rumah sakit karena penyakit jantungnya kambuh.

"Emang mamah ga sedih papah masuk ICU?"

"Sedih, sedih banget ca. Tapi mamah ga sempet nangis karena urus papah dari rumah sampai kesini" jawab mamahnya yang memang bisa dibilang sangat tenang dalam kondisi seperti ini "mereka siapa?" Tanya mamah pada gisca karena melihat ada dua lelaki tampan yang datang bersama gisca ke rumah sakit.

"Pacar kamu yang baru? Pengganti brandon?" Brandon adalah mantan pacar gisca, gisca selalu mengenalkan pacarnya pada kedua orang tuanya "kamu setelah putus dari brandon langsung dapet dua cowok?" Cerocos mamahnya lagi.

Mendengar pertanyaan mamah gisca membuat je penasaran status apa yang akan gisca jawab atas pertanyaan mamahnya.

"Bukan mah, masa pacaran sama dua orang sekaligus. Ini temen gisca, ini je, ini gio" je dan gio menyalami mamah gisca.

'Oh temen' deva menghela nafasnya pelan seolah ia kecewa.

"Mamah kira dua-duanya pacar kamu. Bisa jantungan lagi papah kalau tau kamu punya dua pacar, ganteng-ganteng pula" mamah gisca menggoda je dan gio. Kata-kata gateng yang dilontarkan mamah gisca sukses membuat je dan gio senyam-senyum malu-malu.

"Lagian kalo gisca punya dua pacar, ga mungkin dua-duanya diajak berbarengan kesini mah" jawab gisca cuek.

"Iya iya" kata mamah sambil mengusap kepala gisca.

"Gisca boleh liat papah?" Tanya gisca pada mamahnya.

"Belum boleh sayang, kata dokter tunggu kondisi papah agak stabil" gisca mengangguk mengerti. Gisca menghampiri je dan gio dan duduk ditengah keduanya.

"Makasih udah anterin gue" ucap gisca pada kedua lelaki itu.

"Kalo butuh apa-apa langsung hubungi kita aja, anggap kita emergency call lo. Semacem 911 gitu" gio mengatakannya sambil tersenyum berusaha menghibur gisca.

"Lo berdua mau jadi nine one one gue?"

Saat je baru saja mengambil nafas untuk menjawab gisca, gio terlebih dahulu menjawab pertanyaan gisca.

"Maulah, apa sih yang engga buat lo" jawab gio sambil mengelus kepala gisca yang berbalut rambut yang lembut.

"Ini kan indonesia, 112 dong" ucap je pada gio.

"Kalo dijadiin caption cewek jaman now di instagram jadi 'my one one two' agak aneh" je mengejanya angka tersebut kemudian tertawa.

"Idih je kebanyakan stalk cewek-cewek di instagram" ledek gisca.

"Emang kenapa? Enak tau liat yang seger-seger"

"Berarti lo stalk gue juga dong, kan gue seger. Menyegarkan mata" jawab gisca percaya diri.

"Pengen banget? Bahkan gue ga tau kalau lo punya instagram"

"Lo belum follow? Sini mana hpnya" gisca mengambil hp je yang ada di genggamannya, kemudian ia memfollow akun instagramnya sendiri.

"Woy ngapain?" je merebut hpnya.

"Udah gue follback. Jangan di unfollow ya" ancam gisca dengan sok-sokan nada serius.

"Tenang, ga bakal di unfollow. Paling di block" kemudian je menjulurkan lidahnya.

"Iihh nyebelin. Je nyebelin" gisca merebut hp je bermaksud untuk menempelkan pada lidah je yang sengaja je julurkan. Tapi gisca kalah cepat dibandingkan tangan je. Tangan je sudah lebih dulu memegang kedua tangan gisca.

"Wee ga bisa" je mengunci tangan gisca dengan tangannya kemudian mereka berdua tertawa. Nampaknya je dan gisca lupa bahwa ada gio disamping mereka berdua.

'Akhirnya...gisca bisa ketawa lagi' je bahagia melihat gisca kembali tersenyum.

'Kok jadi gue yang dikacangin. Kan gue duluan yang ngerayu gisca' pikir gio dalam benaknya.

*******

14 NOV 2017

JOMBLO!Where stories live. Discover now