13. Permintaan Maaf

5.1K 464 33
                                    

I won't let anyone else to hurt. And if I'm the one I won't forgive myself.

-Rafardhan Widan Shakeel-

Insiden kejar-kejaran dengan preman jalanan tadi membuat Sheeva tidak sadar sedari tadi handphone miliknya ternyata berdering. Dilihat ada 3 panggilan tidak terjawab dan 2 LINE masuk dari kontak yang sama.

11:38
Rafardhan
Sheev, kamu udah pulang? Marah ya?

11:46
Rafardhan
Saya minta maaf, Sheev. Kamu udah sampe rumah?

Apanya yang sampe rumah!!

Byan yang sedari tadi mencuri pandang ke arah Sheeva melihat gadis itu melempar handphone-nya ke dalam tas dengan sadis hanya berdecak.

"Kasian tuh handphone. Gak salah apa-apa, lo lempar-lempar gitu. Kalo rusak gimana?"

"Gak usah ikut campur. Lagian handphone gue gak akan rusak gitu aja cuma karena gue lempar ke dalem tas." Sheeva mencebik.

"Lagian kenapa sih? Gara-gara cowok lo itu? Oh iya bukannya hari ini lo mau nge-date sama dia?"

Sheeva menoleh lalu bertanya, "Tau dari mana lo?" Byan menatapnya datar. Sheeva kembali bertanya. "Oh, selain jadi cowok ngeselin, lo jadi stalker juga sekarang?!"

Jawaban Sheeva menggelitik perut Byan. Stalker apanya!

"Eh non, malem minggu, cewek keluar rumah pake pakaian rapih dan dandan. Menurut lo mau apa kalo bukan nge-date? Semedi?"

Mungkin atas semua permasalahan Sheeva hari ini membuat sebagian fungsi otaknya menghilang. Perkataan Byan ada benarnya. Hari ini bahkan ia berusaha dandan dan terlihat begitu feminim. Apa lagi kalau bukan mau kencan?

Meski tidak jadi.

"Rumah lo di mana?"

"Di jalan depan nanti ada persimpangan, lu belok ke kanan aja. Nanti ada rumah makan ayam bakar, berenti di sana."

"Lo tinggal di rumah makan? Atau lo jadi tukang cuci piring di sana?"

Sheeva menoleh tidak percaya menerima respon Byan. Cewek itu tersenyum pait. Kalau tidak ingat jasa Byan sudah menyelamatkannya hari ini, ingin sekali Sheeva membenturkan kepala Byan yang sepertinya kosong tidak berisi.

"Menurut lo ... gua tinggal ... di rumah makan ... dan jadi tukang cuci piring?" Tuturnya dengan nada yang diperlambat. Ini bentuk upaya Sheeva agar emosinya tidak naik.

"Ya kali aja. Siapa tau 'kan?"

"Otak lu tuh terbuat dari apa sih? Lilin mainan? Atau-"

"Lu tuh jadi cewek banyak bacot ya. Gua turunin di sini. Baru rasa lo!" Byan memutar setir berbelok ke kanan ketika bertemu persimpangan.

Sheeva mendengus kesal dan membuang muka ke jendela.

Sejak mengenal seorang Abyan Cetta Reynand, rasanya memang darah di tubuh cewek itu lebih mudah mendidih dan naik ke kepala. Kalau Sheeva tidak bisa mengontrol hal itu dengan baik, rasanya dalam waktu cepat ia bisa kena serangan jantung. Amit-amit.

Byan memberhentikan mobil tepat di depan rumah makan ayam bakar depan kostan Sheeva. Cowok itu menatap Sheeva lamat-lamat, lalu membungkukkan badan menyilang di atas tubuh Sheeva.

Sesaat Sheeva menahan napasnya dan menutup mata. Ia berfikir Byan akan menciumnya. Tidak sepertinya terlalu naif. Sheeva berfikir Byan akan melakukan hal manis dengan melepaskan seatbelt di badannya. Tapi dalam hitungan ke sepuluh tidak ada suara seatbelt terlepas.

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu