"Sederhana banget, sebenarnya." Ayah mulai menjelaskan. "Biasanya, selama satu hari penuh, siapapun yang berulang tahun punya hak baku untuk memberi perintah buat orang-orang serumah. Bukan perintah konyol macam buka baju dan tiduran di tengah Jalan Jenderal Soedirman cuma pake bokser doang atau merapikan rumput halaman pake gunting kuku seperti yang pernah dilakukan Barachandra terhadap dua adiknya, tapi perintah yang serius. Jadi, kita semua bakal masak untuk orang yang berulang tahun dan pembagian tugasnya diserahkan kepada yang berulang tahun—dengan pengendalian dan persetujuan dari Ayah selaku kepala rumah tangga ini."

Chandra merengut. "Biasanya itu aku."

"Kenapa? Kamu nggak suka Ayah pulang dan mengambil alih semua wewenang kamu?"

Chandra kontan bungkam. "Oke, Ayah. Aku yang salah. Ayah yang benar. Tolong jangan potong uang jajan aku."

Ayah berdecak, lantas berpaling pada Suri. "Jadi gimana, Suri?"

"Hm, aku nggak mempersiapkan diri untuk ini. Kirain tradisi ini nggak akan pernah berlanjut lagi." Suri berpikir sejenak. "Jadi kayak biasa, kan?"

"Kayak biasa, Sayang."

"Tadinya aku kepikiran nyuruh abang-abang tukar nasib sehari sama mamang becak Pasar Baru atau abang-abang kuli panggul Tanjung Priuk, tapi nggak jadi, deh. Kalau tulang abang-abang pada potek semua, nanti aku juga yang susah. Gini aja, aku mau kita semua makan malam di rumah untuk malam ini, dan kayak biasa, kita masak sendiri."

"Pembagian tugasnya gimana?"

"Abang-abang belanja. Ayah jadi kepala chef sementara. Kak Rana, Kak Khansa sama Siena masak. Nadine mengontrol Wati biar nggak ngerusuh sama Melly. Sergio beliin aku martabak. Dan Tian temenin aku nonton siaran ulang Gossip Girls."

"Interupsi!" Chandra berseru. "Kami keberatan!"

"Bener!" Cetta turut berseru. "Kebalik. Harusnya kodok Zuma ini yang belanja ke swalayan, dana bang-abang yang nemenin Culi nonton Gossip Girls sambil makan martabak!"

"Atau nonton Ultraman." Calvin menukas, yang langsung dibalas oleh pelototan galak dari Chandra dan Cetta.

"Ogah banget gue nonton Mikasa lagi."

"Musashi!" Calvin jadi sewot. "Harus berapa kali gue bilang kalau namanya tuh Musashi bukan Mikasha!"

"Abang-abang sampai kapan sih mau bikin aku pusing?!" Suri menyela dengan pekikan keras, membuat ketiga kakak laki-lakinya langsung bungkam seketika.

"Suri benar. Tapi di sisi lain, Ayah pikir pembagian tugas kamu nggak adil. Jadi mau nggak mau, harus Ayah revisi."

"Aku masih maba, Yah. Aku belum siap mental menghadapi revisi."

Ayah berdecak, mengabaikan ucapan Suri dan kembali meneruskan kata-katanya. "Pembagian tugasnya Ayah ralat. Di bagian belanja, Ayah akan menugaskan Tim Superindo yang beranggotakan Barachandra, Calvin, Dimitrio dan Sebastian. Kalian bertugas membeli berbagai macam bahan makanan dan minuman yang bakal diperlukan. Tim berikutnya adalah Tim Ajinomoto yang beranggotakan Rana dan Khansa yang tugasnya membantu Ayah menyiapkan makanan. Lalu ada Tim Jasjus yang beranggotakan Siena dan Sergio, kalian bakal bertanggung jawab di section minuman. Berikutnya Tim Hore yang beranggotakan Suri dan Nadine, bertugas mengeluarkan peralatan makan dan memastikan tugas semua orang berjalan dengan baik."

"Ayah—" Chandra tercekat. "Sejak kapan Ayah bisa ngarang nama tim yang aneh kayak gitu?"

"Ah ya, satu lagi, khusus untuk Tim Superindo, Ayah bakal memberikan posisi pemimpin tim kepada Sebastian. Jadi kalian bertiga harus mau menurut sama dia."

NOIRWhere stories live. Discover now