(15) Apa Tindakanku Benar?

142 28 22
                                    

Jangan Lupa Untuk Meninggalkan Jejak ya Reader :)
Happy Reading :)

***
Suhu dingin AC di dalam restoran yang penuh lukisan negeri sakura dengan nuansa tempelan tembok rumah berkayu ini sungguh tak cukup untuk mendinginkan hatiku yang kini tengah terbakar api cemburu.

Ya. Ternyata Selly tak salah lihat. Lelaki itu memang Rayhan. Dan wanita yang menggandeng tangannya tadi adalah Karin, calon tunangannya.

Aku tak mengerti mengapa mereka terlihat begitu mesrah di mataku. Apa Rayhan sungguh berniat melupakanku? Baru satu minggu yang lalu dia mengatakan bahwa dia juga menyukaiku.

Aku pikir dia membatalkan pertunangannya karena dia masih merasa ragu akan perasaannya terhadap Karin, tapi sepertinya aku salah besar. Benar-benar salah besar.

Wira-wiri gosip yang ku dengar kemarin tak begitu jelas menceritakan bagaimana pertunangan Rayhan bisa batal.

Aku jadi menduga-duga dengan percaya dirinya kalau mungkin ada secercah harapan untukku mendapatkan hatinya yang tengah bimbang. Tapi sepertinya, hubungan mereka terlihat baik-baik saja saat ini.

Lagi-lagi dadaku terasa begitu sesak. Menyadari bahwa alasan batalnya pertunangan Rayhan jelas-jelas bukan karena perasaannya terhadapku. Inilah akibatnya jika aku berharap terlalu tinggi kepada manusia. Sakit.

"Vei."

"Emm?" tanggapku singkat ketika Selly memanggilku.

"Ternyata tunangan pak Rayhan cantik ya. Sepertinya dia baik, alim juga deh."

"Makanya itu kadang aku minder sama dia, Sell," balasku masih tak mengalihkan pandanganku dari Rayhan dan Karin, yang saat ini duduk di ujung paling depan bersama dengan tawa renyah diantara keduanya. Entah apa yang kini tengah mereka bicarakan.

"Kamu yakin Pak Ray bilang suka sama kamu?"

"Ishh. Maksut kamu apaan?" sahutku jengkel. Selly berhasil mengambil perhatianku.

"Yaaa. Secaraaa, dia kan punya calon istri yang udah hampir sempurna tuh. Mau ngapain dia ngelirik kamu?"

"Whatt? Apa kamu bilang?" Mataku membulat sinis menatap Selly.

Pfftt. Buahahahaha

"Nyantai Vei, biasa aja kaliii. Gitu amat ekspresimu."

Awww

Aku pun tak terima melihat tawa jahilnya, lantas menoyor kepala Selly hingga dia keceplosan meringis dengan suara keras.

"Ssttt!! Nanti ketauan kalau kita ada disini," kataku sedikit berbisik.

Para pengunjung di dekat kami yang awalnya acuh jadi tertarik untuk memperhatikan kami karena kebisingan yang kami ciptakan di rumah makan berbau Jepang ini.

"Sakit, Vei." rengeknya.

"Biarin. Biar tau rasa." Aku pun menyilangkan kedua tanganku di depan dada kemudian membuang muka dari hadapannya.

"Iya-Iya, maaf. Gitu aja ngambek. Percaya kok kalau Pak Ray suka sama kamu," sesal Selly sembari menggosok-gosok bagian kepalanya yang terkena toyoranku.

"Permisi. Boleh nggak kita gabung sama kalian?"

Terdengar suara tak asing berdentang di telingaku, membuatku menoleh ke arah sumber suara tersebut.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat asal suara itu ternyata berasal dari mulut Karin.

"Nggak usah. Terima kasih," potong Rayhan menyusul di belakang Karin.

SO PRECIOUS (PART COMPLETE)Where stories live. Discover now