(29) Rayhan POV~ (Bagaimana Cintaku Bermula Lalu Ku Akhiri)

118 21 15
                                    

Sekali saja hatiku terpaut padamu, selamanya hanya akan seperti itu. Hanya kamu.
Takkan ada lagi yang mampu menggantikanmu dihatiku.

***


Halte bus. Di situlah pertama kali mata kami bertemu pandang. Aku dan gadis berharga yang sangat ku cintai untuk pertama kalinya selama hidupku.

Aku bukanlah orang yang pandai bercengkrama dengan orang asing. Pertama kali aku melihatnya, dia membuatku tertarik akan ekspresi wajahnya yang sangat kaku dan datar. Apa iya ada orang yang lebih kaku dariku? Pikirku saat itu.

Gadis yang tak ku ketahui namanya itu mampu membuatku memikirkannya seharian penuh.

Dia gadis yang sangat cantik ketika tersenyum, namun entah mengapa otakku hanya menangkap jelas raut wajah yang terdiam melongo ketika melihatku saat itu, hingga selalu terngiang keluguan dan kepolosannya dalam pikiranku.

Aku tak mengerti mengapa dia mampu mengusik hatiku secepat itu. Padahal, bukan sekali dua kali aku melihat ekspresi wajah seperti itu ketika para gadis melihatku.

Aku yakin mereka tengah asyik memandangi ketampanan wajahku ini. Bukannya sombong, tapi memang banyak yang mengatakan kalau aku adalah pria tampan idaman para wanita. Haha. Tapi, mereka tak tahu, Tuhan memberiku ketampanan ini hanya untuk menutupi kelemahanku saja.

Terkadang seperti itulah manusia, mereka terlalu sibuk memandangi cangkang luar yang antik dibandingkan dengan isinya yang tak diketahui kekurangannya. Namun setelah itu, mereka akan membuangnya setelah mengetahui keburukan isinya.

Seperti itu aku menilai para pengagumku, sekilas. Namun ketika aku sudah mengenalnya, itu berbeda lagi.

Aku tak pernah menganggap serius pernyataan suka mereka--fans-ku. Karin juga sudah seperti tameng perlindungaku.

Sedari dulu sahabatku itu sudah di anggap seperti kekasihku bagi mereka, jadi mereka akan menjauh dengan sendirinya tanpa ku suruh. Sungguh. Aku sangat bersyukur memilikinya saat ini.

Namun saat aku bertemu dengan gadis aneh itu, sifatku yang pendiam sedikit terbuang. Tiba-tiba saja aku bisa seketika akrab dengan orang asing dan bahkan menggodanya.

Tanpa ku sadari, sikap kaku dalam diriku menghilang begitu saja. Biasanya, aku acuh pada orang asing. Jika mereka memandangku, aku hanya akan memberikan respons kecil dengan sebuah senyuman untuk mereka. Jika mereka membutuhkan bantuan, aku akan membantu. Namun jika tidak, aku takkan berbasa-basi dengan mereka.

Berbeda jika aku sudah mengenalnya. Aku sudah bisa membiasakan diri untuk bersikap senyaman mungkin dengan mereka dan membuang jauh-jauh sifat acuhku. Tak seperti waktu kecil dulu, aku sudah seperti manusia anti sosial karena merasa yang paling lemah di antara mereka.

Namun semuanya berubah setelah aku bertemu Karin. Jika saat itu aku tak bertemu dengannya kemudian membantunya melepaskan kesulitannya saat itu, aku pasti takkan menjadi lelaki seperti saat ini. Dia adalah salah satu wanita yang berperan penting dalam hidupku.

Aku tak pernah menyesal telah menerima Karin sebagai kekasihku. Ya, dia yang menyatakan cintanya lebih dulu padaku.

Saat itu, aku langsung menerima pernyataan cintanya, kami pun resmi berpacaran. Aku sama sekali tak keberatan menjadi kekasihnya, meski aku tak mencintainya.

Aku memang menyukainya, tapi hanya sebatas sahabat. Berapa kalipun aku berusaha untuk mencoba mencintainya, tetap saja rasa itu tak pernah tumbuh untuknya. Sungguh. Aku sangat menyayangi Karin.

Aku selalu berharap suatu hari nanti aku bisa membalas cinta tulusnya. Namun perbedaan rasa cinta dan sayang itu semakin terlihat ketika aku mengenal sebuah nama yang ku dengar di rumah sakit satu setengah tahun yang lalu. Vei. Hanya sebatas itu yang ku ketahui tentangnya.

SO PRECIOUS (PART COMPLETE)Where stories live. Discover now