2. Ospek Hari Kedua

12.8K 977 364
                                    

Berbeda dengan sebelumnya, jika calon maba tidak diperbolehkan keluar ruangan. Sekarang-adalah hari terakhir masa pengenalan dunia kampus bagi para siswa-siswi SMA yang baru melepas seragam putih abu-abu untuk selamanya.

Pagi-pagi buta seluruh calon maba sudah harus ada di kampus. Tepat pukul 5.30 WIB, seluruh peserta diarahkan menuju lapangan. Ospek terakhir ini yang sekaligus menjadi penutupan dan peresmian seluruh peserta menjadi seorang mahasiswa diselenggarakan di depan lapangan rektorat Universitas Brawijaya.

Acara dimulai dengan upacara pembukaan oleh Ketua Rektorat UB, kemudian penyematan almamater kepada mahasiswa baru diiringi pelepasan balon warna warni bersama-sama dan aktraksi pesawat yang membentangkan tulisan Universitas Brawijaya di angkasa. Meriah sekali.

Setelahnya, semua dikondisikan kembali menuju Gedung Samanta Krida dan sebagian lainnya di Gor Pertamina UB. Serangkaian acara penutup berisi hiburan dan edisi permohonan maaf dari para senior jika mereka ada yang galak, ataupun berbuat salah selama 2 hari ini.

Sheeva berada di Gedung Samanta, matanya masih celingukan mencari keberadaan Rafa. Tidak ketemu. Cewek itu mulai gemas karena tidak juga menemukan sosok cowok bertubuh tinggi berkulit putih dengan rambut pendek agak sedikit keriting itu.

Sheeva berdiri dan berjalan ke belakang berniat ke kamar kecil hanya untuk sekedar membasuh muka karna keringatan saat di lapangan tadi. Matanya masih tetap sibuk mencari, sampai tiba-tiba ...

"Cari siapa?" Rafa yang sekarang sudah berdiri tegap di hadapan Sheeva malah mengikuti gerakan cewek itu yang tadi celingukan mencari seseorang. Mata Rafa terus mengedar berusaha menemukan apa yang cewek itu cari. Tapi tidak menemukan apapun. "Cari saya ya?" Tanya cowok itu sambil nyengir.

Sheeva menaikan kedua bola matanya lalu dengan cepat menjawab, "enggak. Pede banget ih ..." dengan tidak menatap wajah Rafa karena malu.

"Kalau nyari juga gapapa. Saya juga tadi nyariin kamu, untung ketemu," jawab cowok itu santai dengan senyum ciri khasnya.

"Kalau ga ketemu emang kenapa?" Bibir bawahnya dimajukan meledek.

"Kalau ga ketemu takut kangen, saya belum punya nomor kamu soalnya."

Jawaban polos dari Rafa berhasil membuat senyum Sheeva merekah lebar seperti mawar yang siap petik. Terdengar dia tertawa kecil.

"Boleh kan?" Tanya Rafa tidak jelas.

"Boleh? Boleh apa?"

"Boleh saya minta nomor kamu. Masa minta nomor tetangga kamu, saya kan belum kenalan. Kecuali kamu mau kenalin saya ke dia."

"Ngaco aja," cewek itu mengepalkan tangan dan dipukulnya ke bahu Rafa. "Boleh ko, mana handphone-nya?" telapak tangan itu terbuka menunggu diberi handphone untuk mencatat.

Rafa hanya tersenyum.

"Loh mana? Gak jadi?"

"Sebutin aja, nanti saya hapalin."

"Lo gak bawa hape emangnya?"

"Bawa, cuma saya maunya ngapalin. Pengen aja ngehapalin nomor kamu, biar selalu inget untuk ngehubungin kamu."

Jawaban Rafa lagi-lagi berhasil membuat Sheeva tersenyum malu. Mereka berdua menikmati detik demi detik canda tawa di antaranya. Sampai sejenak melupakan kemeriahan acara dalam gedung itu.

Lalu terdengar jelas suara pembawa acara mengatakan bahwa sekarang giliran para maba memberikan sumbangan hiburan.

"Nah iya itu yang di belakang. Mbak sama Mas yang sedang ngobrol berduaan. Yuhuuu," panggilnya dari mike.

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now