J chapter 11 - edelweiss

4.8K 327 14
                                    

Hari ini hari terakhir je dan rombongan berada di jawa timur. Hari terakhir ini sudah mereka rencanakan untuk wisata ke gunung bromo. Tentunya semua mahasiswa bersemangat. Sun rise adalah salah satu keindahan yang diincar oleh wisatawan yang datang ke bromo. Setelah mereka semua melihat sun rise mereka semua turun kembali ke tempat semula. Rupanya tempat tersebut menjadi sangat ramai oleh pedagang bunga edelweiss.

 Rupanya tempat tersebut menjadi sangat ramai oleh pedagang bunga edelweiss

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Je melihat-lihat bunga edelweiss yang sudah dirangkai. Yang je tau mengenai bunga edelweiss, jangankan diperjualbelikan, dipetik saja tidak boleh. Tetapi disini banyak sekali pedagang yang menjual bunga edelweiss dengan terang-terangan. Karena je melihat beberapa temannya membeli bunga, je jadi tertarik untuk membelinya juga.

Je tersenyum sendiri melihat rangkaian bunga edelweiss yang sudah ia genggam.

'Kira-kira gisca suka gak yaa' je memutuskan untuk membeli serangkai bunga tersebut. Saat ia membalikkan badan rupanya ada axel yang sudah berdiri dibelakangnya.

"Buat siapa tuh je?" Axel yang juga memegang bunga ditangannya yang sudah dipastikan diperuntukkan untuk manda bertanya pada je.

"Buat manda. Buat pacar lo"

"Lo ngapain ngasih bunga buat cewek gue?" Axel sewot.

"Enggaklah-" je menrtawai axel "-bercanda"

"Terus buat siapa? Buat gisca ya?" Axel mengeluarkan senyum menggodanya.

"Kepo banget" je berlalu begitu saja dan bergabung bersama rombongan lain menuju bis.

×××××

"Makan dulu ca" gio memaksa gisca untuk memakan nasi goreng yang gisca bawa dari rumah sebagai bekal.

"Nanti aja, ga sempet. Tugasnya harus dikumpulin nanti siang" saat ini gisca sedang sibuk menyalin tugas temannya karena memang kebiasaan mahasiswa mengerjakan tugas mepet pada waktu pengumpulan. Selain mepet dengan waktu, menyontek pula.

"Bukannya dikerjain dari kemarin. Jadi buru-buru"

"Lo kayak ga paham kebiasaan mahasiswa aja" cibir gisca pada gio.

"Gini-gini gue rajin loh orangnya. Gue selalu menyalin tugas dari jauh-jauh hari"

"Lo tetep nyontek kan? Ga beda jauh sama gue" tangan dan mata gisca tetap berkonsentrasi pada kertas yang sedang ia tulisi.

"Beda dong. Beda waktunya" gio membuka kotak bekal makanan gisca. Ia mengambil sendok dan menyendoki nasi gorengnya. Sendok yang sudah berisi nasi itu tepat berada di depan mulut gisca.

"Buka mulutnya" perintah gio pada gisca.

"Hah?" Gisca melihat gio sekilas kemudian kembali fokus pada tugasnya.

JOMBLO!Onde histórias criam vida. Descubra agora