6. Untung Ada Kamu

6.8K 593 181
                                    

"Hey, kamu gak mau bareng?"

Sheeva melewati Rafa begitu saja tanpa sempat menoleh. Sebenarnya gadis itu sudah melihat Rafa duduk di motor seperti menunggu seseorang, menunggu Sheeva tentunya.

Rafa malah kebingungan melihat gadis itu tertunduk memenutupi sebagian wajahnya dengan sapu tangan berwarna abu-abu. Cowok itu lalu menyalakan motor dan menyusul Sheeva.

"Sheev,"

Sheeva hanya diam sedangkan Rafa memacu motornya pelan mengikuti langkah kaki Sheeva. Apa ada masalah? Batin Rafa yang melihat gadis itu tidak merespon, Rafa memilih sedikit memacu motornya lebih cepat sampai persis menghadang jalan Sheeva untuk pergi.

"Saya tanya ko diem aja?"

"Gapapa kok,"

"Perasaan saya gak ada buat salah. Atau kamu ada masalah sama orang lain?"

"Kan gua udah bilang gak apa-apa." jawabnya masih terus tidak menatap wajah Rafa.

"Justru itu pasti ada apa-apa. Cewek biasanya kalo bilang gak apa-apa itu malah kontras dengan kenyataan."

Rafa turun dari motornya lalu menyibak tangan Sheeva yang menutupi sebagian wajahnya. "Ini kenapa, kok merah, ada bekas cakar juga. Kamu berantem?"

Sheeva menatap wajah Rafa yang teduh, seulas senyum tergambar samar di wajahnya.

"Saya tanya kok malah diem, kamu berantem?"

"Tadi ada—"

"Yaudah, naik dulu yuk, kita makan di dekat sini sambil kamu jawab kenapa. Dari tampangnya kamu belum makan kan?" Tebak Rafa asal.

"Kok tau?"

"Saya bisa ngeramal."

"Ah bohong," Sheeva memajukan bibir bawahnya meledek.

"Emang iya. Saya cuma mau buat kamu ketawa aja. Abisan mukanya ditekuk terus kaya pembatas buku."

"Ih nyebelin," tangan Sheeva langsung merespon ucapan Rafa cepat dengan memukul pundaknya. Mereka tertawa bersama.

***

"Ih sumpah ya Raf, gua rasa itu cowok gak waras deh. Kasar sih sampe segitunya banget. Lo bayangin ya, itu cewek udah ketakutan masih aja dibentak-bentak. Gak ada otaknya emang. Harusnya dia itu mikir, sekarang dia udah jadi anak kuliahan. Bukan lagi anak kecil, tindakannya gak mencerminkan mahasiswa tau gak," jelas Sheeva berapi-api mengenai Abyan.

Rafa malah hanya terkekeh mendengar apa yang baru saja disampaikan Sheeva.

"Ko ketawa sih, nyebelin lo," ucapnya kesal sambil menyeruput es green tea.

"Ya lucu aja, tadi saya tanya kamu diem aja. Sekarang ngejelasinnya semangat banget kaya lagi mau proklamasi. Hahaha." Sambungnya dengan tertawa yang tidak kalah semangat.

"Iya deh maaf," Rafa langsung segera minta maaf melihat wajah Sheeva yang menunjukkan raut tidak senang.

Gue bilang juga apa, Rafa mana perduli. Gua aja yang terlalu baper. Sheeva membatin kesal pada dirinya dan membuang pandangannya ke arah jalan raya.

"Kuliah itu cuma tempatnya aja yang berbeda. Isinya tetap manusia, ada yang baik, ada yang brandal. Semuanya balik lagi ke diri kita masing-masing. Umur juga tidak memastikan kalau orang bisa menjadi dewasa atau tidak."

Sheeva menatap wajah Rafa serius, dia fikir Rafa tidak akan menanggapi ceritanya tentang Abyan, ternyata salah. Rafa mungkin hanga sedang mengatur kata-kata agar tidak membuat Sheeva makin rusak mood-nya.

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now