35 - BERTEMU LAGI

60 10 0
                                    

Raka berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, mengusir rasa jenuh setelah beberapa jam berada di kamar menemani Kia. Arka yang sebelumnya datang pun telah pulang. Sementara itu, Kirani berada di kafe, bekerja seperti biasanya.

Keadaan Kia semakin menurun. Hal itu membuatnya tidak bisa berhenti berpikir bagaimana cara mendapatkan ginjal secepatnya. Dia sempat mempertimbangkan untuk mencari ginjal ilegal—sungguh, tetapi beruntung dia mengikuti kata hatinya untuk tidak melakukan hal itu. Memberikan ginjal yang tidak jelas asal-usulnya kepada Kia, itu sungguh pemikiran bodoh.

"Aku tidak tahu! Dia sama sekali tidak menyimpan nomor ponsel Kirani!"

Raka sontak mengalihkan pandangan ke arah seorang pria berbaju merah yang baru saja dilewatinya. Pria berbaju merah itu duduk di sebuah bangku kayu di depan sebuah kamar inap, entah sedang berbicara dengan siapa. Akan tetapi, mendengar nama Kirani disebut, secara tidak langsung mencungkil rasa ingin tahu Raka.

Raka berdiri di dekat tiang, tidak jauh dari tempat pria itu menelepon. Ya, memang benar ada banyak orang di kota ini yang memiliki nama serupa. Namun, siapa yang tahu jika ternyata Kirani yang lelaki itu maksud adalah Kirani yang Raka kenal.

"Aku tidak bisa pergi mencari Kirani di rumahnya yang lama sekarang. Siapa yang akan menjaga Kirana?"

Kirana?

"Baiklah. Kau saja yang ke rumahnya. Bilang, Kirana mencarinya. Dia ingin bertemu dengan Kirani."

Kirana.

Kirani.

Raka melirik pria berbaju merah di sana. Ia beranjak meninggalkan tempat duduknya. Ia terlihat ingin masuk ke sebuah ruang rawat inap, tapi Raka segera mencegahnya.

"Hei, kau! Tunggu!" Raka buru-buru menghampiri pria itu.

"Kau mengenalku?" tanya pria itu.

"Tidak," sahut Raka, "tapi, aku sepertinya mengenal Kirana dan Kirani yang kau bicarakan."

Raka bisa dengan jelas melihat pria itu membeliakkan kedua matanya. "Kau siapa?" tanyanya.

"Saya bos Kirani. Aku juga kenal Kirana," jawab Raka. "Bisa saya bertemu dengan Kirana?"

***

Bidang persegi panjang yang menghalangi Kirani untuk masuk ke ruangan tempat kakaknya dirawat, baru saja terayun ke belakang. Pria berbaju merah membukakan pintu untuknya dari luar. Pelan, Kirani menghampiri sosok perempuan yang terbaring dengan kepala yang dibalut perban berwarna cokelat, infus yang terpasang di tangan serta alat bantu pernapasan, serta peralatan medis lainnya.

Kirana mengalami kecelakaan. Rem mobil yang dikendarai Kirana blong. Karena panik, Kirani membanting stir mobilnya sehingga jatuh di sebuah jurang. Kirana masih sempat di selamatkan oleh orang-orang di sekitar lokasi kejadian.

Satu per satu air mata Kirani menetes seiring ia mengikis jarak antara dirinya dengan kakak perempuan yang sudah lama tidak ditemuinya. Kirani tidak pernah berharap harus bertemu kakaknya dengan keadaan yang seperti ini. Wajah cantik Kirana terlihat putih pias dengan luka di sudut kanan bibirnya. Kirana sempat sadar beberapa waktu lalu, tapi tidak lagi sampai sore ini.

Air mata Kirani kembali meleleh manakala ia menyentuh jari tangan kakaknya. Kenangan-kenangan yang mereka lalui, terputar di dalam ingatan Kirani. Rasa takut kehilangan, pelan-pelan menghampiri dirinya. Kirani masih tetap berharap bahwa Kirana bisa sembuh sesegera mungkin agar bisa bersama Kirani lagi. Namun, Kirani tidak bisa mengelak satu skenario terburuk yang muncul di pikirannya. Keadaan Kirana terlihat parah.

"Kak?" Suara Kirani terdengar begitu pelan dan serak. Lehernya terasa sakit saat mengucap satu kata singkat itu. "Kak, bangun. Kirani datang liat kakak."

FROM THE PAST [SELESAI]Where stories live. Discover now