(30) Sisi lain dari Rayhan

112 21 18
                                    

Budayakan untuk memberikan setidaknya vote/coment untuk menghargai karya penulis :)

Meskipun masih penulisa amatir. Hehe...

Happy Reading Guys...

***
Sejak dua minggu lalu Rayhan melabeliku dengan status kekasih, aku tak pernah lepas dari pandangannya. Aku selalu berusaha membagi waktu untuk menemaninya menjalani pengobatan di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya.

Rayhan terkadang merasa sedikit kesal padaku yang tak mau menuruti nasihatnya.

Ia tak ingin aku selalu menempel padanya setiap saat aku ada waktu. Ia tak ingin mengganggu aktivitasku sebagai mahasiswa, tak ingin mengurangi waktuku berbagi dengan teman-teman sebayaku dan tak ingin aku mengabaikan ayahku yang juga membutuhkanku untuk selalu di sisinya karena hanya aku yang dia punya.

Tapi mau bagaimana lagi, saat ini aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersama Rayhan. Kalian tahu kan seperti apa rasanya kalau sedang kasmaran? Itu yang tengah ku rasakan saat ini.

Setiap hari bertemu dengannya membuatku semakin jatuh hati padanya. Apalagi, bagi kami berdua waktu sangatlah berharga. Karena kami tidak tahu kapan kami akan berpisah.

Meski sekarang keadaannya sudah membaik, tetap saja aku tak bisa berhenti mencemaskannya. Yang pasti, aku ingin menghabiskan banyak kenangan indah bersamanya.

tukk

"Awww," pekikku spontan.

"Ngapain liatin aku terus? Cepat kerjakan tugasmu!"

Aku terperanjat, pandanganku akan wajahnya teralihkan. Dia menjentikkan bulpen yang di pegangnya tepat pada puncak kepalaku.

"Ihh... sakit tau, Mas..." protesku lebay, berpura-pura meringis kesakitan.

Ku usap bagian kepalaku yang terkena pukulan kecil Rayhan seraya mengaduh.

Tapi Rayhan mengabaikanku, dia sama sekali tak menghiraukan rengekanku. Dia malah tersenyum miring mengejekku.

"Sudah sakitnya? Sekarang cepet selesaikan tugas kuliah kamu!" perintahnya menekankan.

Aku pun mendengus kesal.

"Tuh," katanya lagi seraya menunjuk tumpukan kertas tebal di hadapanku dengan dagunya.

Aku pun mengerucutkan bibirku tanda cemberut. Akhir-akhir ini dia sering sekali mengomeliku. Dia sama sekali tak bisa menoleri jika aku lalai atau pun bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas kampus.

Aku tak pernah tahu bagaimana caranya mengajar di kampus, karena aku hampir tak pernah sekalipun menghadiri kelasnya hingga selesai. Jika Rayhan terus mengajar di sana, aku yakin, tak lama kemudian dia pasti akan segera mendapatkan julukan dosen killer di kampus.

Sepertinya aku sedikit menyesali keputusanku untuk menjadikannya tutor pribadiku. Andai saja aku tahu lebih awal, aku takkan mau membahas satu mata kuliah pun dengannya. Apalagi memintanya mengajariku. Tidak akan. Dia benar-benar mengalahkan garamnya Kak Ros dalam film upin-ipin saat mengajar. Hiii...

"Hufftt." Aku menghela lesuh. Semuanya sudah terlanjur.

Sekali lagi ku picingkan mataku menatapnya tajam lalu menghela berat sebelum kembali menatap lembaran-lembaran tugas di depan mataku.

Hahaha

Terdengar cekikikan Rayhan tengah menertawaiku.

Selalu seperti itu, setiap kali aku merasa kesal, dia malah tertawa cekikikan tidak jelas. Dugaan Selly selama ini benar mengenai Rayhan, dia memang lelaki yang aneh.

SO PRECIOUS (PART COMPLETE)Where stories live. Discover now