31. Matcha Latte

4.4K 414 45
                                    

Don't forget to play your media. 👌

Since I was a child I want to be like a Superman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Since I was a child I want to be like a Superman. And now I know what a hero I supposed to be. Yourman.

-Abyan Cetta Reynand-

Semburat jingga melukis langit kota Malang dengan indah. Langit biru dilukis dengan kumpulan awan yang membentuk seperti lautan api. Sebagian awan berbentuk kapas itu menutupi puncak gunung. Kota Malang diberi pancaran jingga kuat. Nyaris saja orang tidak sadar bahwa waktu memasuki adzan magrib.

Sheeva masih berada di luar rumah. Ia sedang berbelanja bahan makanan. Karena kemaren dia baru kedatangan tamu tanpa diundang. Gadis itu sadar bahwa mungkin orang itu akan datang lagi. Dan Sheeva berniat masak lebih daripada mie instan untuk orang itu.

Ya, misalnya ternyata dia tidak datang lagi pun bahan makanan itu bisa ia gunakan untuk makan sendiri.

Tapi kakinya malas melangkah pulang. Dia masih mampir di beberapa toko buku, untuk mencari novel baru. Tadi Sheeva juga sempat mampir ke toko bunga untuk membeli mawar untuk dipajang. Ya ..., Sheeva sedang berusaha menghibur diri dengan sibuk menata kostannya agar lebih memanjakan mata.

Setelah merasa apa yang ia butuhkan semua terpenuhi. Sheeva mampir di kedai kopi untuk sekadar meluruskan kakinya yang mulai pegal. Seperti biasa, Sheeva memesan satu gelas matcha latte.

Bola mata cokelat hazel Sheeva menangkap sosok Byan di sudut ruangan dekat jendela dengan satu tangan bertumpu di meja. Kepalanya jatuh lungai pada tangan itu.

Pemandangan yang aneh karena ini Byan. Mungkin akan terlihat biasa jika yang dilihat lesu itu orang lain. Tapi ini Byan-Abyan. Manusia hiperaktif yang berkeliaran di manapun tanpa kenal lelah.

Kenapa wajah anak itu terlihat lesu?

Sheeva menghampiri Byan dengan menenteng seluruh belanjaan. "Woy!" Sheeva menggeprak meja membuat cowok itu menoleh dengan tidak santai.

Barangkali kalau Byan tidak langsung melihat itu Sheeva, dia akan buru-buru meninju orang yang mengganggunya dengan sadis. "Ngapain lo? Lemes amat kayak ayam gak dikasi makan!"

Dengan malas Byan menjawab, "iya belom makan gue."

"Belom makan mulu ih ngomongnya. Gak usah makan aja terus, biar mati."

"Ya," jawab Byan lagi dengan nada datar.

Sheeva mengernyit. Apa lagi ada masalah sama Byan. Tidak pernahnya cowok resek kayak dia murung. Sebenarnya Sheeva penasaran. Tapi daripada berimbas dengan omelan. Lebih baik Sheeva mengalihkan pembicaraan.

Seorang pelayan mengantarkan pesanan Sheeva lalu pergi. "Lo gak pesen?" Tanya Sheeva. Gadis itu menarik cangkir matchanya agar mendekat. "Mau coba minuman gue? Ini enak loh, bisa ngilangin bete. Ya, setidaknya itu yang gue rasa tiap minum ini."

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now