J chapter 23 - sakit

3.8K 228 7
                                    

Melupakan seseorang tidak semudah mencintainya. Gisca benci hal itu karena sudah satu bulan berlalu Je menjadi kekasih orang lain dan hati Gisca masih saja belum menerima hal itu. Ia masih saja bersikap seolah-olah Je tidak ada dihadapannya jika mereka bertemu.

Je merasa ada yang mengganjal jika bertemu dengan Gisca. Ia merasa Gisca berubah sikap setelah ia berpacaran dengan Alena. Je sempat berpikir apakah Gisca tidak suka Je berpacaran dengan Alena? Apakah Gisca cemburu? Je menepis jauh-jauh pikiran itu, mana mungkin Gisca cemburu. Toh memang sejak awal Je dan Gisca hanya berteman. Walaupun tak bisa dipungkiri sebenarnya Je menaruh hati pada Gisca yang lagi-lagi ia tepis jauh-jauh perasaannya itu karena Gisca bukan tipenya.

Merasa hubungan Je dan Gisca memburuk membuat Je memutuskan harus segera meluruskan hal itu. Karena dengan cara meminta baik-baik untuk bertemu selalu Gisca tolak dengan 1001 alasan, akhirnya Je langsung mencegat Gisca yang baru tiba di kampus. Je langsung menyeret paksa Gisca pergi ke tukang bubur pinggir kampus langganannya. Rupanya disana sudah ada Alena.

Gisca yang kesal memutuskan tidak mau ikut memakan bubur bersama dengan alasan ia sudah makan di rumah sehingga ia hanya menonton Je dan Alena memakan bubur dihadapannya. Alena sendiri tidak tahu jika pagi ini Je mengajak Gisca juga untuk makan bersama. Alena lebih bingung lagi ketika suasana meja berhawa dingin akibat perang dingin Je dan Gisca. Alena ingin menanyakan hal tersebut tapi ia urungkan.

Niat Je menanyakan alasan Gisca menghindarinya akhir-akhir ini terpaksa tertunda, karena Gisca harus segera memulai kelasnya. Dengan alasan itu Je membiarkan Gisca pergi.

Je pantang menyerah. Ketika siang hari saat Gisca sudah menyelesaikan kelasnya Je mencegat Gisca lagi dan langsung menyeretnya ke kantin. Hal ini membuat mood Gisca semakin memburuk. Kali ini di kantin sudah ada Gio, Axel, dan Manda lengkap dengan makanan dihadapannya. Setelah mendudukkan Gisca dihadapan temannya yang lain, Je beranjak pergi untuk memesan makanan.

"Ga makan, Ca?" Tanya Manda.

"Ga selera" Balas Gisca ketus.

"Kenapa sih Gisca baby shark, PMS?" Tanya Gio.

"Au ah. Bete gue" Gisca cemberut. Mendengar percakapan Gisca dengan yang lain membuat Je kembali lagi menghampiri Gisca.

"Ga usah kekanak-kanakan" Je menarik lengan Gisca lagi untuk pergi bersamanya ke tukang sate karena Je ingin memakan sate "Lo ga pesen?" Tanya Je pada Gisca setelah ia menyebutkan pesanannya pada tukang sate.

"Udah gue bilang gue ga selera makan!" Gisca ingin melepas cengkraman Je pada lengannya namun tidak bisa karena Je mencekramnya dengan kuat.

"Kenapa, sih? Lo ada masalah apa sama gue? Gue ngerasa lo selalu menghindari gue" Je bertanya pada Gisca di tengah keramaian mahasiswa lain sedang mengantri memesan sate.

"Gue ga menghindar!"

"Gimana gue ngerasa lo ga menghindari gue. Ketika gue mau sapa, lo pura-pura ga liat, ketika semua kumpul di kosan Gio dan Axel lo ga mau ikut, dan ketika gue muncul di grup kita berlima lo langsung menghilang. Bukan cuma itu, gue tahu lo sering jalan sama Gio atau pun pergi sama Manda dan Axel, tapi ketika gue ajak lo ketemu lo langsung ngeluarin 1001 alasan dusta lo" Je manghela nafas dan melihat keadaan sekitar, sepertinya ia dan Gisca mulai menjadi pusat perhatian dari mahasiswa lain.

Masa bodoh dengan tatapan mahasiswa lain, Je tetap melajutkan perkataannya karena kepalang tanggung "Dengan sikap lo yang kayak gitu, lo masih bisa bilang kalau lo ga menghindari gue?" Je menatap Gisca yang tidak mau menatapnya. Ia menarik lengan Gisca yang satu lagi sehingga mereka sekarang berhadapan "Bilang Ca, salah gue apa sama lo" Nada bicara Je yang sedari tadi meninggi mulai menurun karena lelah dan pasrah.

JOMBLO!Where stories live. Discover now