12. Devil or Angel

4.8K 485 49
                                    

Now I'm look like an angel. Isn't it?

-Abyan Cetta Reynand -


Sheev, acara malem ini kita ganti lain hari aja ya? Saya ada urusan nih, maaf baru ngabarin. Tadi ponsel saya low battery.

Read

Mata Rafa masih terpaku pada layar ponselnya. Tanda baca yang juga tak kunjung berganti pesan balas membuat ia yakin Sheeva pasti marah karenanya.

"Rafa, kemari."

Pria paruh baya bertubuh tinggi tegap yang berdiri tidak jauh memanggil Rafa. Pria itu berdiri di antara beberapa pria lainnya yang berpakaian formal berjas hitam dengan dasi yang rapih. Salah satunya yang berdiri di sebelah kanan memegang segelas wine.

Rafa berjalan menghampiri dengan satu tangan yang tenggelam dalam saku. Berdiri membaur di antara orang-orang di sana. Mencoba memasang senyum yang ramah.

Acara makan malam dadakan itu berhasil memaksa Rafa untuk membatalkan janjinya dengan Sheeva. Sebenarnya Rafa bisa saja menolak ikut ajakan Papanya. Tapi ia tau apa resiko jika menolak permintaan itu.

"Rafa, sudah besar dia rupanya. Makin tampan ya seperti Ayahnya. Apa kabar kamu?" Sapa Alex salah satu kolega Satya; ayah Rafa. Satya terlihat senang dengan pujian yang dilontarkan Alex.

Rafa menyambut salaman tangan Alex dan tersenyum dengan ramah. "Om bisa saja. Saya baik kok, Om."

"Dia ini persis seperti saya saat muda. Tampan dan berwibawa, bahkan sampai sekarang." Ucap Satya. Ia menepuk-nepuk pundak Rafa dengan tertawa bahagia. "Rafa ini, anak laki-lakiku satu-satunya. Dia yang akan mewarisi seluruh aset SJ Group sepenuhnya. Setelah lulus nanti, Rafa yang akan mengurus perkebunan kelapa sawit di Sumatera nanti." Matanya melirik Rafa yang sedang menatapnya.

Apa dia bilang? Anak satu-satunya?

Alex dan yang lain ikut menatap Rafa bangga. Tapi di antara semua itu, pasti ada yang memasang wajah palsu berpura-pura turut bangga. Rafa tahu betul menjadi anak pengusaha perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia bukan tidak mungkin memiliki saingan di mana-mana.

Setidaknya itu yang Satya tanamkan pada diri Rafa.

Rafa berjalan mengitari kolam renang yang terlihat begitu tenang di sana. Berjalan dan memilih duduk di kursi yang terletak di ujung tembok tak jauh dari kolam renang. Rafa duduk dan menyandarkan tubuhnya.

Melihat orang-orang masih sibuk dengan perbincangan mereka, membahas seberapa aset yang mereka miliki atau sekedar bercerita mobil baru yang mereka beli. Acara ajang pamer kekayaan rutin yang dilakukan Papanya selalu berhasil membunuh kesenangan Rafa.

Rafa kembali melihat ponselnya yang tidak ada balasan. Cowok itu masukan ponselnya ke saku lalu berusaha memejamkan mata dengan tidak memperdulikan sekitar.

"Rafa," panggilan Papanya membuat Rafa membuka mata. Cowok itu tidak tidur, ia hanya terpejam berusaha mengabaikan sekitar.

"Kenalin ini salah satu kolega terbaik Papa, namanya Om Arif,"

"Malam, Om." Rafa menjabat tangannya dengan ramah seperti yang ia lakukan pada yang lain. Pria berperawakan tinggi besar. Kumis tebal dengan rambut klimis. Tersenyum ramah seperti yang lain. Laki-laki itu memperhatikan Rafa dengan seksama dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Ini anak kebanggaanku yang sering aku ceritakan." Lagi-lagi ucapan yang membanggakan Rafa.

Arif berdeham dan membenarkan jasnya. "Jadi ini, pewaris tunggal dari SJ Group? Terlihat begitu meyakinkan. Senang bertemu dengan kamu."

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now