"Kenapa?"

"Soalnya dia udah pasti ditolak. Sori aja, Suri, tapi cowok kayak Sergio itu kepedean banget kalau berharap bisa bareng-bareng sama cewek kayak Nadine."

"Loh, kok gitu?"

"Karena dia nggak ganteng-ganteng amat. Terus rada oon juga. Cewek kan sukanya yang ganteng, humoris dan pintar. Contohnya kayak abang."

"Pintar apaan, pas sekolah aja abang pernah dapet nilai kursi terbalik di mata pelajaran Bahasa Indonesia."

"Meski nggak jago berpuisi, abang jago mencintai seseorang dengan tulus. Misalnya kayak Siena."

"Bodo, Bang. Bodo."

"Yaudah. Kamu mau ketemuan sama Nadine di mana?"

Suri menjawab, menyebut nama salah satu pusat perbelanjaan terlengkap dan terbesar di ibukota.

"Loh, ketemuannya di mal?"

"Selain suka baca kartu tarot, Nadine juga kerja part-time di salah satu kafe yang ada di mal itu. Siang ini masih shiftnya, tapi kata Nadine aku boleh dateng ke kafe kapan aja."

"Yaudah, nanti kalau udah selesai bilang abang. Biar abang jemput."

"Nggak usah."

"Jadi kamu lebih milih abang-abang Grab yang bau ketek daripada abang kamu yang beraroma surga ini?" Chandra mulai merajuk. "Abang terluka, Culi. Sangat terluka."

Suri memutar bola matanya. "Aku dijemput Tian."

"Hah, macam mana pulak kerak caping Hokage itu mencuri start dari abang?!"

"Aku udah mau jalan, Bang. Abang Grab pesenanku kayaknya udah mau sampe. Udah ya. Bye." Suri buru-buru menyudahi percakapan telepon. Untung, Chandra tidak menelepon lagi. Entah karena sibuk berbalas pesan dengan Siena atau dia menerima telepon lain terkait urusan pekerjaan. Setelah konser perdananya yang berakhir kurang baik akibat gangguan cuaca tempo hari ditambah pernyataan cintanya pada Siena di atas panggung yang tengah viral di internet, Chandra memang semakin dikenal dan semakin sibuk. Meski begitu, dia bisa dibilang beruntung karena sebagian besar penggemarnya menerima kenyataan bahwa Chandra kini sedang jatuh cinta. Mereka bahkan mereka agak lega, karena ternyata Siena adalah bagian dari penggemar Chandra juga, sama seperti mereka. Mengenai hal itu, Chandra memang harus berterimakasih pada Siena yang telah aktif mengikuti berbagai acara yang diadakan oleh fanbasenya sehingga sebagian penggemar telah mengenalnya sejak bertahun-tahun lalu.

Siang ini, jalan protokol ibukota agak macet karena hujan yang mengguyur hampir seharian. Jalanan dipenuhi genangan air keruh disana-sini, menutupi lubang-lubang di aspal hingga tak terlihat dan membuat sebagian pengguna sepeda motor hampir terjatuh dari kendaraannya. Suara klakson terdengar bersahutan, namun Suri justru sibuk memandang keluar jendela armada Grab yang ditumpanginya. Langit tampak kelabu, diselimuti oleh mendung tebal yang tak habis dikikis oleh hujan yang turun tanpa kendali. Cuaca sangat buruk akhir-akhir ini, entah karena pengaruh global warming atau karena faktor lain yang tak teraba oleh logika--seperti misalnya eksistensi Blanc yang tak seharusnya menyeruak ke permukaan.

Ponsel Suri bergetar tiba-tiba, membuat gadis itu tersentak dari lamunan. Ternyata ada pesan yang baru masuk, dan itu datang dari Sebastian. Isinya singkat saja, seperti Sebastian yang Suri kenal.

Sebastian Dawala: Don't forget to eat your lunch.

Tanpa sadar, Suri tersenyum sebelum tangannya menekan opsi call. Terdengar nada tunggu selama beberapa saat. Lalu telepon dijawab setengah detik kemudian.

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang