7. Rafa vs Byan

5.9K 533 96
                                    

"Thanks ya Raf, udah mau jemput. Besok biar gua naik angkot ya." Seulas senyum terbit di wajah Sheeva sambil menyerahkan helm.

"Kenapa? Gak suka ya diantar jemput saya?" Tangannya masih sibuk melepas helm di kepala.

"Suka ko, gua cuma ga mau ngerepotin lo aja."

"Siapa bilang saya kerepotan? Saya gak pernah merasa repot atas apapun tentang kamu, Sheev."

Sheeva terkekeh, "Belajar di mana sih gombalin cewek kayak gitu? Dari google ya?"

"Hehe, kok kamu tau?"

Mata gadis itu membulat tidak percaya, "Seriusan?"

Kali ini Rafa yang tertawa, "Ya nggak lah, kamu ada-ada aja. Lagian saya gak gombal. Saya serius, ga pernah ngerasa direpotin kamu."

Sheeva berdecak tidak lagi ingin menyangkal perkataan Rafa, "Ck, iya deh. Percaya, percaya. Mau bareng ke kelasnya?"

"Duluan deh, Sheev. Saya mau ke kantin, nemuin Dody dan yang lain."

Sheeva mengangguk paham, dia tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Rafa dan berlalu. Sedangkan Rafa masih terus memandangi punggung gadis itu sampai hilang di kejauhan.

***

"Kamu anak Agronomi kelas 3.6?"

Suara berat dari lelaki paruh baya itu sedikit mengejutkan Sheeva saat ingin membuka pintu kelasnya. "Eh, iya Pak. Ada apa ya kalau boleh saya tau?"

"Tolong bilangin anak kelas ini yang namanya... sebentar saya lihat dulu," tangannya yang agak sedikit gemuk itu sibuk membolak-balikan kertas mencari nama seseorang. "Nah ketemu, ini lho nak. Namanya Juanita Ulya Numa Ivona. Haduh, panjang nama dia ya." Tangannya membenarkan kacamatanya yang sedikit turun.

Sheeva menggaruk tengkuknya kebingungan. Dia sendiri belum ada dua minggu di kelas. Bahkan baru setengah tau nama-nama teman sekelasnya.

"Tolong ya, sampaikan sama anak itu diminta ke ruang dosen sekarang." Sambungnya dengan tutur yang berwibawa.

"E-iya Pak, baik. Nanti saya sampaikan," balasnya sopan sambil tersenyum.

"Makasih ya nak ya, oh iya siapa nama kamu?"

"Sheeva, pak."

"Ya sudah, tolong ya nak Sheeva. Saya tinggal, permisi."

Sheeva memandang punggung pria tadi, sepertinya dia dosen. Tapi belum pernah masuk ke kelasnya. Fikiran Sheeva kembali kepada pesan yang dititipkan tadi.

Matanya meneliti satu persatu teman sekelasnya yang sekiranya dia belum kenal namanya. Pasti salah satu dari mereka yang Sheeva belum tau namanya adalah perempuan yang dimaksud oleh dosen tadi.

"Woy," Riris menepuk pundak Sheeva yang membuat gadis itu reflek memukul. Riris menghindar dengan gaya sok cool. "Selow dong, maen kibas aja. Orang nih, bukan sate."

"Itu kipas, bu. Kipas! Ngomong aja typo lu ah."

"Elu lagian, maen nepok aja. Dikata gua nyamuk. Gua kira lu si cowok barbar itu." Sheeva mendengus kesal.

Gadis itu menghentikan aktivitas mencarinya dan memilih duduk. Tapi dia masih harus menemukan si pemilik nama yang sedang ditunggu dosen tadi. Sheeva baru sadar, dia sendiri lupa menanyakan nama.

"Kenapa sih lu? Masih pagi udah resah aja? Telat dateng bulan ya?" Riris mencebir. Kebiasaan Riris yang satu ini memang seperti keahlian, semuanya spontan keluar dari mulutnya begitu saja tanpa ada perencanaan.

Kali ini matanya membelalak sampai rasanya kedua bola mata itu mau keluar. "Sembarangan lo ya, gua tuh tadi dititipin sama dosen. Gua lupa namanya, dia suruh nyariin nama anak kelas sini. Tapi gue gak kenal."

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now