J chapter 7 - homo?

Começar do início
                                    

"Hallo"

"Hallo je, si berli udah kelar, mau diambil kapan?" Je langsung melirik gisca, yang menelpon je adalah orang bengkel langganan yang dipercaya untuk memperbaiki motornya yang rusak tempo hari.

"Kapan ya, nanti deh gue hubungi lo lagi"

"Tumben, biasanya lo ga bisa lama-lama jauh-jauhan sama si berli. Lo lagi ga punya duit?" Orang yang menelpon je meledek je, pasalnya ga ada uang ga ada barang. Kalo je tidak punya uang, otomatis motor vespa kesayangannya tidak bisa diambil.

"Enak aja, punyalah. Nanti aja dah"

"Jangan-jangan lo udah punya yang baru? Beli motor lagi lo?" Orang disebrang telpon tetap masih penasaran dengan alasan je. Je dengannya memang sudah akrab dan mengenal begitu lama karena urusan vespa.

"Kepo banget sih lo kayak emak-emak komplek lagi belanja sayur pagi-pagi. Ntar gue telp lagi, gue lagi jilatin paha nih. Semok bener"

"Halah paling paha ayam, mana ada seorang je jilatin paha cewek hahaha" lagi-lagi je diledek olehnya.

"Awas aja lo, ga gue bayar" je menutup hpnya. Gisca yang sedang mengunyah memberhentikan kegiatannya. Ia cukup penasaran dengan siapa tadi je berbicara.

"Tadi siapa je?" Karena sifat gisca yang spontan dan ceplas-ceplos ia otomatis langsung bertanya pada je.

Je terdiam, ia bingung akan menjawab apa. Sesungguhnya tadi ia di telpon oleh orang bengkel yang mengatakan bahwa berli sudah selesai diperbaiki. Tapi entah mengapa je tidak ingin buru-buru mengambil motornya karena ia sedang menikmati momen pergi bersama gisca saat ini. 'Eh apa? Menikmati momen bersama gisca??'

"Dari temen, gue mau beli barang" lagi-lagi je berdusta. Ia tidak tau harus memberikan alasan masuk akal apalagi untuk agar ia bisa tetap dalam kondisi seperti saat ini. Je tidak ingin kegiatan mengantar jemput gisca cepat berakhir. 'Eh? Apa? Ga pengen cepet berakhir??' Je mencoba mengaburkan pikiran-pikiran anehnya.

Untungnya jawaban je bisa membuat gisca langsung percaya, je bisa melanjutkan makannya dengan tenang.

Setelah perut mereka berdua penuh, je dan gisca menuju kasir. Tak lupa gisca membelikan makanan untuk mamahnya yang sedang berjaga di rumah sakit.

Saat je membuka dompetnya, ternyata uangnya tidak cukup untuk membayar makanannya tadi.

"Ca-" je cengar-cengir tidak jelas "-duit gue kurang goceng, tombokin dong"

"Hih dasar, nih nih" gisca memberikan selembar uang lima ribu pada je.

"Ini minjemin atau ngasih?" Je bertanya untuk memastikan. Lebih tepatnya memohon agar uang 5000 ini diberikan saja secara cuma-cuma, sekarang muka je pura-pura memelas.

"Hhh" gisca menghela nafas "yaudah, gue ngasih. Tampang lo ga usah melas gitu. Ga cocok"

"Kegantengan gue nurun ya?" Je berkaca pada kaca transparan pada restoran rumah makan padang yang masih bisa memantulkan sedikit bayangannya.

"Lo ngomong kayak gitu seolah-olah lo ganteng" gisca memasukkan uang kembalian pada dompetnya.

"Emang ganteng kali, 11 12 sama reza rahardian" je masih betah bercermin memandangi pantulan samar dirinya.

"11 12000? Oh iya itu sih jelas" gisca memperhatikan je yang sedang fokus bercermin "centil banget, apaan sih yang lo liat? Kacanya bening gitu, lo lagi godain mas mas yang lagi bungkusin nasi ya?" gisca menunjuk mas mas salah satu karyawan rumah makan padang yang sedang membungkus nasi dengan kertas nasi.

"Oh jadi selera lo cowok, kalo itu iya 11 12 sama reza rahardian. Rumornya kan doi hombreng" gisca berbisik serius pada je.

"Hombrang hombreng dasar tukang gosip. Gue cowok normal" je membela diri. Sekarang je dan gisca berjalan keluar dari rumah makan padang.

"Tapi faktanya mendukung loh je, cowok ganteng, terkenal, duit banyak tapi ga pernah deket atau tertarik sama cewek. Apalagi coba kalau bukan homo. Selama ini kan doi selalu menjomblo" gisca mengambil kesimpulan.

"Emang semua cowok yang jomblo pasti homo?"

"Enggak sih, teorinya itu ada dua. Cowok kalo ga brengsek ya homo. Berarti lo termasuk......"

"Apa lo? Lo ngatain gue homo?" Je memepetkan wajahnya pada wajah gisca, je berniat menjahili gisca.

"Lo kelamaan jomblo kayak gini, apalagi alesannya kalo bukan...."

"Bukan apa?" Muka je semakin mendekat dengan muka gisca. Tangan kanan je sudah memegang bahu kiri gisca.

"Bukan....emmm....satu....dua....lari!!" Gisca langsung berlari menghindari tatapannya je yang yang seperti akan menelannya hidup-hidup.

*******

Pengennya update dua hari sekali, tapi apalah daya sering kepentok sama ide 😂

19 NOV 2017

JOMBLO!Onde as histórias ganham vida. Descobre agora