(21) Kebohongan Yang Terungkap

134 23 12
                                    

Jangan lupa voment guys 😉
Happy Reading 😊
***

Dentang waktu terus bergulir begitu cepat. Tiada terasa dua puluh menit telah berlalu ku menunggu kesadaran Rayhan yang tengah pingsan terbaring di ranjang.

Aku menatap kosong tembok bercat putih di depan mataku sembari termenung mencoba mencerna ucapan dokter yang membuat pikiranku terus bekerja keras karena tak menemukan jawaban.

Sesekali aku memandangi wajah Rayhan yang masih terlihat sedikit pucat. Kemudian bertanya-tanya sebenarnya apa yang tengah terjadi pada dirinya.

Aku tak bisa bertanya lebih kepada dokter, karena aku bukan keluarga pasien, katanya. Oleh sebab itu pikiranku terus melayang, hingga beberapa saat seseorang membangunkan lamunanku.

"Veily. Mas Rayhan kenapa?"

Dia adalah Karin. Seseorang yang mungkin bisa menjawab semua pertanyaan yang mengawang dalam otakku saat ini.

"Vei, kenapa dia bisa sampai pingsan begini?" tanya Karin. Jelas terlihat raut kekhawatiran pada wajahnya yang tengah memperhatikan Rayhan lekat-lekat.

Aku menggeleng pelan tak memberinya jawaban. Toh dia tak melihat ke arahku meski bertanya cemas seperti itu.

"Kamu pasti lupa minum obat lagi, kan Mas? Kebiasaan banget sih. Kamu kan nggak boleh kecapean, Mas," celotehnya pada Rayhan yang masih enggan membuka kedua matanya.

Aku semakin merasa terheran. Ucapan Karin hampir sama dengan ulasan dokter yang mengatakan kalau Rayhan hanya lupa meminum obatnya. Dia juga harus lebih menjaga pola makan sehatnya. Oleh sebab itu dia pingsan karena merasa kelelahan dan salah asumsi makanan. Namun jika di teruskan seperti itu akan sangat berbahaya bagi kondisi Rayhan yang semakin lama semakin memburuk.

Aku sama sekali tidak mengerti. Untuk yang kesekian kalinya, kepalaku dibuat pening oleh misteri hidup Rayhan.

Apanya yang salah makan? Dia bilang, dia tidak alergi makanan apapun. Kalau kecapean sih mungkin iya. Tapi kenapa kondisinya bisa semakin memburuk hanya karena itu? Rayhan punya penyakit anemia, atau apa?

Seperti biasa, daripada aku sibuk menduga-duga, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk bertanya pada Karin untuk menghilangkan keganjalan yang semenjak tadi memenuhi pikiranku.

"Memangnya, Pak Rayhan sakit apa Mbak Karin? Kenapa dia harus rajin minum obat? Terus, kenapa semakin hari kondisinya bisa semakin memburuk? Memangnya separah itu penyakit Pak Ray?" tanyaku berbondong-bondong, meluapkan segala ke-ingin tahuanku.

Degghh

Karin terperangah. Dari ekspresinya sih, dia seperti merasa kalau dirinya telah salah ucap. Apa dia tak sadar telah mengoceh sendiri didepanku, tadi?

"Ah. i..itu...." jawabnya terputus. Ia tergagap. Mungkin dia tengah berpikir sejenak untuk menata kalimat yang harus ia ucapkan agar ia tak salah bicara lagi.

"I..itu... tidak seperti yang kamu pikirkan, Vey. Mas Rayhan hanya kelelahan saja. Dia memang mudah capek, ma-makanya harus rajin minum obat," jelasnya gugup. Sedang aku masih menatapnya penuh curiga.

"I..iya... gitu maksutnya," imbuhnya kemudian.

"Kamu kenapa liatin Mbak seperti itu, sih? Kamu nggak percaya sama saya?" sergahnya lagi mencoba meyakinkanku.

Namun aku tetap tak percaya. Jika dilihat dari raut wajahnya, Karin benar-benar tak pandai berbohong. Dia gugup ketika menjelaskan padaku. Dia berbicara padaku namun matanya tak tertuju padaku, aku juga melihat ada keringat yang menetes pada kening kirinya. Gelagatnya sungguh terlihat tak meyakinkan untuk dikatakan bahwa perkataannya adalah sebuah kejujuran. Aku yakin, dia menyembunyikan kebenarannya.

SO PRECIOUS (PART COMPLETE)Where stories live. Discover now