(14) Gundah

128 31 28
                                    

Menurut perkataaan sebagian besar orang, cinta mampu mengubah keburukan menjadi kebaikan dan yang baik menjadi sebaliknya.

Lalu aku? Berada pada tempat manakah aku saat ini?

Perasaanku selalu tak menentu. Hatiku gundah berkali-kali ketika Rayhan muncul dalam pikiranku.

Kini, sepertinya aku telah mengidap penyakit insomnia karena tak mampu melelapkan tidurku. Hingga aku sering terbangung di kala malam. Keraguan menyeruak keseluruh anggota tubuhku. Bagaimana tidak?

Aku mencintai seseorang yang akan segera bertunangan. Aku memang mengatakan akan memperjuangkan cintaku pada Rayhan. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana dengan perasaan Karin? Hal yang ku lakukan, akan membuat Karin tersakiti. Lalu, apa ini tindakan benar? Aku tak mengerti, saat ini aku tengah buta arah. Tak tahu mana yang baik dan yang salah.

Mungkinkah aku akan menjadi perusak hubungan orang?

"Ya Allah. Tuntun hati hamba menuju jalan kebenaran yang Engkau Ridhai... Jika memang Rayhan tercipta untukku, persatukanlah kami. Namun jika tidak, bantu hamba mengikhlaskannya, Ya Allah...

"Aamiin." Itu pintaku pada Tuhan, seraya mengakhiri do'a dengan mengusapkan kedua tangan pada wajahku.

Aku pun membuka mukenah yang ku kenakan saat ini. Rambut sebahuku sedikit basah karena terurai. Aku Kemudian kembali ke atas ranjang tempat tidurku, berharap akan mampu terlelap kembali setelah mengadukan semua keluhanku pada Tuhan.

Aku memang bukan wanita Shalehah, tapi aku tak pernah meninggalkan Sholat. Aku mengerti sedikit tentang agama. Aku tahu, bahwa seorang wanita diwajibkan untuk berkerudung. Hanya saja, hatiku masih belum tergerak untuk berhijrah menjadi wanita yang benar-benar muslimah.

Aku sadar bahwa aku telah berdosa walau hanya menampakkan sedikit saja helai rambutku ke permukaan. Ayahku juga sering mengingatkan akan hal itu, tapi aku hanya menanggapinya cengengesan ketika ia menasihatiku seperti itu.

Saat ini pun, aku tengah merasa sangat berdosa karena bermaksud untuk mendekati Rayhan yang sudah mempunyai pasangan.

Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kelanjutan kisah cintaku ini. Berharap Tuhan kan tetap mengijabah do'a hamba yang rendah ini.

***
*Keesokan harinya di Mall.*

"Kebiasaan banget sih, Sell. Aku kan lagi nggak mood main."

Bibirku mengerucut malas karena Selly tetiba sudah ada didepan pintu kamarku. Dia menjemputku pagi-pagi di rumah dan mengajakku ke Mall pada hari liburku.

"Tega kamu ya, membiarkan sahabatmu yang ucul ini pergi sendirian?" rengeknya dengan nada memelas.

Aku pun akhirnya mengalah lalu mengikuti permintaannya. Dan akhirnya, disinilah kami saat ini.

Berdiri di di tengah salah satu Mall terbesar di Jakarta, tempat ramai orang berlalu lalang yang sedang sibuk berbelanja. Tak jarang juga dari mereka yang pergi berdua bergandeng dengan pasangan mereka.

Sedang aku dan Selly? Kami hanya mengunjungi pusat perbelanjaan dan hiburan ini dengan teman-teman kami, hanya untuk sebatas nonton bioskop atau nongkrong mengerjakan tugas maupun menghabiskan waktu senggang kami.

Sejujurnya, aku meng-iyakan ajakan Selly karena tahu bahwa dia mengajakku ke Mall dengan maksud untuk menghilangkan kebosanan. Jika bukan karena itu, sudah pasti di karenakan dia sedang mengalami kesulitan.

Tidak sepertiku, Selly itu gadis yang ceria, dia pandai menyembunyikan masalah yang tengah di hadapinya dengan sangat baik.

Dia mengganti kesedihannya dengan menaburkan secarik senyum cerah yang selalu ia tampakkan tiap harinya. Dia hanya akan mengeluhkan kegelisahannya padaku ketika ia benar-benar tak mampu mengatasi masalahnya.

SO PRECIOUS (PART COMPLETE)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon