9. Promag

5.4K 537 74
                                    

I was just wondering it can be easier.

-Lavina Sheeva Malayeka-

"Gede juga nyali lo, gua kira lo gak akan dateng."

Byan membalikkan badan saat mendengar langkah kaki dalam gedung kosong bekas sekolah tua yang sudah tak terpakai. Di ruangan kelas yang tidak ada orang lain selain dirinya membuat mudah menebak siapa yang baru saja datang.

"Gua bukan banci kayak lo." Rafa terus berjalan menghampiri dengan kedua tangan tenggelam dalam saku. "Gua sibuk, lebih baik selesein masalah kita sekarang."

Byan meludah sembarang, "cih, boleh juga gaya lo, penasaran gua seberapa hebat cowok sok pahlawan dari tuh cewek."

"Dia punya nama. Namanya Sheeva."

Bola matanya berputar sesaat lalu mendekat, "Persetan sama nama, perduli apa gue?"

"Harusnya lo perduli! Karena cewek itu juga, lo gak gua buat abis babak belur tadi di kampus."

"Banyak omong lo, bangsat!" Emosi yang sudah dia tekan kuat-kuat sedari di kampus saat berurusan dengan Bagas sekarang sudah mengendalikan fikirannya. Byan tidak pernah terima diremehkan oleh siapapun.

Tangannya melayang cepat di udara menuju pipi sebelah kanan. Tapi sayang Byan tidak kalah cepat. Rafa lebih dulu memegang kuat bogem itu sebelum mendarat.

Byan tidak mau kalah kini kakinya menekuk dan terangkat cepat menuju perut Rafa yang mengakibatkan benturan hebat yang membuat isi perut Rafa seperti mau keluar.

Senyuman bahagia tergambar di wajahnya melihat Rafa memegang perutnya. Tapi Byan terlalu berpuas diri, Rafa tentu tidak begitu saja membiarkannya menang. Rafa membalas bogem yang langsung digagalkan oleh tangkapan tangan Byan.

Cowok itu memanfaatkan situasi dengan menarik tangan Byan ke arah belakang yang membuatnya tercekik. Tepat ketika Byan belum bisa bergerak, dengan mudah saja bagi Rafa memukulkan sikunya dengan kuat di bahu Byan yang membuatnya langsung terduduk dengan lutut bersimpuh.

Tidak memberi celah untuk Byan membalas, saat Byan belum sempat berdiri Rafa sudah memutari Byan dan langsung membogem wajah itu berulang, kiri lalu kanan dengan pukulan bukan main.

Darah segar yang kini mengalir dari sudut bibir Byan. Tidak perlu ada kata-kata yang keluar dari mulut Rafa, senyum kemenangan di wajahnya cukup menghancurkan kesombongan Byan sekaligus memberi ucapan hina yang tersirat.

Seperti menerjemahkan senyum di wajah Rafa. Dia tau betul Rafa meledeknya, "Tai,"

Byan kembali bagun dengan cukup susah payah dan melayangkan tinjunya ke berbagai arah layaknya orang mabuk. Nihil. Byan hanya memukul angin. Emosinya yang tidak terkontrol membuat Rafa mendapatkan kemenangan telak.

Cukup satu pukulan lagi di perut Byan sudah mampu membuat cowok itu terkapar. Yang paling Byan benci saat ini bukan hanya dirinya yang masih meringkuk di lantai karena pukulan Rafa. Mengakui kekalahannya dari Rafa adalah pukulan tambahan sampai saat Rafa melangkahkan kakinya menjauh.

Dari ujung pelipis mengalir juga darah segar dan kini menyatu dengan lantai berdebu. Matanya terpaku pada kaki Rafa yang tiba-tiba terhenti, dan malah berjalan balik ke arahnya.

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin